[ komentar gw thd review Himawan ttg novel Musashi ]
hhh, himawan
gw baca novel ini 6x dg antusiasme yg nyaris tdk berkurang. Saran gw, lo hrs mengelaborasi usaha mencapai "kesempurnaan" itu
Mulai dari dikurung di benteng kyoto & mnjd manusia baru; diajak bertamu & ditahan u tinggal di rumah geisha. Eiji dg cantik menunjukkan bhw Musashi tlh mencapai kesempurnaan sblm menerima tantangan Sasaki Kojiro.
Ia sama sekali tidak berlatih pedang, ia sibuk mengalahkan ketegangan dalam dirinya menjelang hari H pertarungan. (Mengalahkan diri sendiri). Ketika pergi, dg tepat ia menggunakan arus pasang - surut selat u pergi - pulang k / dr tempat pertarungan. Efisien, menyatu dg alam. Selama di atas perahu, ia sibuk meraut sebuah dayung rusak menjadi semacam pedang kayu. Ia hanya butuh memukul Kojiro sekali saja untuk mengalahkan kepongahannya. Ia sempat memastikan Kojiro tidak tewas sbl pergi kembali dg perahu. Teknik pedang tertinggi adalah welas asih.
Estetika Musashi adlh bagian menarik yg diekplorasi Eiji. Ia dpt melihat teknik pedang tingkat tinggi dari seorang master pedang yg sudah uzur hny dari melihat pola potongan serangkai bunga. Ia amat waspada ketika melewati seorang rahib besar / guru beladiri tingkat tinggi yang menyamar dlm pakaian petani hanya dari teknik mencangkul dan bunyi cangkul itu.
Ia belajar melukis & membuat patung meski tak punya dasar-dasar pengetahuan seni. Ia bs mengagumi lukisan2 krn dlm dirinya ada "perasaan keindahan" meski hidupnya selalu dlm bayang2 darah & kematian. Toh pada dasarnya filosofi teknik pedang Musashi adalah luwes, mengalir, nir-teori, estetik, intuitif !
Musashi jg bljr mengubah sebuah tanah yg sama sekali tidak layak menjadi lahan pertanian yg menjanjikan. Ia jg mengajarkan sebuah kampung untuk percaya pada kemampuan mereka sendiri dlm mengusir para penyamun.
Ia mencapai ketinggian ZEN bukan dalam pakaian rahib, tapi dari persistensinya yang nyaris tanpa kompromi (dg urusan cinta yg "remeh temeh") meniti JALAN PEDANG.
Akhirnya,
harus kusarankan jg untuk mengelaborasi konsep KESEMPURNAAN MUSASHI dan membandingkannya dg KONSEP UBERMENSCH tokoh idola lu si Nietzsche & konsep INSAN KAMIL nya Imam al-Ghozali, Mulla Sadra. Atau lo bisa merambah ke eksistensialisme nya JEAN-PAUL SARTRE.
sip, Himawan
c'mon, read it slowly..
tambahan :
Novel Musashi ini lahir sebagai pelipur lara bagi Jepang yg kalah perang. Ia membangkitkan semangat sebuah bangsa pecundang ! Musashi pun adalah pecundang di Sekigahara.
Surealisme tidak selamanya aliran sastra paling ampuh. Kalau kita bicara soal sastra yg menggerakkan, tampaknya SASTRA REALIS, entah itu REALISME SOSIALIS ala Pram atau REALISME POP ala Andrea Hirata, yg bs diharapkan.
Dalam konteks ini, Kuntowijoyo dg cerpen / novelnya yg cendrung surealism sedikit gagal menerapkan ide SASTRA PROFETIK nya.
Surealism itu mirip JAZZ, audiens nya cuman minoritas elite. Tapi mungkin Kunto menganggap dg menggerakkan kalangan terbatas itu, bs terjadi trickle down effect. Tp sekali lg, budaya kita saat ini adalah budaya massa. Andrea benar dlm hal ini ketika menghadirkan LASKAR PELANGI sbg pemuas dahaga massa akan bacaan berkualitas.
Eureka !
Hal terbaik dari Musashi adalah dia berpegang pada prinsipnya. Tapi yang paling saya saluti adalah kehebatannya dia mendalami kesempurnaan jalan pedang itu.
ReplyDeleteHebat euy, baca sampe 6X. Ckckckck ....