3.2.09

kebenaran vs orang benar

Sepupu saya pernah bertanya tentang baliho-baliho besar yang memasang sosok bersorban, gamis, janggut dan jambang. Habib. Sebahagian mereka secara eksplisit menyatakan diri sebagai keturunan nabi Muhammad. Bagi saya, gelar Habib tak lebih dari gelar kyai di Jawa atau Buya di Minang. Dan lagi apa pentingnya keturunan dalam Islam? Itu hanya bagian dari budaya tribalisme Arab yang ada sejak masa pra-Muhammad dan masih tetap bertahan hingga kini. Islam datang dengan konsep bahwa hanya kualitas ketaatan kepada Allah (taqwa) yang menjadi pembeda.

Itulah kenapa saya tidak tertarik untuk mengikuti suatu tarikat atau perkumpulan sufistik tertentu. Saya melihat banyak sekali kecenderungan kultus individu terhadap guru-guru tarikat, para mursyid. Bagi saya, jika para guru itu hanya akan menghalangi jalan saya kepada Allah, menjadi berhala-berhala baru, saya memilih untuk tidak mengikuti mereka.

Lagian, satu-satunya washilah, perantara, teman seperjalanan yang sahih hanyalah Sang Nabi. Nabi sendiri menyatakan bahwa ia hanya lelaki biasa yang makan, minum, berjalan ke pasar,  dan menikah seperti halnya manusia lainnya. Salah seorang Kyai saya pernah bilang: "ikutilah kebenaran bukan orang yang benar. Sebab orang benar suatu saat bisa salah." Dan saya setuju dengan Sang Kyai. Karenanya saya juga tidak selalu setuju dengan Sang Kyai. Saya kira terkadang kebenaran yang ia yakini berbeda dengan kebenaran yang saya yakini.

No comments:

Post a Comment

feel free to comment :)

recent post