15.3.13

welcome, Mr. (real?) 4 !


Pada akhirnya peluncuran sebuah produk gadget bukan lagi soal teknologi. Tidak peduli seberapa canggih gadget itu, kemampuan marketing atau PR-lah yang akhirnya menentukan. Triknya dimulai dari rumor yang dilontarkan salah seorang petinggi perusahaan melalui media mainstream yang kredibel tentang gadget yang akan mereka rilis. Tidak peduli apakah produk tersebut sudah mencapai tahap prototipe atau masih berada di "meja gambar", si petinggi berusaha menarik lampu sorot agar mengarah pada perusahaannya. Lalu para jurnalis teknologi mulai kasak-kusuk membahas semua hal yang dihubung-hubungkan dengan gadget "siluman" (yang sialan) itu. Berspekulasi tentang ini-itu hingga memunculkan prototipe imajinatif karya mereka sendiri.

Mereka yang sedang mempertimbangkan untuk membeli gadget baru mulai mengarahkan perhatiannya ke si siluman. Para pemamah berita teknologi (tech news junkies) macam saya mulai bertanya-tanya tentang fitur-fitur apalagi yang akan disematkan si sekuel itu. Seberapa mutakhir teknologi yang akan diadopsi. Seberapa bagus perangkat kerasnya. Seberapa baik dukungan sistem operasi dan aplikasi-aplikasinya terhadap kecanggihan perangkat kerasnya. Para penggemar fanatik masing-masing gadget, macam Apple fans, Android-Linuxer, BB fans mulai mengisi baris-baris komentar di halaman-halaman daring dengan berbagai macam tingkah polah kekanak-kanakannya. Yup, boyz is boyz, no matter how old they are. When it comes to toyz, they are still childish.

Begitulah sebuah kekonyolan berawal. Orang-orang PR mulai berbuat genit. Muncul bocoran-bocoran foto si gadget. Entah itu rumor gadungan atau issue beneran. Kerjaan mereka tidak lebih baik dari majalah-majalah dewasa yang menstimulasi pembacanya dengan menampilkan paha saja, pundak putih mulus saja, atau dan setengah lingkaran atas dari itu. Sompret ! Gadget berubah nilainya dari sebuah puncak inovasi yang esensial menjadi pameran casing yang amat artifisial. Memang sih gak artifisial artifisial amat. Design is design. Tapi menampilkan rumor-rumor gak penting itu akan meningkatkan jumlah berita sampah yang menghiasi bahkan media mainstream sekalipun.

Dan anda tahu siapa yang patut "dipersalahkan" atas tren ini? Steve Job !
Ya, Mungkin menurutnya, kharisma di panggung presentasi saja tidak cukup untuk era post-PC, post x86-x64 atau era mobile handheld atau era komputasi mobile atau apalah namanya. Sejak Apple merilis iPhone, nuansa marketing dan PR genit mulai terasa. Gaya Apple yang begini mulai ditiru oleh Samsung dalam merilis perangkat Galaxy paling premium mereka. Tidak peduli berapa budget marketing, PR dan iklan yang harus dikeluarkan, Apple dan Samsung sukses dengan semua kegenitan itu. Jadi, boleh dibilang, mereka menjadi produsen terbesar gadget bukan karena soal teknologi saja, tapi kemampuan untuk bergenit-genit ria.

Catatan:
Tulisan ini dibuat dalam rangka menyambut rilis Samsung Galaxy S4 di New York yang sedang berlangsung saat ini. Beberapa jam sebelum acara Unpacking itu berlangsung LG dan Apple mulai mengganggu dengan kegenitannya untuk membikin bingung para calon pembeli potensial Galaxy S4. LG yang beberapa bulan sebelumnya merilis Google Nexus 4 a.k.a Optimus G mencuri perhatian publik dengan iklan Optimus G Pro tepat di atas billboard Samsung di Times Square. Apple merilis rumor tentang perangkat terbarunya yang akan hadir beberapa bulan lagi. Keduanya berusaha mencuri lampo sorot dari Samsung.
Apapun itu, Blackberry Z10 yang akan dirilis di Amerika Serikat pertengahan Maret ini tampaknya tidak hanya kehilangan momentum, tapi juga kehilangan perhatian publik karena semua kegaduhan ini. Ditambah lagi rumor Lenovo yang akan mengakuisisi Blackberry. Semuanya mulai kacau buat mereka.
Meskipun demikian tetap saja rilis SGS 4 ini agak jomplang dengan tidak hadirnya si aktor utama (atau peran pembantu?): Android 5.0 a.k.a Key Lime Pie sehingga BB Z10 masih punya kesempatan untuk dilirik. Semuanya baru bisa disimpulkan di acara Google IO di bulan Mei. Seberapa keren Motorola X-Phone menyajikan Pie ?

13.3.13

home server impian

Pengen banget punya home server. Dari modem trus ke home server, nah baru di-share koneksinya ke Access Point. Mo-nya di-instal-in Firewall buat nyetop macem-macem: mulai dari virus, iklan, situs-situs gak jelas, spam dll. Trus mo diinstalin MailServer, WebServer, FTP, HTB dan fungsi-fungsi router.

Pengen juga bisa jadi Media Center sekalian. Disambungin ke LCD Projector. Biar bisa nonton layar tancap atau sekedar baca majalah. Ckckckck.. Yang terakhir nih rada konyol. O ya, pengen juga jadi Network Attached Storage (NAS) sekalian. Hard Disk Portable 1 Terabyte saya udah penuh. Film-film yang udah ditonton banyak yang terpaksa dihapus. Yang ngabisin space paling banyak, kayaknya file-file ISO, tutorial, buku-buku, majalah-majalah, plus film-film dokumenter BBC, NG, CBC, HC, DC etc. Yup saya pencinta film dokumenter.

Konyolnya kemarin mikir Raspberry Pi bisa dijadiin home server. Emang sih bisa diinstallin Ubuntu. Tapi versi lite banget. Bisa mampus tuh si Pi kalo dipaksain jadi server. Belakangan Intel katanya mo ngeluarin saingannya Raspberry, tapi untuk arsitektur x86. Hmm.. kayaknya seru tuh. Gak sekedar imut, tapi juga ber-te-na-ga. Tapi apa cukup kuat untuk jadi server sekelas home gitu.

Kayaknya, motherboard mini-ATX cukup deh buat dijadiin server. Tapi mo cari yang slot memory-nya bisa nrima 8 GB RAM. Dan harus optimal. Soalnya mo diinstalin program virtualisasi sekalian, biar bisa nginstallin macam-macam OS sebagai guests. Soalnya ada yang suka maen game-game RPG-nya Windows tuh. CounterStrike. Trus mo-nya jadi terrorist aja. Suka main pisau lagi. Ckckck...

Ubuntu Server, CentOS, atau Fedora aja sekalian? Bagusnya yang banyak dokumentasinya. Yup, musti belajar LinuxServer lebih dalam dulu nih. Otodidak aja. Gak ada kursusnya sih..

Update: ternyata CounterStrike bisa dimainin secara native di Linux. Tapi yg versi 1.6 aja. Lainnya musti pake emulator. Testing ntar.. Smooth gak ya..

recent post