29.8.08

kapitalis bangsa sendiri lebih sadis..

Hati saya miris melihat foto seorang petani yang menangis di depan ladang tebu yang dibakarnya sendiri. Pemerintah mengimpor gula rafinasi sehingga harga gula domestik di tingkat petani jatuh. Dan itu bukan pertama kali kebijakan pemerintah "membakar" tanaman petani yang hampir panen.

Zalim! Mereka, petani-petani itu bukan orang-orang miskin / lemah (dha'if). Tapi mereka adalah mustad'afin, dimiskinkan-dilemahkan-ditindas-dizalimi oleh struktur politik, khususnya oleh ketidakbijakan pemerintah yang tidak berpihak. Bahkan di negara-negara yang mengaku kapitalis sejati pun--seperti Amerika, Kanada dan Korea--subsidi dan kebijakan yang memproteksi petani tetap ada. Bahkan negara-negara neo-liberalisme pun menerapkan kebijakan ala Keynesian di bidang pertanian.

Negara ini? Ngakunya Pancasilais, nggak kapitalis nggak sosialis, tapi menerapkan neo-liberalisme secara brutal. Agaknya cita-cita Hatta yang menginginkan Indonesia menjadi semacam welfare-state (jalan tengah antara kapitalisme & sosialisme) pupus sudah karena agen-agen neoliberalisme merajalela di eksekutif dan legislatif.

Tadi pagi aku denger di radio, Sri Mulyani, mantan Deputi Direktur IMF, menjadi salah satu dari 100 wanita paling berpengaruh versi majalah Forbes. Peringkatnya jauh di atas Hillary Clinton, Ang San Su Kyi, bahkan Ratu Elizabeth.

Anjing ! Apa bangsa ini harus bangga mendapatkan pujian semacam itu? Kalau Sri Mulyani bukan seorang neoliberalis--ideologi yang juga dianut Forbes--belum tentu dia dapat penghargaan semacam itu. Dan Sri Mulyani bukan orang Indonesia pertama yang mendapatkan penghargaan kosong semacam itu karena kesamaan ideologinya dengan Barat. Musdah Mulia juga. Bahkan Gunawan Mohammad dan Gus Dur mendapat penghargaan dari Israel, rezim apartheid terakhir di muka bumi.

Dulu di tahun pertama kuliah, aku menulis untuk tugas akhir mata kuliah Pancasila, bahwa Pancasila sebagai ideologi sudah gagal karena terlalu lemah berhadapan dengan ideologi-ideologi dunia lainnya. Aku juga mempertanyakan proses kelahiran Pancasila pun absurd. Pancasila tidak layak disebut sebagai ideologi. Pancasila my ass !

5 comments:

  1. Anonymous30.8.08

    yup!
    klo mau dpt penghargaan dr barat bikin aja gebrakan yg tidak 'biasa'.

    Musdah Mulia dpt penghargaan dr Amerika krn 'keberaniannya' mengobok-obok Al-Qur'an.
    ;)

    ReplyDelete
  2. Anonymous30.8.08

    gula rafinasi dijual Rp. 4900,- sedang gula lokal harga di pasaran Rp. 7000,- makanya gula lokal tidak laku sejak sebulan terakhir..

    btw,Sri Mulyani urutan ke-23
    Hillary Clinton ke-28

    Surprise-nya Kanselir Jerman Angela Merkel berada di urutan pertama
    :)

    ReplyDelete
  3. Anonymous2.9.08

    itulah Pak son...
    aku ngajarnya kewarganegaraan 3 SKS pulak! (Gabungan Pancasila & Kewiraan)

    bayangkan betapa menderitanya diriku harus menjejalkan doktrin & ideologi pancasila bullsh*t itu!
    (maafkan aku mhswkuuu..., aku hanya menjalankan kewajiban aja)

    *terharu ungu biru melihat kenyataan ini pada diri sendiri*

    ReplyDelete
  4. Pancasila gagal mencegah Soekarno mengumumkan dekrit presiden dan memulai era totalitarian demokrasi terpimpin. Orde Baru membangun mitos thd Pancasila dg menayangkan film G30/S PKI setiap tahun dan menetapkan hari kesaktian Pancasila. Pancasila juga gagal mencegah Soeharto melaksanakan kapitalisme kuno (istilah dawam rahardjo) pasca Pelita I. Ia jg gagal mencegah neoliberalisme di era reformasi.

    Bukan hny Ai yg pny maslh dg tugas mengajar. Dosen2 ekonomi yg mengajarkan ilmu ekonomi (kapitalistik) jg pny tggjwb moril u/ mengingatkan bahwa apa yg mrk ajarkan sama dg mengajar mengasah belati. Bisa u/ memasak & hal2 berguna, bs jg u/ hal2 destruktif.

    ReplyDelete
  5. aih, jadi pemilu nanti sonny mau pilih partai g****dr* dong :p

    ReplyDelete

feel free to comment :)

recent post