*another exploration of sufism terms*
*buat debi: aku menyukai hari-harimu di masjid al-azhar & pustaka kecil di belakang kursi kerjamu. Sepertinya aku perlu berminggu-minggu membaca kembali buku pinjamanmu itu. Buku itu begitu berarti bagiku. Seperti meretas kembali jalan ke masa lalu. Terima kasih, teman baikku..*
Cinta bagi para sufi adalah melarut bersama Sang Kekasih. Maka menikah memang untuk menyempurnakan keimanan, karena ia adalah manifestasi dari cinta pada Allah, cinta pada kelarutan, kesempurnaan. Seperti lingkaran yg tak lagi berpangkal, tak berujung.
Sufi sendiri ketika telah melalui maqam tertinggi (ma’rifat) pada akhirnya kembali menjadi kanak-kanak ke maqam yg (dianggap) terendah (syari’ah). Lingkaran cinta tanpa henti, karena seharusnya cinta tanpa ujung..
Maka bila cinta adalah samudera, tentunya ia hampir tak bertepi, larut usia mengarunginya. Ia memang bergelombang, naik dan turun, menepuk, menghempas, tapi samudera adalah samudera. Pun, garam adalah garam, mungkin tak terasa ketika ada, tapi ketiadaannya menyisakan hilang
Pada akhirnya kita kembali pada mantra paling ajaib dalam cinta: uhibbuki fillah atau uhibbuka fillah. Aku mencintaimu karena Allah..
Maka bila cinta kepada Allah tak seharusnya berakhir, maka begitu pula hendaknya cinta pada makhluqNya. Seperti Rabi’ah: cintaku pada Allah tak menyisakan ruang untuk membenci makhluqNya..
Tapi bila cinta pasangan pun berakhir, tak ada lagi yg bs kukatakan: kafaaki hubballah. Semoga cinta Allah menggenangi hatimu. Sepenuhnya.. [ ]
*buat debi: aku menyukai hari-harimu di masjid al-azhar & pustaka kecil di belakang kursi kerjamu. Sepertinya aku perlu berminggu-minggu membaca kembali buku pinjamanmu itu. Buku itu begitu berarti bagiku. Seperti meretas kembali jalan ke masa lalu. Terima kasih, teman baikku..*
Cinta bagi para sufi adalah melarut bersama Sang Kekasih. Maka menikah memang untuk menyempurnakan keimanan, karena ia adalah manifestasi dari cinta pada Allah, cinta pada kelarutan, kesempurnaan. Seperti lingkaran yg tak lagi berpangkal, tak berujung.
Sufi sendiri ketika telah melalui maqam tertinggi (ma’rifat) pada akhirnya kembali menjadi kanak-kanak ke maqam yg (dianggap) terendah (syari’ah). Lingkaran cinta tanpa henti, karena seharusnya cinta tanpa ujung..
Maka bila cinta adalah samudera, tentunya ia hampir tak bertepi, larut usia mengarunginya. Ia memang bergelombang, naik dan turun, menepuk, menghempas, tapi samudera adalah samudera. Pun, garam adalah garam, mungkin tak terasa ketika ada, tapi ketiadaannya menyisakan hilang
Pada akhirnya kita kembali pada mantra paling ajaib dalam cinta: uhibbuki fillah atau uhibbuka fillah. Aku mencintaimu karena Allah..
Maka bila cinta kepada Allah tak seharusnya berakhir, maka begitu pula hendaknya cinta pada makhluqNya. Seperti Rabi’ah: cintaku pada Allah tak menyisakan ruang untuk membenci makhluqNya..
Tapi bila cinta pasangan pun berakhir, tak ada lagi yg bs kukatakan: kafaaki hubballah. Semoga cinta Allah menggenangi hatimu. Sepenuhnya.. [ ]
aku begitu cinta dia..
ReplyDeletemembuatku lebih dekat dengannya daripada DIA..aku korbankan semua cinta kasih ku untuk kembali padaNYA...
setelah semua berakhir..
aku pun masih meminta setetes asa padaNYA agar dia tetap menjadi Imamku suatu hari nanti..
Hanya DIA yang tau yang terbaik untuk ku nantinya..