: rangkuman aktivitas seminggu
DN, MOBILITAS KAUM SANTRI DAN MASYARAKAT MADANI
Belakangan ini, kondisi fisik saya tidak fit. Tanda-tandanya sudah terasa sejak Jumat minggu lalu. Hari Sabtu, saya usahakan juga datang ke Silatnas Gontor. Ini reunian akbar pertama yang saya ikuti. Tentu saja meski kurang fit, rasa antuasias memberi efek psikologis yang baik bagi kondisi badan saya. Minggu-nya saya datang ke Resepsi Kesyukuran 35th Pesantren Daarunnajah. Senior saya, Hadiyanto Arief (Dedy, 696) mengundang untuk hadir via facebook.
Tentu saja saya usahakan hadir pula. Pertama, DN di Ulu Jami' hanya 9 km dari kontrakan saya di Ciputat. Kedua, saya belum pernah masuk areal kampus DN. Lewat sih sering. Ketiga, saya tertarik untuk mempelajari pesantren "turunan" Gontor ini. Seperti ketertarikan saya pada banyak lembaga pendidikan yang tidak konvensional semacam Qaryah Tayyibah, Smart Ekskelasia, Insan Cendikia, SMU Madania, SMU Lazuardi dst
Apakah DN membawa serta semua aspek "genetis" Gontor? Ataukah ia menciptakan Gontor versinya sendiri: mengadopsi secara selektif format Gontor untuk mengakomodir tantangan ruang dan waktu. Ruang setidaknya berarti bahwa DN merupakan pesantren urban atau bahkan pesantren metropolitan. Berbeda dengan Gontor yang berada di lingkungan pedesaan 11km dari kota kecil Ponorogo (sub-urban atau masih rural ?). Waktu berarti ia memahami tantangan kekinian, menyiapkan santri-santrinya untuk tidak hanya bisa memasuki fakultas-fakultas agama dan ilmu-ilmu sosial, tapi juga ilmu-ilmu eksakta. Dengan demikian pola distribusi Kaum Santri ke dalam masyarakat lebih acak / merata / sporadis, tidak terkutub atau terkotak pada "habitat" alaminya. Di ujung alur pikir ini, kita bisa mengharapkan mobilitas sosio-ekonomi-politik Kaum Santri lebih dinamis karena mereka bisa menjadi determinan penting yang menggerakkan Middle Class, Civil Society, atau dalam terminologi yang lebih spesifik, Ummah atau Madani Society.
Konsep Middle Class berasal dari pengalaman Barat atau Western Europe. Konsep Civil Society berasal dari Negara-Kota Roma. Konsep Ummah adalah elaborasi berabad-abad para sarjana muslim. Terminologi ini bahkan bisa kita temukan dalam buku-buku klasik pemikiran politik Islam. Konsep Madani Society atau Masyarakat Madinah, mungkin diturunkan dari konsep Ummah atau bisa juga dianggap sebagai counterthought terhadap konsep Civil Society mengingat Roma tidak lebih baik ketimbang Masyarakat Madinah-nya Nabi Muhammad.
Terminologi Madani Society kalau tidak salah dilontarkan pertama kali oleh Anwar Ibrahim yang juga pernah menerbitkan buku Asian Renaissance. Secara singkat bisa saya jelaskan bahwa Masyarakat Madinah adalah masyarakat kosmopolit - plural yang setidaknya terdiri dari 3 komunitas keagaamaan: Muslim (Anshar & Muhajirin), Kristen dan Yahudi.
Pluralitas ini diikat dengan social contract yang merupakan hukum tertulis pertama di muka bumi yang ditulis berdasarkan kesepakatan bersama, yaitu Piagam Madinah. Bagi anda yang bertahun-tahun dicekoki pelajaran sekolahan bahwa hukum tertulis pertama adalah Hukum Nebucadnezar di Babylonia, harus saya katakan bahwa Hukum Nebucadnezar adalah hukum yang ditetapkan seorang Raja, bukan atas kesepakatan yang memegang teguh prinsip equality, egalitarianism dst.
* * *
Sayangnya saya telat datang ke Resepsi DN. Saya pikir acaranya akan berlangsung seharian (dan membosankan :) Menurut jadwal, acaranya dimulai jam 10. Saya datang jam 11:14 dan acara sudah bubar. Hampir saja saya pulang kalau tidak melihat Ikbal, Sekretaris Ponpes DN yang saya kenal di PestaBlogger 2008. Ternyata ia dan teman-temannya sesama ustadz baca blog saya yang konyol ini. Akhirnya, saya dipersilahkan masuk ke Sekretariat DN untuk makan siang secara prasmanan. Padahal yang makan disana rata-rata Ustadz-ustadz senior dan alumni-alumni senior DN. Di ruang dalam saya juga melihat para kyai termasuk Kyai Gontor, KH. Dr. (Hons) Abdullah Syukri Zarkasyi, MA. Diantara sekian kritik saya terhadap kepemimpinan Pak Syukri di Gontor, saya tidak pernah lupa pada tagline wawancara beliau dengan Republika di halaman 2 koran itu. Entah terbitan Minggu atau Jumat di suatu hari di tahun 1996 / 1997. Tagline itu berbunyi: "Pendidikan adalah Politik Tertinggi." Menggugah !
Akhirnya saya sempat bincang-bincang sebentar dengan Akhi Dedy. Kesan pertama dia: "ada dimana-mana, ente !"
Hhhh, soalnya, saya juga ketemu dia tgl 23 Nov di PestaBlogger 2008; tgl 29 Nov di Silatnas.
BUKU DOA u DEBI
Siangnya, setelah membeli buku Doa Harian untuk Debi di Koperasi Pelajar DN, saya berangkat ke Masjid Agung Al-Azhar menemuinya yang sedang mengikuti ceramah mingguan. Isi buku itu kurang lebih pernah saya pelajari di Gontor dulu. Teman pertama saya sejak kuliah di Unand, 4 September 2000 ini memang sedang rajin-rajinnya belajar ngaji dan sudah lama meminta pada saya untuk menuliskan Wirid / Zikir yang biasa dibaca setelah shalat fardhu beserta terjemahan doa-doa tersebut. Yah, kalo nulisin doa-doa dalam bahasa Arab sih, hari itu juga bisa saya berikan ke dia. Tapi kalau harus menulis Arab lengkap dengan baris diatas, baris di bawah, baris di depan beserta terjemahannya, capek deeeehhh :D Apalagi harus ditulis dengan Khat / Kaligrafi Naskhi, font Arab standar. Saya sih maunya nulis dengan Khat Riq'ah yang lebih kurang itu berarti gaya tulisan stenografi para wartawan Arab. Pasti dia pusing bacanya :D
REUNI AKT2000
Sekitar jam 1430 kami sampai di Senayan City, nimbrung di reuni Akuntansi 2000 FE Unand, hasil inisiatif Yan Iswara. Lumayan, yang hadir Is, Diyana, Ochi, Alfi, Nurul plus Hesty dari Jogja dan Mega yang udah pulang duluan. I'm quite happy lah, mengingat reuni ini menghasilkan kesepakatan untuk menghidupkan silaturahmi / network teman-teman se-angkatan. Sebenarnya agak terlambat sih. Sejak kuliah dulu, Akuntansi angkatan 2000 sudah terpolarisasi sedemikian rupa. BP. Ganjil - BP. Genap. Belum lagi bergaulnya si Anu dengan si Anu saja. Saya sendiri juga tidak pandai bergaul ditambah lagi banyaknya hambatan-hambatan sosial macam ini. Akhirnya saya memilih untuk menjaga silaturahmi / network / sinergi diantara sesama anggota kelas ing2000 yang terdiri dari mahasiswa Manajemen 2000 dan Akuntansi 2000 plus segelintir mahasiswa EP 2000.
DOWN TO ZERO & DHIE !
Kondisi saya memburuk di hari Selasa. Namun alhamdulillah, Mrs. Dhie, My Juliet, called me after years ! Long conversation. I cant stop her talking-teasing and she cant stop me laughing. Sudah jadi nyonya-nyonya tetap saja menyebalkan seperti dulu. Tidak pernah menang saya "berkelahi" dengannya. Awalnya sih suaranya halus merdu, tapi akhirnya keluar juga suara jeleknya itu. Manggil gw kaya' manggil kacungnya aja. Gak berubah. Tapi iya sih sejak punya anak, jadi tampak lebih keibuan. Hobi gardening? Ah, yang bener aja :D
DINNER w DEBI
Kamis malam saya diundang makan malam di selasar kos-kosan Debi di Cilandak, 8 km arah timur Ciputat. Sempat juga membayangkan Candle Light Dinner. Tapi nyatanya, di atas meja, ada panci nasi langsung dari Rice Cooker (hot from oven?), 2 piring makan yang gak matching bentuk dan warnanya. Satu wadah tupperware berisi Ayam Goreng Balado plus additional dish of sambal lado. Plus sayur dan mangga. Gaya duduk kita lebih parah lagi: ongkang-ongkang kaki atau duduk bersila di atas kursi a la orang lapau. Sama sekali tidak romantis !
Overall, ayam gorengnya enak bgt. Ayam kampung lagi. Sambal ladonya juga. Nasi goreng Hesty vs Ayam Goreng Debi? Mmmm.. no comment :)
Sayurnya standarlaaah, gw jg bisa bikin. Mangganya manis walau Debi tidak punya teknik motong manggaala samurai yang elegan. Dan selalu saja kalau bertemu dengan gadis cerewet ini, saya susah pulang. Jam 0830 lewat. 0900 lewat. Dan Dayang temannya datang dari latihan Aikido. Hohohoho.. Aikido, Bushido, Zen ?
Akhirnya saya pulang jam 10 malam.
THE END OF DAYS
Jam 22.50, sebuah SMS masuk dari nomor tak dikenal: "Rabb, slimuti istirahat saudaraku ini dg Kmuliaan-Mu, hapuskn sgl ksusahan dr hatinya, bangunkan ia saat Tahajud-Mu tb, & Rahmati ia kala Subuh-Mu dtg mnyapa. -amin."
Touching! Pesan singkat ini benar-benar melengkapi recovery saya dari minggu berat ini. Setelah saya telpon balik, ternyata itu nomor anak kos saya yang cantik, lincah dan cerdas itu. My "little sister". Thx, sist. Bagi saya, ia seperti Adelina..
DN, MOBILITAS KAUM SANTRI DAN MASYARAKAT MADANI
Belakangan ini, kondisi fisik saya tidak fit. Tanda-tandanya sudah terasa sejak Jumat minggu lalu. Hari Sabtu, saya usahakan juga datang ke Silatnas Gontor. Ini reunian akbar pertama yang saya ikuti. Tentu saja meski kurang fit, rasa antuasias memberi efek psikologis yang baik bagi kondisi badan saya. Minggu-nya saya datang ke Resepsi Kesyukuran 35th Pesantren Daarunnajah. Senior saya, Hadiyanto Arief (Dedy, 696) mengundang untuk hadir via facebook.
Tentu saja saya usahakan hadir pula. Pertama, DN di Ulu Jami' hanya 9 km dari kontrakan saya di Ciputat. Kedua, saya belum pernah masuk areal kampus DN. Lewat sih sering. Ketiga, saya tertarik untuk mempelajari pesantren "turunan" Gontor ini. Seperti ketertarikan saya pada banyak lembaga pendidikan yang tidak konvensional semacam Qaryah Tayyibah, Smart Ekskelasia, Insan Cendikia, SMU Madania, SMU Lazuardi dst
Apakah DN membawa serta semua aspek "genetis" Gontor? Ataukah ia menciptakan Gontor versinya sendiri: mengadopsi secara selektif format Gontor untuk mengakomodir tantangan ruang dan waktu. Ruang setidaknya berarti bahwa DN merupakan pesantren urban atau bahkan pesantren metropolitan. Berbeda dengan Gontor yang berada di lingkungan pedesaan 11km dari kota kecil Ponorogo (sub-urban atau masih rural ?). Waktu berarti ia memahami tantangan kekinian, menyiapkan santri-santrinya untuk tidak hanya bisa memasuki fakultas-fakultas agama dan ilmu-ilmu sosial, tapi juga ilmu-ilmu eksakta. Dengan demikian pola distribusi Kaum Santri ke dalam masyarakat lebih acak / merata / sporadis, tidak terkutub atau terkotak pada "habitat" alaminya. Di ujung alur pikir ini, kita bisa mengharapkan mobilitas sosio-ekonomi-politik Kaum Santri lebih dinamis karena mereka bisa menjadi determinan penting yang menggerakkan Middle Class, Civil Society, atau dalam terminologi yang lebih spesifik, Ummah atau Madani Society.
Konsep Middle Class berasal dari pengalaman Barat atau Western Europe. Konsep Civil Society berasal dari Negara-Kota Roma. Konsep Ummah adalah elaborasi berabad-abad para sarjana muslim. Terminologi ini bahkan bisa kita temukan dalam buku-buku klasik pemikiran politik Islam. Konsep Madani Society atau Masyarakat Madinah, mungkin diturunkan dari konsep Ummah atau bisa juga dianggap sebagai counterthought terhadap konsep Civil Society mengingat Roma tidak lebih baik ketimbang Masyarakat Madinah-nya Nabi Muhammad.
Terminologi Madani Society kalau tidak salah dilontarkan pertama kali oleh Anwar Ibrahim yang juga pernah menerbitkan buku Asian Renaissance. Secara singkat bisa saya jelaskan bahwa Masyarakat Madinah adalah masyarakat kosmopolit - plural yang setidaknya terdiri dari 3 komunitas keagaamaan: Muslim (Anshar & Muhajirin), Kristen dan Yahudi.
Pluralitas ini diikat dengan social contract yang merupakan hukum tertulis pertama di muka bumi yang ditulis berdasarkan kesepakatan bersama, yaitu Piagam Madinah. Bagi anda yang bertahun-tahun dicekoki pelajaran sekolahan bahwa hukum tertulis pertama adalah Hukum Nebucadnezar di Babylonia, harus saya katakan bahwa Hukum Nebucadnezar adalah hukum yang ditetapkan seorang Raja, bukan atas kesepakatan yang memegang teguh prinsip equality, egalitarianism dst.
* * *
Sayangnya saya telat datang ke Resepsi DN. Saya pikir acaranya akan berlangsung seharian (dan membosankan :) Menurut jadwal, acaranya dimulai jam 10. Saya datang jam 11:14 dan acara sudah bubar. Hampir saja saya pulang kalau tidak melihat Ikbal, Sekretaris Ponpes DN yang saya kenal di PestaBlogger 2008. Ternyata ia dan teman-temannya sesama ustadz baca blog saya yang konyol ini. Akhirnya, saya dipersilahkan masuk ke Sekretariat DN untuk makan siang secara prasmanan. Padahal yang makan disana rata-rata Ustadz-ustadz senior dan alumni-alumni senior DN. Di ruang dalam saya juga melihat para kyai termasuk Kyai Gontor, KH. Dr. (Hons) Abdullah Syukri Zarkasyi, MA. Diantara sekian kritik saya terhadap kepemimpinan Pak Syukri di Gontor, saya tidak pernah lupa pada tagline wawancara beliau dengan Republika di halaman 2 koran itu. Entah terbitan Minggu atau Jumat di suatu hari di tahun 1996 / 1997. Tagline itu berbunyi: "Pendidikan adalah Politik Tertinggi." Menggugah !
Akhirnya saya sempat bincang-bincang sebentar dengan Akhi Dedy. Kesan pertama dia: "ada dimana-mana, ente !"
Hhhh, soalnya, saya juga ketemu dia tgl 23 Nov di PestaBlogger 2008; tgl 29 Nov di Silatnas.
BUKU DOA u DEBI
Siangnya, setelah membeli buku Doa Harian untuk Debi di Koperasi Pelajar DN, saya berangkat ke Masjid Agung Al-Azhar menemuinya yang sedang mengikuti ceramah mingguan. Isi buku itu kurang lebih pernah saya pelajari di Gontor dulu. Teman pertama saya sejak kuliah di Unand, 4 September 2000 ini memang sedang rajin-rajinnya belajar ngaji dan sudah lama meminta pada saya untuk menuliskan Wirid / Zikir yang biasa dibaca setelah shalat fardhu beserta terjemahan doa-doa tersebut. Yah, kalo nulisin doa-doa dalam bahasa Arab sih, hari itu juga bisa saya berikan ke dia. Tapi kalau harus menulis Arab lengkap dengan baris diatas, baris di bawah, baris di depan beserta terjemahannya, capek deeeehhh :D Apalagi harus ditulis dengan Khat / Kaligrafi Naskhi, font Arab standar. Saya sih maunya nulis dengan Khat Riq'ah yang lebih kurang itu berarti gaya tulisan stenografi para wartawan Arab. Pasti dia pusing bacanya :D
REUNI AKT2000
Sekitar jam 1430 kami sampai di Senayan City, nimbrung di reuni Akuntansi 2000 FE Unand, hasil inisiatif Yan Iswara. Lumayan, yang hadir Is, Diyana, Ochi, Alfi, Nurul plus Hesty dari Jogja dan Mega yang udah pulang duluan. I'm quite happy lah, mengingat reuni ini menghasilkan kesepakatan untuk menghidupkan silaturahmi / network teman-teman se-angkatan. Sebenarnya agak terlambat sih. Sejak kuliah dulu, Akuntansi angkatan 2000 sudah terpolarisasi sedemikian rupa. BP. Ganjil - BP. Genap. Belum lagi bergaulnya si Anu dengan si Anu saja. Saya sendiri juga tidak pandai bergaul ditambah lagi banyaknya hambatan-hambatan sosial macam ini. Akhirnya saya memilih untuk menjaga silaturahmi / network / sinergi diantara sesama anggota kelas ing2000 yang terdiri dari mahasiswa Manajemen 2000 dan Akuntansi 2000 plus segelintir mahasiswa EP 2000.
DOWN TO ZERO & DHIE !
Kondisi saya memburuk di hari Selasa. Namun alhamdulillah, Mrs. Dhie, My Juliet, called me after years ! Long conversation. I cant stop her talking-teasing and she cant stop me laughing. Sudah jadi nyonya-nyonya tetap saja menyebalkan seperti dulu. Tidak pernah menang saya "berkelahi" dengannya. Awalnya sih suaranya halus merdu, tapi akhirnya keluar juga suara jeleknya itu. Manggil gw kaya' manggil kacungnya aja. Gak berubah. Tapi iya sih sejak punya anak, jadi tampak lebih keibuan. Hobi gardening? Ah, yang bener aja :D
DINNER w DEBI
Kamis malam saya diundang makan malam di selasar kos-kosan Debi di Cilandak, 8 km arah timur Ciputat. Sempat juga membayangkan Candle Light Dinner. Tapi nyatanya, di atas meja, ada panci nasi langsung dari Rice Cooker (hot from oven?), 2 piring makan yang gak matching bentuk dan warnanya. Satu wadah tupperware berisi Ayam Goreng Balado plus additional dish of sambal lado. Plus sayur dan mangga. Gaya duduk kita lebih parah lagi: ongkang-ongkang kaki atau duduk bersila di atas kursi a la orang lapau. Sama sekali tidak romantis !
Overall, ayam gorengnya enak bgt. Ayam kampung lagi. Sambal ladonya juga. Nasi goreng Hesty vs Ayam Goreng Debi? Mmmm.. no comment :)
Sayurnya standarlaaah, gw jg bisa bikin. Mangganya manis walau Debi tidak punya teknik motong mangga
Akhirnya saya pulang jam 10 malam.
THE END OF DAYS
Jam 22.50, sebuah SMS masuk dari nomor tak dikenal: "Rabb, slimuti istirahat saudaraku ini dg Kmuliaan-Mu, hapuskn sgl ksusahan dr hatinya, bangunkan ia saat Tahajud-Mu tb, & Rahmati ia kala Subuh-Mu dtg mnyapa. -amin."
Touching! Pesan singkat ini benar-benar melengkapi recovery saya dari minggu berat ini. Setelah saya telpon balik, ternyata itu nomor anak kos saya yang cantik, lincah dan cerdas itu. My "little sister". Thx, sist. Bagi saya, ia seperti Adelina..
sama son..hesty juga tepar..baru hari ii bisa ngantor..kena gejala DBD..but jakarta overall menyenangkan hanya saja sangat melelahkan...
ReplyDeleteHhh.. Terkapar ya? Mo liat saja, when logic conquers love. And now the logician has been conquered by his enthusiasm. I'll see your recovery.
ReplyDelete