Polemik Genta setidaknya dipicu oleh 2 peristiwa. Pertama, tulisan saya yang berjudul
Febri Diansyah & tulisan di blog lama berjudul
Kiamat Unand. Kedua, seorang anggota milis Akuntansi Unand, Afridian Wirahadi mengintip blog saya, di saat terjadi kegaduhan di milis akuntansi. Konyolnya, Si “POSISI PUNCAK & SERING SEKALI MEMIMPIN DEMO” ini bersikap REAKTIF, bukannya PROAKTIF.
(Gelarnya panjang amaaat :)
Berhubung data sejarahnya lengkap, silahkan anda baca polemik dibawah. Apakah polemik PRODUKTIF atau KONTRA PRODUKTIF? Silahkan simpulkan sendiri:
[ Tulisan di bawah ini aselinya dari SURAT PENGUNJUNG Febri Diansyah. Dikutip u kepentingan dokumentasi ]
1. Salam febri.. sebelumnya saya rasanya mengenal febri kalo gak salah,
Ketika saya membaca posting dari Sony, sejujurnya ingin rasanya mengajarkan bahasa dan etika yang baik dan benar padanya dan ingin mengajarkan kepadanya sejarah GENTA, HMI dan siapa dia di akuntansi.
Sebelumnya perkenalkan, saya afridian Wirahadi biasanya dipanggil Iwir. Akuntansi 98. Saya aktif di HMI, GENTA Andalas, KOPMA Dan Koparma (semuanya diposisi2 puncak..he.he..sdekit menyombong)..
pertama, Genta Andalas waktu kami menghidupkan dulunya tahun 1999 ketika dia sudah mati. Kami (budi Fitra Helmi, Alfitra, Ainul Ridha, Dewi Puspita, Silvia, dan saya sendiri koalisi HMI-IMM). Banyak perjuangan dari awal sampe kami berhasil mendirikan lg. Gontokan dengan pejabat Unand kami rasakan, sampai akhirnya kita menang dengan adanya bargaining (dana, fasilitas dll)..termasuk Vieda (yang kami rekrut). Namun karena kesibukan pengurus dan konflik (sebenarnya karena keegoisan msing2)…suksesi berlangsung dengan cara yg tidak wajar..sampai Budi dan Dewi (almarhumah) mendirikan Radio.
Namun yang ingin saya katakan, Organisasi mahasiswa adalah organisasi pembelajaran (tempat latihan kepemimpinan dan manajemen). Malahan yang pengecut adalah orang yg tidak bisa berbuat, tapi pinter mengomentari (Sony-red). Tapi saya bersyukur Febri dkk, sudah mencoba berbuat
Kedua, HMI. Banyak yang sentimen dengan HMI, karena bagi saya wajar, HMI adalah organisasi tua dan besar. Umumnya yg berkomentar adalah orang yg tidak dapat bersaing dengan anak HMI dan jaringannya. HMI ibarat bengkel, asalkan mahasiswa dan beragama islam masuk kesana. Wajar jika ada yg keciprat OLi. Namun setidaknya organisasi ini telah membuktikan kepeduliannya pada bangsa. Bukan omong kosong aja (NATO). Saya pernah jd ketua HMI. Febri anggota HMI?
Ketiga, tentang sony. maaf ya. Saya dulu yang mengospeknya. Dia bukan siapa2. Dia aktif dmn? lompat sana lompat organisasi sini hanya sesaat tanpa aktif dalamnya (tipe oportunis dan pengecut) dan bahkan berani mengomentari organisasi tersebut tanpa pernah berbuat untuk organisasi itu.
Maaf..saya cuma ingin mengatakan…tolong sampaikan pada Sony..belajarlah etika.
Saat ini saya msh di kampus Unand, Politeknik Unand Jurusan Akuntansi.
sekarang S 2 di UGM
Wassalam
“Da Wir yang baik, terimakasih komentar dan penegasannya di halaman ini. Dimanapun itu, hitam-putih-abu-abu atau apapun, agaknya kita punya konsep yang sama, organisasi mahasiswa dan pergerakan mahasiswa adalah tempat belajar. Kawah candradimuka. Belajar dalam sakit, atau bahkan belajar dalam senyum, dengan sedikit–katakanlah–”resiko” populeritas atau sebaliknya.
Tapi, keluarpun, atau bahkan lari dari arena pun adalah pilihan. Dalam bahasa berbeda, mungkin teman kita Sonny melakukan hal itu. Dengan cara belajarnya, agaknya ia merasa lebih efektif “menuntut ilmu” dari satu tempat ke tempat lainnya. Biarlah. Meskipun, tentu agak kaget dan sedikit “tersentil” ketika sebuah organisasi, “sekolah” sekaligus “rumah kita” dikecam dalam nada minor.
Da Wir yang baik,
apakah sekarang mengajar di Poltek?
S.2 di FE UGM?
Jika ya, aku pikir akan terus bertambah satu persatu generasi yang terdidik dan peduli dengan ketertindasan dan penghisapan masy di sekitarnya…Tidak sekedar membangun orientasi berpikir individualis-opotunis.
Aku dulu hanya sempat 2 tahun (dengan sangat banyak Titip Absen) di Manajemen Unand. Kemudian mendapat Girah baru di FH UGM. Dengan lebih banyak “konflik” dan rasa sakit, orang ternyata lebih cepat belajar. Sekarang, aku belajar di kota sesak. Jakarta. Belajar menjadi berguna.
Salam
nb: adakah blog?
Comment by Afridian Wirahadi - iwir Akt 98 — October 11, 2008 @ 1:40 am
2.
FS yg lucu :D
da wir yg baik,
(tulisan ini bukan u sombong)
saya kenal anda & tau persis komisariat di jalan Apel. Saya jg tau anda dosen Poltek Unand & sudah menikah.
Kalau tdk salah anda pernah ke rumah saya u nyari Mela. Zumaila Hasna. Gadis cantik itu sekarang pegawai BPK-RI. Saya memberikan bbrp booklet pergerakan mahasiswa ke dia, termasuk panduan training PII & booklet Andragogi-nya Paolo Freire
Secara resmi, saya memulai karir intelektual saya di umur 15 th. saya memulai aktivisme di usia 15 th. di usia 16 th saya sudah membaca ttg sejarah pergerakan pra kemerdekaan hingga HMI MPO. saya diberkahi sebuah perpustakaan yg kaya plus agency majalah yg kami tangani. Ditambah minat saya pada sejarah & ilmu2 sosial. Favorit saya: Kuntowijoyo
Genta ?
bagi saya yg penting warisan sistem. apa yg anda wariskan ke generasi selanjutnya ? pemimpin yg baik adl yg bisa menciptakan pemimpin berikutnya. Sekali lagi, WARISAN SISTEM. Kalau ada, Genta tak mungkin begini jadinya. bagi saya pribadi, tidak ada yg bisa saya pelajari di Genta. Malah ingin sebenarnya memberikan sesuatu ke Genta kalau tidak terhalang hirarki senioritas. Rumah saya di depan Fekon. Saya cukup rajin ke Genta tp jarang ketemu anda. (Anda dimana?)
HMI ?
maaf, kalau saya mengkritik HMI
saya hanya mengutip senior anda di HMI: Ahmad Wahib & Johan Effendi. Dan kritik pendiri Formaci thd HMI
Lompat ?
Ya, saya hanya pernah masuk Genta & AIESEC. Itu saja. FSI ? mereka teman2 baik saya. Sejak hari pertama kuliah, 4 sept 2000 saya tak pernah berjanji masuk Lembaga Dakwah Kampus. Saya memahami seluk beluk dunia mahasiswa jauh hari sebelum menjadi mahasiswa. Mentor2 saya aktivis mahasiswa tulen
bukan siapa siapa ?
memang, saya hanya pernah mencoba mendirikan klub studi di Unand. Dan gagal krn mungkin ide ini terlalu maju u ukuran Padang. Intelektualisme minus aktivisme, itu motto saya. Saya bosan di padang.
Saya pernah nimbrung di Litbang BEM KM Unand u memberi masukan ttg OSPEK. (Oh maap, ini millenium baru, OSPEK warisan rezim korup. Saya jd ikut2an lupa istilah barunya)
Soal aktivisme saya memang amat terpengaruh ahmad wahib. saya membaca diary-nya di th 1997, di umur 17 tahun
Organisasi mahasiswa adalah organisasi pembelajaran (tempat latihan kepemimpinan dan manajemen) ?
Sebelum menjadi mahasiswa saya sudah melaluinya. maaf, tdk u sombong. Sekali lagi, saya menyesal memilih Padang. Kalau tdk Cairo, harusnya saya di Jakarta atau Jogja
MASALAH UTAMANYA
Kita hanya tidak saling mengenal. Coba kalau ada pertemuan rutin di Genta & semuanya hadir. ( Kenapa harus memperkenalkan diri ke Febri, kita kan hanya beda 2 th ? Anda dimana ? )
insyaAllah saya akan menjadi siapa siapa, saya baru saja menggelar kembali formasi intelektual saya setelah 8 th terkubur di Padang. Klik disini untuk memahaminya.
saya jg berdoa demikian u anda.
etika ?
hey, saya menulisnya di blog milik saya sendiri. Anda paham teknologi ?
Dan saya jd ikut2an menumpahkannya di blog aktivis ICW ini u mereply anda
soal gaduh di milis akt ?
masalahnya: beda frekuensi :)
Saya bicara di channel ini, yg lain mereply lewat channel itu, gak nyambung..
thx,
Comment by sonny — October 11, 2008 @ 11:41 am
3. adakah blog?
pertanyaan plg bagus
ayo tunjukkan siapa anda lwt blog. apa portfolio anda yg panjang itu bs dibuktikan ?
maaf kalau kurang etis,
rasanya kita seumur & kita tdk di unand lg. Lagian anda kan intelektual. Diktum intelektual: we can agree to disagree, right ?
Comment by sonny — October 11, 2008 @ 11:48 am
4. aku percaya, seorang dewasa harus terlebih dahulu mampu mengkritik diri sendiri. meskipun tidak berarti berhak mengecam pihak lain.
tapi, tidak apa-apa juga. ku kira ini justru menarik
Da Wir dan Sonny. Dua rekan yang baik.
yang pasti kita sama-sama pernah di Genta Andalas. Aku di Genta, lebih pada kepentingan belajar. Ke dalam diri. Dan, keluar diri.
Tentang pertanyaan “Adakah senior yang menghambat?” Ada. Namun, itu biasa terjadi di organisasi manapun.
Dan, kita paham. Setidaknya ada dua jalan perubahan. Secara perlahan. atau, sebaliknya. Dekonstruksi (meminjam istilah J. Deridda). Di Genta kita bisa lakukan keduanya.
Tentang Genta Andalas yang baru, yang berkantor di Rektorat. Ku kira ini bukan sekedar soal formalitas alamat redaksi. Tapi lebih pada cerita tentang “kekalahan” dan oportunitas yang buruk. Apalagi jika isi tabloid tersebut lebih minus tulisan mahasiswa, misalnya.
Dan, untuk teman-teman Genta Andalas yang sempat baca tulisan ini, anda harus percaya kritikan itu penting. Se pedih apapun. Kewajiban si pengkiritik ya mengkritik. Persoalan anda akan dengar dan ikuti saran tersebut, itu terserah anda. Silahkan, karena kita percaya setiap masa punya generasi masing-masing.
Da Wir dan Sonny, dua rekanku yang baik. Jika ada waktu “yang berbaik diri”, sesekali mungkin kita perlu ketemu bersama, bicara (agar tidak terlalu serius untuk dikatakan diskusi). Bukan tentang bagaimana “menyelamatkan” Genta. Tapi, bagaimana memancing kawan-kawan di Genta memahami, bahwa mereka sedang mendiami rumah kecil yang seharusnya menjadi suluh bagi diri dan masyarakatnya. Agar mereka bisa jadi jauh lebih baik dibanding cecunguk kecil seperti aku. Agar mereka tahu juga, di Genta kita pernah bilang “tidak ada orang cerdas disini, yang ada hanyalah mereka yang terus merasa “bodoh” dan terus belajar”.
Comment by febri diansyah — October 11, 2008 @ 5:11 pm
5. Salam, Kawan. Saya sudah lama tidak komunikasi dengan komunitas unand. Syukur sekarang bisa ketemu dengan beberapa nama. Dan bangga dengan Febri di ICW yang beberapa kali sempat saya tonton di TV.
Saya belum bisa komentar banyak. Cuma salam untuk Sonny dan da Wir.
Saya cukup sering discuss dengan Sonny. Dia sahabat yang baik dan cerdas. Gagasannya menarik dan berani melawan arus di Padang. Sayangnya kawan kita ini tidak punya wadah untuk mengimplementasikan pikirannya. Mungkin wadahnya tdak siap, atau mungkin Sonny nya yang belum bisa membahasakan gagasannya kepada publik.
Adakalanya, orang cerdas terkurung dalam zamannya, dan tidak ada yang menganggapnya bermanfaat. Seperti Mendell yang baru dihargaiu setelah matinya. Atau seperti Imam Ali As yang baru diberi kesempatan setelah masa produktifnya berlalu. Cuma untuk Sonny, gagasan-gagasannya selayaknya kita dokumentasikan, ditulis dan disebarluaskan agar menjadi keresahan semua orang. Mungkin tidak diterima sekarang tapi akan diapresiasi oleh anak cucu di kemudian hari :)
Pilihannya sederhana, menjadi Karl Marx yang tidak mati dalam revolusi, tapi mati di atas meja atau menjadi Ali Syariati yang mati dalam mempersiapkan gerakan atau mungkin seperti Khomeini yang bergerak dan berhasil
Salam untuk semua
Comment by Yudi Helfi — October 17, 2008 @ 3:11 am
6. Ah…
ternyata, aku memang masih kerdil.
Ternyata di genta andalas, begitu banyak yang belum ku ketahui.
“Pita yang baik, justru itu tantangannya. Genta. Aku percaya, setidaknya kamu punya semangat. Apakah kamu juga punya kemampuan (selain kemauan)? kita lihat dari apa yang kamu bisa lakukan bersama teman-teman. Dan, jangan kuatir, “kita adalah si bodoh yang selalu ingin belajar” :-)
Comment by pita — October 23, 2008 @ 11:34 am
7. Assalamu alaikum Wr.Wb
Da Sonny yang baik,
Senang sekali rasanya membaca blog yang uda tulis khusus mengulas tentang organisasi pers mahasiswa yang sama-sama kita berproses untuk belajar. Mengutip kata-kata bang feb: “kita adalah si bodoh yang selalu ingin belajar”.
Cuma…ada hal-hal yang harus kita luruskan di sini. Maaf, karena ternyata, kami, baru membaca keluhan dan “kritikan” (walaupun esensinya bukan untuk GENTA ANDALAS).
Maksud kami, setelah membaca posting da sonny, kami rasa yang uda maksud bukanlah GENTA ANDALAS.
Mengapa?
Alasannya:
1. GENTA ANDALAS TIDAK PERNAH beralamat redaksi atau pindah atau berkantor atau apalah….di REKTORAT. Sekali lagi ditegaskan, sejak tahun 2002, GENTA ANDALAS tidak pernah meninggalkan PUSAT KEGIATAN MAHASISWA lantai II. Sekali lagi, TIDAK PERNAH.
2. Yang uda baca (kalau uda masih menyimpan arsipnya, tolong diteliti nama tabloidnya, karena kami YAKIN, itu adalah “GEMA ANDALAS” yang merupakan tabloid HUMAS REKTORAT, yang memang dihandle oleh REKTORAT dan DOSEN. GEMA ANDALAS memang merupakan media publikasi ilmiah yang diisi oleh para dosen.
3. alhamdulillah sampai hari ini kami masih membiayai penerbitan kami sendiri melalui iklan dan kerjasama dengan berbagai pihak (sedikit pihak rektorat, itupun pengadaan barang).
Sedikit konfirmasi kepada bang feb, da wir, da sonny, juga kepada alumni2 GENTA ANDALAS yang terhormat,
kita tidak pernah mimilih jalur “BERMESRAAN” dengan rektorat. Nyatanya, sampai sekarang, dana kami tertahan sejak 2007, bahkan dana-dana kegiatan yang sering “lenyap” sesampai di kantor PR3.
Jadi, mohon, kepada uda-uda atau alumni yang terhormat, jangan langsung menuduh, kalau belum tahu kepastiannya. Kami merasa malu, ketika posting atau coretan uda-uda tentang genta andalas, yang ternyata tidak sesuai dengan kenyataan, dibaca oleh pers mahasiswa yang lain. Toh, kembali lagi, kita sama-sama pernah mendiami rumah “belajar” ini. Kenapa uda-uda tidak memberikan solusi daripada hanya menuduh?
Maaf, mungkin agak basi, tapi nyatanya, kami baru membaca tulisan tentang uda-uda alumni yang terhormat.
Doakan saja, segala tuduhan ataupun kekhawatiran uda-uda yang terhormat, tidak akan…TIDAK AKAN pernah terjadi. Untuk itu, kami sangat membutuhkan dukungan, masukan, kritikan, untuk kami, generasi yang kini meneruskan perjuangan di pers mahasiswa ini yang juga telah “kedatangan” generasi baru, agar kita tetap menjadi MEDIA PEDULI BANGSA, DAMAI, DAN BERMORAL.
Salam Pers Mahasiswa,
Wassalamu alaikum, Wr.Wb
“salam juga…posting kawan-kawan ini akan ku forward ke Sonny, agar komunikasi kita bisa lebih baik.
kawan-kawan Genta Andalas yang baik, kawan-kawan memang punya masa sendiri, karena itu… berkaryalah. dan teruslah belajar, terutama menulis. dan, siapapun tentu akan bisa menilainya dari karya yang dihasilkan. tapi tentu tidak menghilangkan hak yang lain untuk mengkritik.
tentang kecaman dari berbagai pihak, jika kawan-kawan dewasa, tidak perlu menganggapnya sebagai tuduhan. cukuplah klarifikasi saja dan buktikan bahwa kalian memang berkarya. Misal: jika memang teman-teman berhasil menerbitkan tabloid, jurnal, ataupun buletin, kenapa tidak posting di Web atau bahkan Blog. Agar kita semua bisa saling berkomunikasi, diskusi dan saling belajar.
Aku secara pribadi menunggu tulisan kawan-kawan.
Pada FS Yunita, aku memberikan beberapa catatan, demikian juga dengan FS Genta. Yang penting kita ingat, organisasi yang kita pilih adalah sebuah rumah tempat kita belajar, khususnya menulis. Sehingga, tentu wajar jika proses belajar itu -salahsatunya- dinilai dari apa yang kita tulis. Pertanyaanya, “dimana tulisan kawan-kawan genta saat ini?” Aku yakin kalian telah menulis, tapi mungkin kami yang belum membaca. Karena itu biarkan uda, uni ataupun kawan-kawan yang diluar membacanya.
Maka, aku lebih menyarankan agar kawan-kawan juga tidak “tipis kuping” dari segala kritikan. Belajarlah tentang dialektika, tentang perbedaan, bahkan tentang “kecaman” dalam nada sinis. Itu wajar jika kita masuk dalam dunia aktivis seperti ini.
tentang “kemesraan” kawan-kawan dengan rektorat, aku secara pribadi -sayangnya- mendengar juga hal itu dari rekan-rekan UKM lain. Apakah itu benar? Mari buktikan saja dengan tulisan yang kritis. Karena -katakanlah- benar kalian menjalin komunikasi dengan rektorat, itu tidak masalah jika dari karya kawan-kawan bisa tetap terlihat independensi dan kecerdasan mengkritik.
Aku secara pribadi menunggu karya kawan-kawan…
tentang Dana yang tertahan…Rebutlah! Karena itu hak.
Terakhir, selamat datang kawan-kawan yang memilih memulai nafasnya di Genta Andalas. Semoga kawan-kawan tidak masuk karena “kewajiban” kurikulum semata :-)
Selamat belajar.
“Tidak ada satu orang cerdas pun di rumah kita, yang ada hanya kesadaran merasa bodoh dan kesadaran untuk terus belajar”
Menulislah…
Comment by genta andalas — October 25, 2008 @ 10:23 am
8. adik2ku di genta,
terima kasih atas koreksinya,
seperti sebuah pengadilan,
semuanya kembali ke pembuktian
buktikan berapa kali adik2 mampu terbit dlm setahun
buktikan kemandirian
buktikan bhw independensi terjaga
buktikan bhw kritisisme tumbuh
senyata-nyatanya…
buktikan bhw kalian produktif kemudian.. kreatif menulis
ayo ngblog.. :)
aku ingin tahu sejauhmana adik2ku tumbuh
salam sayang,
Sonny,
Comment by sonny — October 25, 2008 @ 5:37 pm
9. oooooh……………….ternyata tahun belakangan ini
aku lupa sesuatu,aku telah tua, aku baru sadar lantaran mimpi tadi pagi
bukan iseng belaka memang.
terlahir dari sebuah banyolan goblok sampai aku benar-benar datang melihat sendiri.bang feb,bung feb,mas feb, kertas ini aroma baru buat hidungku, terima kasih,aku memaksa diri menulis disini.
atas kegentaan yang kita sandang bersama,aku,kau,kalian,dan teman-teman yang baru dan tentunya bang feb(aku memanggilmu sperti itu),da wir,mas sonny,kapan kita bisa bertemu ada secangkir kopi buat kalian jangan pakai rokok ya, tidak sehat,
aku ingin bercerita menertawakan diri kita yang dungu atau lucu…ha….ha….ha….edan.
tidak masalah nantinya lucu atau tidak
yang penting kita tertawa dulu sebagai penghargaan atas cerita itu
tentang GENTA ANDALAS yang menjadi dirinya sendiri
tentang abang2ku yang sekarang hidup dizaman siapa punya !
tentang angka-angka
tentang senyum kita masing-masing
tentang kedunguan yang betul-betul lugu
tentang kalian yang betul2 aku, kami dan genta andalas rindu
aku tak pernah ingin berkaca pada cermin yang terlanjur retak,namun cermin itu terlalu banyak menawarkan nostalgia yang indah,bukan maksud hati berkaca namun apa daya wajahku dipantulkannya dari sana.
aku adalah manusia biasa saja di rumah yang kita ujar genta andalas
hidupkupun biasa saja, hanya perulangan dari pagi ke pagi selanjutnya
setelah wisuda aku baru mengenal perulangn baru buat tahun berikutnya, hidup sebagai mahasiswa dengan kampus berbeda.
tentang dia,si genta andalas itu,dia mengundang kawan-kawan untuk menonton aquariumnya, katanya ikan disana membuat tenang hati.
tentang dia,si genta andalas itu,biarkan darah baru itu berkenalan dengan alamnya sendiri, merangkak,berjalan,menangis,jangan kita pangku, tinjunya tetap kuat, aku paling tau itu.
walau karyamu sedikit tak melekat
namun tinjunya tetap bergaung keras
sekali lagi
singgahlah lagi dirumah itu
bukankah kita pernah menadi bagiannya.
TIDAK SEMUA TAMU HARUS KEMBALI,BUKAN.
Langgeng yang sudah tua.. :-) Genta itu tempat belajar, namun memang sebagian dari kita terlanjur jatuh cinta, dan menanggapnya sebagai rumah. tempat pulang. tapi, sebagian lain hanya singgah, dan pergi lagi.
So, yang terpenting, orang di setiap masa nya memang harus berbuat. termasuk teman-teman di genta sekarang
Comment by elang — October 28, 2008 @ 12:37 pm
Catatan: HMI aset umat & bangsa. Siapa pun berhak bahkan wajib mengkritiknya. Otokritik dan kritisisme adalah bagian dari budaya intelektual
anak kost gw : 2003 - 2007
cantik, lincah, aktivis HMI lagi. Harusnya gw "bajak" dia
sbl dunia tahu keelokannya. Tp dasar gw MIOPI :D