16.1.15

Rais Farhan Albiruni

Awalnya, saya ingin menamakannya dengan nama yang indah. Saya punya "stok kombinasi nama" yang sudah lama saya rancang. Contohnya :

Najib Badiuzzaman - Yang cerdas yang termasyhur sepanjang zaman
Adib Badiuzzaman - Sastrawan/Budayawan yang termasyhur sepanjang zaman
Habibie Alfa Badar - Kekasihku seindah 1000 purnama

Najib Badiuzzaman - Yang cerdas yang termasyhur sepanjang zaman
Adib Badiuzzaman - Sastrawan/Budayawan yang termasyhur sepanjang zaman
Jamal Alva Badar - Setampan 1000 purnama
Zakie Avicenna - Secerdas Ibnu Sina
Zakie Averroes - Secerdas Ibnu Rusydi
Zakie Alfarabi - Secerdas Alfarabi
iqbal syaukanie - kau terima cintaku / Buah cintaku
Galih Farhan - Hati yang selalu bahagia
Salik Khalilullah - Penempuh jalan (menuju Tuhan) yang dicintai Tuhan sebagaimana Dia mencintai Ibrahim *

Namun, perempuan itu menolak beberapa nama di atas karena beberapa anak didiknya yang punya nama seperti Najib, Zaki, Iqbal ternyata anak-anak bandel. Saya tidak tertarik mendebatnya. Lalu ia mengajukan proposisi: nama anak kami harus ada kata-kata PEMIMPIN. Maka jadilah nama depan anak kami RAIS. (Berasal dari huruf RA - WAW - SIN)

Saya suka dengan kata BAHAGIA. Saya berharap ia menjadi bocah yang bahagia terlepas dari kondisi obyektif di sekitarnya. Maka nama kedua anak kami adalah FARHAN. (Berasal dari huruf FA - RA - HA) Kata farihun, plural dari kata farh, digunakan Allah dalam Alquran untuk menggambarkan kondisi penghuni-penghuni surga. Semoga anak kami tidak hanya bahagia sendirian, tapi juga membahagiakan orang banyak.**

Saya ingin menamakan anak kami dengan sesuatu yang mengingatkannya pada kejayaan peradaban umat muslim di masa lampau. Awalnya saya ingin menambahkan kata Avicenna atau Averroes atau Alfarabi. Tapi rasanya ketiga nama itu membawa beban yang teramat berat: filsafat.

Ibn Sina memang dikenal sebagai mahaguru kedokteran. Ibn Rusyd seorang hakim atau mahaguru ilmu-ilmu keislaman. Alfarabi dikenal sebagai mahaguru musik. Tapi ketiganya juga tidak kalah terkenalnya sebagai mahaguru filsafat. Saya ingin anak saya menghindar dari filsafat. Kalau tahu filsafat, cukuplah hal-hal yang umum.

Akhirnya pilihan saya jatuh pada Albiruni. Ia menyukai sains sekaligus ilmu-ilmu sosial. Pengetahuannya mencakup banyak bidang. Tapi ia lebih dikenal sebagai penulis ensiklopedi, bapak (cabang ilmu) Geodesi dan Indology.

Maka sepakatlah kami menamakannya RAIS FARHAN ALBIRUNI


Catatan :
* nama-nama di atas adalah terjemahan fleksibel, suka-suka, sesuai doa saya tentang nama-nama itu
** Saya hanya paham bahasa arab dengan segala semantika dan morfologinya. Hanya dengan menggunakan bahasa arab saya bisa menemukan kedalaman arti. Suatu saat saya berharap bisa menyampaikan pada anak ini arti namanya dan seberapa banyak namanya bertebaran di dalam al-Quran dan untuk menjelaskan apa.


perempuan itu..

Ketika beberapa teman perempuan saya meninggalkan karirnya setelah berumah tangga, saya mulai menyadari bahwa perempuan terbaik bagi saya adalah yang selalu bisa dekat anak atau setidaknya punya pekerjaan yang tidak membuatnya terlalu sibuk di luar rumah. Di saat lain, saya sering iba melihat anak kedua kakak laki-laki saya yang terlalu sering ditinggal bundanya. Mungkin menjadi dosen cukup menyita waktunya. Padahal siapa yang tidak jatuh hati pada bocah laki-laki 1,5 tahun yang punya rasa ingin tahu tinggi itu. Mungkin dia berbakat menjadi insinyur karena perhatiannya yang amat fokus.

Maka perempuan itulah jawaban dari doa-doa saya di rumahNya. Saya bukan muslim yang relijius--bila itu berarti rutin melaksanakan ibadah-ibadah sunnah--tapi saya percaya bahwa Dia memilihkan yang terbaik tanpa nyinyir bicara soal detail. Bahkan Dia memilihkan detail-detail terbaik buat saya.

Detail-detailnya mulai saya pahami satu per satu setelah menikah. Semasa remaja, dia lebih banyak berteman dengan cowok ketimbang cewek. Bagi saya itu menarik ! Saya sendiri dibesarkan dalam lingkungan yang tidak memungkinkan punya banyak teman cewek. Akan sulit bagi saya bila dia terlalu feminin. Yang paling feminin dari dirinya mungkin pantangannya menggunakan celana (apalagi jeans) bila bepergian ke luar rumah. Dan saya lambat laun menyukainya. Celana dan jeans perempuan masa kini identik dengan ketat.

Dia perempuan yang banyak bicara, sementara saya sebaliknya. Amat mudah mengetahui bila dia sedang bad mood: tidak banyak bicara atau cerita. Dia bisa cerita tentang apa saja tanpa berhenti di depan seorang laki-laki yang irit menanggapi bahkan lupa. Dia sering tertawa bila saya mulai tidak konsisten merespon ceritanya.

Dia masa kuliah hingga akan menikah, dia rutin mengikuti halaqah atau pengajian. Alhamdulillah ternyata bukan halaqah salafy. Saya tidak anti salafy, juga bukan seorang liberal. Saya hanya tidak suka serumah dengan perempuan salafy. Kami mungkin tidak akan berhenti berdebat. Mulai dari hal-hal prinsipil sampai tetek bengek hantu balau. Bagi saya, ada yang lebih bermakna ketimbang salafy atau liberal. Yaitu menjadi relijius. Dan relijius itu adalah dia..


recent post