31.12.08

resolusi tahun baru

Tahun baru, entah itu dalam penanggalan matahari atau penanggalan bulan/lunar pada dasarnya hanyalah fenomena fisika. Lalu manusia memberi penanda padanya. Penanggalan matahari kita kenal sebagai Masehi, merujuk pada Sang Messiah atau Al-Masiih, Jesus atau Isa.

Sementara itu, umat Islam menamakan penanggalan lunar dengan Hijriyyah, menandai salah satu peristiwa penting dalam sejarah, yaitu hijrahnya Nabi dari Makkah ke Madinah. Perlu diingat, penggunaan istilah hijriyyah bukan di era Nabi sendiri, tapi di era Umar ibn Khattab, Khalifah ke-2 dari 4 Khalifah Rasyidin. Merayakan Tahun Baru 1 Muharram bukanlah ibadah, melainkan ritus budaya belaka. Tapi tentu dalam ajaran Islam, tidak ada dikotomi absolut antara yang ibadah dan bukan ibadah, sebagaimana Islam menolak pemisahan dikotomis antara agama dan kehidupan duniawi (sekularisme). Jika sesuatu itu baik untuk dikerjakan dan dimulai dengan bismillah, maka itu sudah bernilai ibadah

Jadi pada hakekatnya hanya soal tanda dan penanda. Lalu, bila saya ingin membuat resolusi, Masehi atau Hijriyyah kah yang akan saya gunakan?

Ketika kita membuat resolusi, lagi-lagi kita menambahkan penanda terhadap tanda yang sudah dimaknai ribuan tahun silam. Tidak soal bagi saya menggunakan Masehi atau Hijriyyah. Tapi tentu preferensi saya adalah hijriyyah, karena inisiasi makna hijrah cukup baik dalam diri saya. Bagi Nabi Muhammad sendiri, melaksanakan hijrah dari Makkah ke Madinah adalah sebuah resolusi. Tindakannya itu menandai babak baru dalam masa kenabiannya (yang relatif pendek dibanding Nabi/Rasul lainnya) khususnya dan sejarah umat Islam secara keseluruhan.

Resolusi
Setiap orang bebas memilih untuk berbagi resolusi dengan orang lain atau menyimpannya untuk diri mereka sendiri. Saya memilih untuk berbagi satu resolusi saja dengan anda. Resolusi saya tahun depan adalah menemukan arah hidup saya: apakah tetap di dunia ekonomi atau kembali pulang ke ranah pemikiran.

Seringkali di tengah reuni penuh gelak tawa berkumpul dengan teman-teman kuliah di Fakultas Ekonomi, saya merasakan semacam keterasingan. Ada banyak hal yang tidak bisa saya bicarakan bersama mereka: mimpi-mimpi, cita-cita dan tanggung jawab intelektual. Terkadang saya berpikir bahwa kuliah bersama mereka dulu adalah semacam kegilaan, petualangan yang dipicu rasa ingin tahu. Dan tentu saja, suatu kegilaan dan petualangan haruslah ada akhirnya.

Saya memang merindukan saat-saat dahulu. Pustaka yang hening, buku-buku, koran, majalah, jurnal dan setumpuk fotokopi makalah. Diskusi-diskusi hingga tengah malam, kopi, dan asap rokok yang mengepul dari beberapa teman. Sejak saat itu sudah banyak yang berubah dalam pribadi saya. Dulu saya introvert, sekarang extrovert. Dulu saya memandang dunia dari kacamata judgment, sekarang dari kacamata persepsi. Alam pikiran saya bergerak dari kutub normatif ke kutub empiris.

Apakah saya akan pulang ke ranah intelektual? Pertanyaannya, apakah jejak-jejak kaki yang saya tinggalkan dulu berpendar menunjukkan jalan pulang?


SBY, Raja Jawa modern

Sejak Susilo Bambang Yudhoyono masuk ke dalam bursa capres, saya semakin was-was dengan orang ini. Track record-nya hampir tanpa cacat. Tulisan-tulisannya sering muncul di koran-koran, termasuk di Republika, bacaan utama saya. Pilihan untuk menulis di Republika, menurut saya untuk menjangkau pemirsa yang Islamis, salah satu konstituen politik penting di negeri ini. Karenanya dia dikenal sebagai militer intelektual. Agum Gumelar pun juga sering menulis di koran, tapi tidak sebagus tulisan SBY. Dan lagi, gaya bicara SBY lebih padat dan berisi, sementara gaya bicara Agum lebih informal. 

Karir militernya lebih banyak berhubungan dengan strategi militer. Ia sempat belajar di Sekolah Militer West Point. Kata kuncinya: strategi, intelejen, intelektual. Ia harusnya ikut dimintai pertanggungjawaban menyangkut krisis Timor Timur karena sempat menjabat Kepala Staf Teritorial, jabatan yang bertanggungjawab untuk urusan strategi dan intelejen. Dan kenyataannya ia bisa lolos dari lubang jarum itu.

Dalam militer sendiri terdengar friksi-friksi yang memuncak saat pra dan paska gerakan reformasi. Kubu Prabowo, anak begawan ekonomi Sumitro, menantu Soeharto, perwira muda cerdas yang rajin baca buku sekaligus ahli di medan perang. Ayah dalam konteks tertentu adalah intelektual pengkhianat. Dulunya ia anggota Partai Sosialis Indonesia lalu membangun jejaring dengan melakukan kontak-kontak dengan Soe Hok Gie. Ketika rezim Orde Baru lahir ia bekerja untuk Soeharto sementara Gie memilih kembali ke kampus. Sumitro bertanggungjawab dengan cetak biru ekonomi Orba yang digambarkan Dawam sebagai Kapitalisme Kuno atau Kapiltalisme bermazhab Klasik/Liberal (Adam Smith). Anak-anak begawan itu ikut kecipratan "kue pembangunan," sebagaimana anak-anak Soeharto

Juga ada Kubu Wiranto, mantan ajudan Soeharto, pernah menjabat panglima, yang selalu membanggakan ketidakmauannya merebut kekuasaan di saat chaos dan status quo 1998. Padahal menurut saya, kalkulasi politiknya menyimpulkan jejaring Wiranto di tubuh militer tidak memadai untuk sukses melaksanakan kup. Juga ada kubu Agum tapi tidak terlalu diperhitungkan. Berbeda dengan Wiranto vs Prabowo yang terlihat bersaing frontal, kubu SBY amat taktis berhadapan kubu-kubu lain.

Mengenai gerakan reformasi, militer tidak bisa dibilang mendukung reformasi. SBY termasuk setia di belakang Soeharto. Kalau pun kemudian dia kelihatan sebagai perwira reformis itu hanya karena mengikuti kemana angin berhembus kencang. Pragmatis - oportunis.

Saya sempat menaruh harapan ketika SBY meraih gelar doktor bidang ekonomi pertanian dari IPB menjelang pemilu, kalau toh ia akhirnya jadi presiden setidaknya ia peduli pada pertanian. Tapi nyatanya disertasi doktoralnya hanya sampah dari mulut yang berbusa-busa bicara tentang keberpihakan pada petani. Aktivis-aktivis LSM masih berteriak soal reformasi agraria; tercaploknya peruntukan lahan untuk pertanian yang paling produktif dan subur sekalipun untuk kepentingan lainnya; krisis benih dst. Meski petani adalah profesi mayoritas di negeri ini tapi masalah mereka jarang menjadi headline koran. Di saat krisis minyak dan kebutuhan dunia akan bahan bakar nabati yang berujung pada krisis pangan, pertanian kembali dilirik. Sayangnya, Indonesia tidak bisa mengantisipasinya. Itu kan tugas para ekonom untuk memproyeksi masa depan.

Dan terakhir, SBY berusaha mereduksi pengaruh Sri Sultan Hamengkubowono X yang maju dalam pilpres 2009. Keduanya bersaing dengan bahasa yang halus. Dahulunya, Soeharto berhasil meredam pengaruh Sri Sultan HB IX dengan menjadikan beliau wakil presiden. Ketika pihak Kraton Jogja menolak Ibu Tien dimakamkan di kompleks pemakaman mereka, Soeharto mendekati Kraton Surakarta dan berhasil membangun kompleks pemakaman Keluarga Cendana di dekat kompleks pemakaman
Kraton Surakarta. Kraton Surakarta sendiri sejak zaman Belanda memang sudah berkhianat pada negeri ini.

Kandidat terkuat yang akan menggusur SBY memang Sri Sultan. Megawati cukup kuat karena dalam darahnya masih mengalir keturunan priyayi Jawa - Bali. Akan tetapi Mega sudah lama tidak diterima di kalangan Islamis karena kecendrungan Kejawen dan sekularnya yang tidak berhasil disembunyikan.

Kalau kita membaca tindak-tanduk SBY dalam Kosmologi Jawa, sebagaimana yang pernah digunakan untuk memahami perilaku Soeharto, bisa disimpulkan bahwa ia Raja Jawa baru yang dalam konteks tertentu sama menakutkannya dengan Soeharto. Bahkan dalam beberapa hal ia lebih maju dari Soeharto. Dalam alam reformasi saat ini, basis pengetahuan strategi militernya amat mendukungnya untuk menjadi versi baru dari Raja Jawa. Raja Jawa modern !

30.12.08

Otonomi Palestina vs Palestina Merdeka



Indonesia, meski miskin, punya bargain power kuat di dunia Internasional sebagai negara berpenduduk mayoritas muslim. Sayangnya tidak digunakan. Sudah jelas masyarakat Indonesia ingin presidennya bicara tegas tentang isu nuklir Iran & Palestina. Ah, presiden kita melempem ! Penakut ! Sok taktis !

Bisanya cuman abstain soal Iran. Dan mengutuk soal teror Israel terhadap Palestina. SBY merekomendasikan resolusi DK PBB untuk mengutuk Israel.

Oh, PBB? Penting ga sih? Hanya butuh beberapa resolusi untuk meng-invasi Irak dan sudah puluhan resolusi yang mengecam Israel, toh rezim kolonial & apartheid itu melenggang aja. Kalo Amerika boleh pake jalur UNILATERAL, kenapa kita tidak?





pranala dalam terkait: Perempuan Palestina






28.12.08

berharap pada Obama? (2)

Sebenernya saya mo cerita tentang diskusi buku "Indonesia Dikhianati" karya Prof. Collins dari Ohio (15 Des, ba'da Isya). Beliau bahkan hadir di acara yang diadakan di Universitas Paramadina itu. Di antara mereka yang hadir, lebih dari 10-an orang mantan mahasiswa beliau yang rata-rata berprofesi sebagai aktivis LSM dan dosen. Anies Baswedan & Emmy Hafild hadir sebagai pembicara. Imam B Prasodjo yang kocak itu tampil sebagai moderator. (Kata dia, orang Indonesia gak bakal nglempar Bush pake sepatu. Sandal sih mungkin tapi tetap aja kejauhan (Irak)

Tapi sepertinya akan panjang kalau saya tuliskan tentang diskusi itu. Sebagai gantinya, saya kutipkan pendapat AB & EH tentang fenomena Obama. Demikian kutipan tidak langsungnya:

EMMY HAFILD:
Tidak ada korelasinya antara Obama menjadi presiden Amerika dengan semakin eratnya hubungan Amerika - Indonesia. Jangan terlalu berharap. Demokrat tidak lebih baik dari Republik. Siapapun presidennya, perhatikan siapa Chief of Economists yang dipilihnya. Larry Summer ! Larry Summer itu mantan orang World Bank. Dia penyokong pasar bebas dan NAFTA (North Amerika Free Trade Area).

ANIES BASWEDAN:
Sedikit menambahkan. World Bank pernah mengeluarkan sebuah memo yang merekomendasikan negara-negara maju untuk membuang limbah berbahayanya ke negara-negara lain. Saat itu Larry Summer bertindak sebagai editor memo itu. Rekomendasinya didasarkan pada penelitian bahwa biaya pengobatan orang-orang yang menderita karena limbah itu di Afrika lebih rendah ketimbang biaya pengobatan masyarakat negara-negara maju.



lihat juga: berharap pada Obama? (1), 9 Juli 08, posting pertama

  • Anies Rasyid Baswedan adalah cucu dari salah seorang founding father Indonesia, anggota BPUPKI, AR Baswedan. Dalam budaya Arab, adalah biasa memberi nama cucu/cicit dengan nama kakek /moyangnya. Dan orang Arab dikenal biasa menghafal silsilah keluarga.
  • Di antara sekian tokoh nasional yang bermukim di Jogja, AR Baswedan, sang kakek, adalah salah satu tokoh yang cukup dekat dengan Ahmad Wahib. Beliau percaya bahwa Soekarno adalah salah satu pembaharu Islam abad 20 karena bisa mensintesakan Islam & Marxisme menjadi Marhaenisme. Ah, kakek yang konyol ! (Lebih jelasnya, baca Kata Pengantar Dawam Rahardjo & Djohan Effendi untuk Catatan Harian Ahmad Wahib, terbitan LP3ES)

24.12.08

myNET habit

Prinsip ngNet saya adalah efesien & efektif dan HEMAT CLICK !

BLOGGING: Saya menggunakan ScribeFire. Bisa juga sih menggunakan Ms Word 2007 atau WindowsLiveWriter2009. Saya suka SF karena ringan dan terintegrasi dengan FireFox. Lagian, SF hanya makan beberapa megabytes RAM saja. Fasilitas ketiga BLOGGING CLIENT ini gak beda-beda jauh. Lagian, SF cuman 483kb. Bisa di-download & digunakan kapan/dimana saja.

UPLOAD GAMBAR
: Saya menggunakan fireflix untuk mengupload gambar dari komputer ke flickr atau uploadr2flickr untuk nyimpan gambar dari internet ke account flickr saya. Belakangan PICASA v3 sudah lumayan ketimbang versi 2. Karena itu saya menggunakannya untuk mengupload foto secara glondongan. Overall, google emang lebih baik hati ketimbang yahoo. Namun saya tetap menggunakan 3 program diatas sesuai keunggulan masing-masing.

BROWSING: Saya menggunakan FIREFOX v3 yang sudah saya utak-atik about:confignya biar lebih kencang. Dan lagi saya menggunakan banyak addOns u melakukan pekerjaan spesifik. Firefox khusus untuk account sonnylagi@yahoo.co.id (mail, flickr, briefcase) & fikriyathir@gmail.com (blogger, gmail, box.net, picasa). Saya juga menggunakan OPERA untuk log in dengan account yahoo saya yang lama (reborsonny@yahoo.com) atau browsing secara anonim. Dengan demikian, saya TIDAK pernah lagi SIGN OUT atau LOG OUT di komputer pribadi saya. Belakangan, saya lebih sering menggunakan Google Chrome v1 untuk menggantikan fungsi Opera. Chrome tidak lagi crash dan saya optimis dengan perkembangannya karena OpenSource seperti Firefox. Tidak masalah kan punya 3 browser di satu komputer? FF yang dijejali dengan banyak addOns vs Google Chrome ? Tentu Chrome sedikit lebih cepat.

SAVE AS WEBPAGEs: Saya menggunakan ScrapBook ketimbang File>Save As atau CTR+S. SB juga bisa menggantikan fungsi Teleport Pro. Bagi yang tertarik menggunakan Teleport Pro, silahkan download disini dan ini Serial Numbernya. Setelah di-install, masukkan username & SN di HELP > REGISTER.


DOWNLOAD: Saya menggunakan FlashGet. Terintegrasi dengan FireFox via flashgot & cepat. Juga bisa untuk mengganti fungsi bitorrent & limewire.

EMAIL: Saya menggunakan Ms Outlook 2007, bagian dari MsOffice2007 (atau Evolution di Linux) untuk email. Yahoo! Indonesia menyediakan fasilitas POP MAIL (sonnylagi@yahoo.co.id) dan juga Gmail (fikriyathir@gmail.com). Account fikriyathir masih saya gunakan untuk berselancar (terutama di situs-situs teknologi) dan mendaftar di berbagai mailing list secara anonim. Anonimitas sendiri adalah warisan budaya Web 1.0 Dalam konteks tertentu, ia masih diperlukan.

MAILING LIST: Saya mengikuti bbrp milis, mulai dari soal Islam, pemikiran, sastra, buku, manajemen, sejarah, dan almamater. Saya cuman silent reader. Gak punya waktu ikut-ikutan ribut :D Untuk efesiensi, saya menggunakan fasilitas DAILY DIGEST - Full FEATURED. Saya hanya membaca apa-apa yang saya butuhkan. Skimming - scanning.


RSS Feed: Saya menggunakan Ms Outlook 2007 untuk membaca bbrp blog & situs favorit (atau RSS Akregator di Linux). Tidak perlu repot-repot mengetik nama blog dan menyimpannya. Semuanya mengalir secara otomatis ke Ms Outlook. Oh ya, saya lebih suka RSS ketimbang berkunjung ke situs aselinya, kecuali kalo ingin ngasih komentar, atau Feed-nya cuman sepotong saja dan saya perlu membaca sampai tuntas. Jadi, saya bisa membaca secara offline atau menghemat bandwith.



itu aja dulu..


LOGIKA ngNET: Setiap fasilitas di internet, akhirnya selalu didukung oleh client-side program. Kesemua yang saya bicarakan diatas adalah Client-side Program atau program yang terinstall & berjalan di sisi client/workstation/personal computer. Contohnya, flickr: anda bisa mengupload foto dengan fasilitas yang tersedia di website-nya (server-side program) atau menggunakan FireFlix / uploadr2flickr. Lagi, blogging: anda pasti terbiasa menggunakan fasilitas posting di blogger.com / wordpress.com dengan segala keterbatasannya atau ScribeFire dengan segala featurenya.
Intinya: client-side program lebih cepat, kaya fasilitas & hemat bandwith ketimbang server-side program.

NB:
  • Silahkan pelajari sendiri atau kunjungi blog itlifestyle saya :)
  • Jangan panik ketika posting dg ScribeFire tapi tidak muncul di homepage blog anda. Kadang, kalo koneksi bandwith anda jelek, posting muncul setelah 3 - 5 menit.



22.12.08

at the end of civilization

Sabtu
Inilah ujung perjalananku ke akhir peradaban. Tak kutemukan makna ketika telusuri Kota Tua ini. Aku berharap keheningan akan membantu berdialog dengan benda-benda itu. Namun kerumunan manusia mengganggu. Kenapa lagak mereka tak ubahnya seperti melancong ke mal-mal ?

Ming gu
Mungkin hanya Musium Bank Mandiri yang menjadi rumah sejarah yang menyenangkan. Rumah bagi banyak komunitas budaya: Jejak Langkah, Historia, Teater Komersil, Indonesia Membaca, Paguyuban Kota Tua dst. Dan disini aku, bersama seorang teman lama yang riang seperti kanak-kanak. Ah, kenapa tidak berlagak saja seperti 2 anak SD yang tersesat di masa lalu bangsa ini ?












judul posting ini meminjam konsep himawan ttg Kota Tua Jakarta

18.12.08

ketika bosan..

Belakangan saya merasa bosan dengan ritme hidup saya. Dan inilah yang saya lakukan: beli 5 CD MP3; 2 DVD Tutorial Photoshop untuk level advance; CD Tutorial Interaktif Photoshop berbahasa Indonesia untuk sepupu (level basic); CD Program Point Of Sales + Warehouse untuk teman; DVD Encyclopedia Britannica 2008; dan DVD Web Programming. Saya tidak tahu kapan bisa bermain-main dengan Photoshop, Dreamweaver & POS. Yang penting saya beliii aja. Plz, dont ask me if piracy is bad or good. I'll argue with shared capitalism (and unfair world ?)


Kayaknya saya lagi bosan berat nih. Biasanya kalo bosan gini saya pergi ke Senen beli buku/novel dan beberapa edisi majalah kesukaan saya: BusinessWeek, Infolinux, jurnal sastra HORISON, FORTUNE, sedikit SWA dan Marketing. Kalo ada TEMPO edisi khusus yang asyik topiknya saya beli juga tuh. Yang penting beli dulu. Mo dibaca atau tidak itu urusan belakangan. Tapi kalo BW itu selalu asyik dibaca kapan saja. Seperti baca komik :)

Atau kalo bosan saya pergi makan mie ayam hanya sekedar untuk berakhir di double u c. Semacam bunuh diri :D

Ketika membeli ensiklopedi saya dihadapkan pada 2 pilihan : Microsoft Encarta 2009 atau Britannica 2008 ? Saya punya edisi 2005 keduanya. Waktu itu, Encarta lebih kaya informasi dan diprogram lebih baik ketimbang Britannica. Dan lagi melihat edisinya, Encarta 2009 vs Britannica 2008, harusnya saya memilih Encarta. Tapi akhirnya saya memilih Britannica. Why? Yah, anggap saja akhir-akhir ini otak saya semakin bermasalah dengan produk-produk Microsot. Hihihihihi..

Ada yang punya DVD Wikipedia berbahasa Inggris? Saya lebih suka itu sebenarnya. Open license dan lebih kaya informasi meski hanya dalam bentuk teks. Apa tidak ada yang berinisiatif mengunduhnya sehingga bisa dijelajahi secara offline?

Nah beli MP3 lebih konyol lagi. Awalnya saya mo beli kompilasi MP3 lagu Indonesia terbaru. Tapi setelah melihat daftar lagunya, kepala saya puyeng. Akhir-akhir ini telinga saya bermasalah dengerin band-band baru. Apalagi kalo melankolik-melankolik gak jelas gitu. Wah bisa muntah-muntah saya. Whahaha lebayh. Tapi Kangen Band exceptional laah. (Si Lia pasti ketawa berat. Soal musik, elu emang jagonya deeeh)

Saya baru ngerti kenapa teman saya di warnet dulu hanya dengerin Classic Rock (Scorpion dkk). Kalo yang Indonesia, dia cuman dengerin Iwan Fals. Masalah di telinganya sekarang menular ke telinga saya.

Akhirnya saya beli kompilasi MP3 Jazz Indonesia, Jazz Barat serta Complete Albumnya PADI & PeterPan. Oh ya, satu lagi: kompilasi POWER OF LOVE. Eits.. ini bukan kompilasi lagu yang mendayu-dayu amat lho. Di dalamnya ada Rod Steward, Eric Clapton, Lionel Richie, Richard Marx, MLTR, Backstreet, Boyzone. Ada M2M juga! Hihihihi.. lucu aja denger tu anak bedua nyanyi. Napa pula sampe bubar? Iya, Power of Love tentu ada lagu mendayu-dayunya. Saya suka lagu-lagu duet kayak Endless Love dkk.

Saya bela-belain beli complete album PADI & PeterPan mungkin untuk sesuatu yang serius sekaligus konyol. Saya ingin memahami peta pikiran mereka. PADI bagi saya amat menarik. Semakin tua personilnya, semakin "gelap" liriknya. Saya denger lagu mereka sejak 1995an. PeterPan saya suka sejak album kedua mereka. Gigi juga menarik. Something strange in their music, especially in their early career. Tapi saya gak kepikiran nyari album mereka waktu itu.

Ah, andai saja saya tau cara masak kue. Mungkin kalo bosan, saya bakal bikin brownies..

Catatan kecik:
Sepertinya saya juga harus beli Encarta nih. Britannica kapan bagusnya ?

Saya juga suka Chrisye. Khususnya lagu-lagu indah karya Guruh SP. Di Syawwal 1418 H / 1998 M, saya pernah nyetel lagu-lagu itu di tempat saya bertugas: Information Desk, Syawwal Month Committee di Gontor. Ketika saya pergi sebentar, teman saya bilang Ust Romli nyuruh matiin. Katanya lagu cengeng. Hihihi.. senewen kali dia. Emang sih untuk ukuran Gontor, lagu-lagu Guruh bisa dikategorikan cengeng. Overall, those're part of official songs of my territory: OPPM Library !

Nasyid? Tentu. Telinga saya punya range notasi yg lumayan lebaaaar. Apalagi nasyid skrg lebih variatif.

Kalau bosan, saya kadang ke pasar, beli ikan, sayur, cabe goreng. Masak.. :)

16.12.08

i'm just a growing tree

akhirnya saya "mengalah" pada pemirsa blog ini..

Awalnya, saya berusaha berhenti berbicara soal kehidupan (pribadi) saya di blog ini. Bukankah sudah terlalu banyak yang saya tulis di blog-blog sebelumnya: love & travelog, redefining sonny & pejalan hujan. Saya ingin bicara hal-hal berat yang mungkin tidak ingin anda ketahui. Tapi rasanya bersama intensitas saya untuk tumbuh bersama blog ini, teman-teman di sekitar saya ikut tumbuh bersama blog mereka.

Dan begitulah. Setiap kita adalah energi. Saya berharap bisa selalu memancarkan energi-energi positif: semangat hidup. Maka ketika anda memantulkan kembali energi-energi positif itu kepada saya dengan cara anda tentunya, saya merasa semakin hidup.

Mari belajar dan tumbuh bersama..

HB Jassin dan keindahan sastrawi al-Qur'an (edited)

PENDAHULUAN (just skip this boring part)
Minggu lalu saya mengikuti 3 diskusi tentang ilmu Tafsir al-Qur'an di 2 tempat. Diskusi pertama membedah buku yang merupakan hasil disertasi doktoral Dr. Moh Matsna HS, MA, seorang dosen Sastra Arab UIN Jakarta. Judulnya, "Orientasi Semantik Tafsir al-Zamakhsyari: Kajian Makna Ayat-ayat Kalam". Pembedahnya, dosen sepuh, Prof Muslim Nasution, Guru Besar Ilmu Kalam, UIN Jakarta. Amat disayangkan, Dr. Phil. Nur Kholish Setiawan tidak hadir. Beliau Dosen Ilmu Tafsir, penulis buku "Al-Quran Kitab Sastra Terbesar."

Diskusi kedua berangkat dari sebuah paper kesarjanaan berjudul "Purposes Exegesis: a study of Quraish Shihab's thematic interpretation of the Qur'an." Sederhananya, membedah metodologi tafsir tematik (maudhu'i) yang digunakan Quraish Shihab dalam bukunya Wawasan al-Qur'an. Buku tersebut mengkaji tema-tema besar dari al-Qur'an: manusia, Tuhan, Agama dst.

Diskusi ketiga dimulai dari paper berjudul "The Controversy around HB Jassin: a study on his al-Qur'anul Karim Bacaan Mulia & al-Qur'an Berwajah Puisi." Alhamdulillah, diskusi ini difasilitasi langsung oleh penulis paper, Dr Yusuf Rahman. Kalau tidak salah, paper itu menjadi titik tolak disertasi doktoral beliau.

TAFSIR, FILSAFAT ILMU & PARADIGMA PEMIKIRAN
(just skip this boring part)
Saya tidak mendalami Ilmu Tafsir dan ilmu-ilmu keislaman lainnya. Namun saya membutuhkan basis pengetahuan tafsir sebagai pijakan normatif - radikal bagi keseluruhan bangunan paradigma pemikiran saya sebagaimana saya meletakkan al-Qur'an--dan semangat Tauhid yang dibawanya--sebagai pondasi. Dalam tingkat intelektualisme tertentu, memahami al-Qur'an tanpa memahami tafsir berikut disiplin yang melingkupinya (sastra Arab, asbabun nuzul dst) sia-sia saja. Dalam peta pikiran, saya membangun filsafat ilmu pribadi berdasarkan beberapa diskursus, mulai dari gagasan Islamisasi pengetahuan Ismail Raji' al-Faruqy (beserta polemik yang dilahirkannya) hingga gagasan Ilmu Sosial Profetik Kuntowijoyo. Lebih dari itu, saya membaca perbincangan klasifikasi ilmu dari abad keemasan Islam (Ibn Sina, al-Ghazali, Ibn Miskawaih dst). Suatu saat saya berharap bisa mengintegrasikan keseluruhan diskursus epistomologis ini beserta sekelumit pengetahuan tafsir saya untuk membangun ulang paradigma pemikiran saya.

HB JASSIN & AL-QUR'AN
Blog ini tidak memadai untuk membahas pembicaraan kesarjanaan semacam ini. Tapi ada baiknya saya menurunkan tensi diskusi ketiga ke bentuk tulisan yang lebih ringan, for the sake of enlightening.

Berawal dari acara tahlilan paska meninggalnya istri HB Jassin, terdetik dalam pikiran beliau untuk membuat sebuah terjemahan al-Qur'an ke bahasa Indonesia yang bisa mewakili keindahan sastrawi bahasa aslinya, Arab. Lalu terbitlah Al-Qur'anul Karim Bacaan Mulia pada tahun 1977.

Secara format, buku Jassin ini tidak ada bedanya dengan Al-Qur'an dan terjemahannya yang diterbitkan oleh Departemen Agama. Disisi kanan halaman ada teks al-Qur'an dalam tulisan Arab tentunya dan di sisi kiri, terjemahannya. Yang berbeda adalah gaya terjemahannya. Terjemahan terbitan Depag dikerjakan oleh para pakar tafsir dan sastra Arab terkemuka di Indonesia. Hasilnya: sebuah terjemahan yang biasa, layaknya terjemahan buku Bahasa Arab ke Bahasa Indonesia.

HB Jassin tidak mempunyai basis kemampuan bahasa Arab apalagi tafsir. Beliau hanya seorang Paus Sastra Indonesia (menurut Gauis Siagian) atau Wali Penjaga Sastra Indonesia (menurut Prof AA Teeuw). Dalam usaha penulisan buku ini, HB Jassin amat terbantu dengan adanya terjemahan al-Qur'an ke dalam bahasa Inggris, bahasa yang cukup dikuasainya. Diantaranya, terjemahan karya seorang muallaf, Sir Marmaduke Pitchall dan seorang Pakistan Muhammad Jusuf Ali. Terjemahan Jusuf Ali adalah terjemahan al-Qur'an ke Bahasa Inggris terbaik dan paling populer hingga saat ini.

KONTROVERSI
Kontroversi timbul dilatari 3 sebab. Pertama, HB Jassin tidak menguasai bahasa serta sastra Arab dan bukan seorang pakar tafsir. Bahkan terjemahan sekalipun (apalagi buku tafsir) membutuhkan 3 hal diatas. Kedua, apa yang dilakukan HB Jassin mungkin adalah yang pertama di dunia. Bagi sebagian orang itu adalah ide jenius. Sebuah invention. Bagi sebagian lain, itu adalah bid'ah yang tidak punya rujukan atau basis dalil/hujjah/reason dari sumber-sumber hukum Islam. Ketiga, al-Qur'an secara jelas "membela dirinya sendiri" lewat ayat-ayatnya bahwa ia bukan kitab sastra. Meletakkan al-Qur'an sebagai hanya karya sastra semata berarti merendahkan al-Qur'an itu sendiri. Fungsi utama al-Quran adalah sebagai petunjuk bagi umat manusia.

Para diskusan setuju bahwa karya Jassin ini bermaksud menyampaikan ketinggian sastrawi al-Qur'an kepada bangsa Indonesia yang tidak menguasai sastra Arab.

Dari keseluruhan polemik yang kemudian mencuat, semuanya mengerucut pada keberatan utama: Jassin bukan pakar tafsir karena itu ia tidak pantas menulis sebuah terjemahan al-Qur'an sekalipun. Apa yang dilakukan Jassin sebenarnya bukan hal yang benar-benar baru. Sayyid Qutb pernah menerbitkan Tafsir Fi Dzilaalil Qur'an. Latar belakang pengetahuan sastra Arab SQ membuat tafsir tersebut cendrung sastrawi. Di abad keemasan Islam, dikenal juga tafsir-tafsir yang indah, semacam Tafsir Ibn Araby, Tafsir al-Ma'ani dst. Juga tafsir yang membahas satu demi satu kosa kata al-Quran.

KESIMPULAN
Agaknya kita harus merespon positif karya HB Jassin ini. Bila segala sesuatu dinilai dari niat, maka karya Jassin ini lahir dari kecintaan pada al-Qur'an, bukan maksud buruk. Dan akhirnya, paska polemik, sejarah memenangkan Jassin: terjemahan itu mengalami cetak ulang terus menerus hingga saat ini. Hmmm, bila suatu saat menikah, saya mungkin menggunakan karya Jassin ini sebagai bagian dari mahar. Apalagi jika ia yang saya persunting tidak bisa memahami keindahan sastrawi al-Qur'an langsung dari bahasa aslinya :)


Catatan kecik:

Di Indonesia, istilah tafsir & terjemah al-Qur'an seringkali salah pakai. Terjemah harusnya berarti transtalation. Tafsir harusnya berarti interpretation. Ingat waktu ngaji di TPA dulu? Pelajaran Tafsir? Harusnya kan pelajaran Terjemah.

Al-Qur'anul Karim Bacaan Mulia telah mengalami beberapa kali cetak ulang (1977, 1982,

Cetakan 1 diberi kata pengantar oleh Buya HAMKA. Beliau adalah seorang ulama, wartawan, dan sastrawan yang berpikiran terbuka. Kata Pengantar itu memberi "legitimasi apresiatif" terhadap kerja keras Jassin. Tafsir Al-Azhar HAMKA banyak diapresiasi oleh umat Islam di Asia Tenggara.

Gerakan penafsiran kontemporer al-Qur'an di Indonesia dimulai oleh Mahmud Yunus (1899 - 1982) di awal abad 20. Beliau memulai usaha penerjemahan di usia 22 tahun dan menghentikannya sementara atas alasan belajar ke Mesir pada tahun 1924. Usaha penerjemahan yang sudah jalan 3 juz ini memang mendapat banyak tentangan oleh kalangan ulama kala itu karena merupakan suatu hal yang baru dan Mahmud Yunus yang masih belia itu dianggap tidak kompeten. Usaha penerjemahan itu berhasil diselesaikan pada tahun 1938 dan diterbitkan dengan judul Tafsir Quran Karim oleh Penerbit al-Maarif Bandung di tahun 1953.

Selain karya Mahmud Yunus, dikenal pula Tafsir al-Ibriz karya alm KH Bisri Mustofa, ayahandan KH Mustofa Bisri (Gus Mus). Tafsir itu menggunakan bahasa Jawa yang sederhana dalam huruf Jawi pegon.

Buku Mahmud Yunus tentang Ilmu Pendidikan dan Pengajaran masih digunakan di Gontor hingga saat ini. Boleh dibilang buku beliau adalah pusat pemikiran kependidikan di Gontor. Terang saja, buku itu dibawa oleh salah satu pendiri Gontor, alm KH Imam Zarkasyi yang pernah belajar ke ranah Minang. Kamus Arab - Indonesia karya beliau adalah kamus yang singkat - padat (bila dibandingkan dengan Kamus Mawrid yang tebal dan berat untuk ditenteng-tenteng :) Luar biasa !

Al-Qur'an Berwajah Puisi adalah buku Jassin berikutnya yang tidak sempat beliau selesaikan sebelum meninggal.

Seingat saya, Muhammad Yusuf Ali meninggal di bangku taman di sebuah sudut London di suatu musim dingin dalam keadaan uzur dan kesepian. Beliau memang tokoh yang kontroversial. Di satu sisi dianggap pengkhianat oleh bangsanya karena menjadi bagian dari pemerintah kolonial Inggris di anak benua Asia tersebut. Di sisi lain, terjemahan al-Qur'an ke bahasa Inggris karyanya adalah terjemahan terbaik hingga saat ini. Semoga amal-amal beliau yang terus mengalir dari karyanya tersebut dapat menutupi segala dosa-dosanya. Amin

Kompas konsisten menggunakan istilah Paus Sastra Indonesia. Republika konsisten dengan istilah Wali Sastra Indonesia. Bagi saya kedua koran itu sama konyolnya. Saya aja deh yang ngasih gelar: Kritikus Terbesar Sastra Indonesia. Lebih konyol dan kepanjangan ?

Hingga saat ini tak ada yang mampu menggantikan peran Jassin sebagai Kritikus Terbesar dalam jagat sastra Indonesia. Ia menjadi center of gravity, tukang stempel. Ia menentukan seseorang dianggap sastrawan atau tidak. Pun kerendahan hatinya bersedia menulis kritik sastra untuk karya-karya para sastrawan muda. Bahkan dikritik jelek saja oleh Jassin, para sastrawan muda sudah melambung ke langit ketujuh. Apalagi dipuji ?

Korrie Layun Rampan berusaha meneruskan banyak usaha Jassin sebagai kritikus sastra utama. Dalam beberapa segi, ia berhasil.

13.12.08

hanya suatu sabtu

0950
Nyampe di Mizan Publishing (MP) Book Point buat ikutan rilis & bedah buku HINTS, buku yang bernuansa spritualism berbasis Yoga. Saya tertarik mengikuti diskusi ini bukan lantaran temanya, tapi lantaran ada Desi Anwar sebagai moderator serta Anis Baswedan dan Debra Yatim sebagai pembicara. Sayangnya AB hanya datang dan berbicara membuka diskusi lalu pamit menghadiri acara lain. Praktis hanya ada 5 wanita yang berbicara di depan.

Saya tidak suka dengan penampilan Desi Anwar: rambut cepak dan baju kaos serta celana kulot dengan warna yang gak banget, merah padam. Not alive. Wajahnya seperti terpanggang matahari. Saya tidak tahu apa itu karena berjemur di pantai atau karena terlalu sering bergulat dengan reportase di luar ruang. Rasanya sih tidak, mengingat jabatannya saat ini, ia tentu lebih sering duduk di belakang meja. Dan lagi ia jadi tampak kurus sekali dengan cara berpakaian begitu. Saya mengira akan terpukau dengan artikulasi (gaya bicaranya). Nyatanya tidak, mungkin ia lebih memukau bila bicara dalam bahasa Inggris. Persis seperti dosen saya Pak Edi Herman yang lebih bagus ngomong Inggris aja ketimbang ngomong pk Bahasa Indonesia.

Desi Harahap, sang lebih parah lagi. Tua, rambut cepak, dan sama sekali tidak feminin. Felia masih mending. Ia tampak berusaha tampil spritualistik dengan mengenakan kerudung (bukan jilbab), baju putih. dan celana kulot. Rambutnya yang pendek dan beruban tampak dari sela-sela kerudungnya. Tapi saya memahami hidupnya sebagai Wakil Direktur BNI tidak memberikan waktu baginya untuk sedikit berdandan. Pertanyaannya kemudian, kenapa perempuan-perempuan itu seolah-olah berlomba-lomba tampil seperti laki-laki. Apa yang salah dengan femininitas?

Ines masih mending, berkerudung dan berpakaian serba putih. Nilai plusnya hanya bahwa ia cantik. Selesai.

Yang memukau bagi saya adalah Debra Yatim, aktivis perempuan yang sudah kepala lima itu. Apa mungkin karena 3 perempuan lain tidak tampil rancak atau pada dasarnya memang DY begitu anggun? Ia mengenakan baju gunting Cina berwarna putih, kain carik / batik merah maroon dengan corak tumbuh-tumbuhan dan sedikit garis-garis simetris; anting-anting bercorak etnik, dan rambut yang disasak ke belakang. Dan lagi, dibanding para penulis buku tersebut, ia berbicara lebih memukau dan berisi. Agaknya, setelah Anis pamit, Debra ragu membawa diskusi ini ke tingkat tinggi: kebertubuhan (foucault, satre, freud), spritualism vs organized religion dan krisis manusia modern. Akhirnya, seperti halnya pesta blogger kemarin, diskusi buku ini berhenti sebatas diskusi yang datar dan memudar sebelum sampai ke pintu keluar toko buku itu. Ah, masyarakat urban yang malang..

1150
Sampai di Musium Bank Mandiri buat nonton "Billy Elliot." Untuk pertama kalinya saya bertemu dengan Dani Kristanto. Pertama kali kenal ketika dia ikutan me-reply posting Maya Lestari GF dan saya di milis ruangbaca. Lalu ia mengajak saya bergabung ke milis komunitas jejaklangkah. Hmm.. yang nonton banyak ABG dan kurang apresiatif. Di akhir acara, saya & Dani cs ngobrol soal ngundang pembicara untuk membedah film

1410
Dani mengajak saya dan 2 gadis berkeliling musium. Ia bertindak sebagai guide. Udah kayak orang musium aja tuh. Detail & informatif. 30 minute tour. Kapan-kapan saya ke tetangga (musium BI), nyari Erwien Kusuma (Gontor 695, Sejarah UI '97) dan membajaknya untuk menjadi tour guide saya. Hihihihihiii..


1350
Lewat depan Musium Fatahillah dan lihat baliho Jakarta International Literary Festival 2008 (11 - 14 Des). Oops.. i miss it. Iya sih, saya baru saja ikutan milis-milis sastra, jadi informasi ini luput. Akhirnya nimbrung di workshop puisi. Niatnya sih bukan buat ikutan belajar, cuman mo dapet suasananya aja, trus memperhatikan cara 3 fasilitatornya (3 penyair kenamaan, salah satunya idola saya, si surealis Agus R. Sardjono) berdeklamasi. Ba'da ashar, diadakan pembacaan puisi peserta workshop yang rata-rata anak SMU & sedikit peserta JILFest. Di ruang sebelah, Helvi TR jadi fasilitator workshop cerpen.

1735
Selesai. Saya menulis posting ini di tengah acara workshop. Dan pasti di sebelah colokan listrik dan.. 2 gadis dari Sastra Inggris Udayana, Ni Ketut Sudiani & Ni Putu Amrita. Hmm.. Amrita.. seorang dewi dalam tradisi Hindu, oh... kata dia tradisi Buddha. Keduanya dari Komunitas Sahaja.

NANTI MALAM: Penutupan JILFest '08 di Pasar Seni Ancol. Beberapa penyair dan peserta workshop akan tampil membacakan puisi. Hmm.. agaknya tidak sia-sia Ahmadun YH, Taufiq Ismail dan teman-teman dari Jurnal Horison berkeliling Indonesia memperkenalkan sastra di sekolah-sekolah.

[ Diposting jam 1754 di pelataran Musium Fatahillah ]

11.12.08

bunyi (catatan kaki diralat)

Pernah aku membayangkan bagaimana rasanya duduk di antara para sahabat, ketika Nabi berkeringat dingin menerima wahyu. Begitu berat, menyesakkan, menghentak-hentak bergetar tubuh beliau. Seperti seluruh langit datang pada beliau, masuk hingga ke relung hatinya yang paling dalam. Sungguh beliau, Nabi Muhammad itu, manusia paripurna, Sang Musthofa. Hanya Sang Terpilih yang mampu menghadapi dera cobaan seberat itu.

Lalu suara-suara langit itu, wahyu, mukjizat teragung untuk umat manusia dan seluruh semesta, disampaikan dalam bahasa terindah di muka bumi. Bahasa Arab. Dan para sahabat itu, yang dulunya adalah manusia-manusia paling bebal di muka bumi, menangis sesunggukan mendengar bisikan langit itu. Mereka menyadari bahwa wahyu itu bukan sekedar Bahasa Arab biasa. Itu bahasa langit yang bunyinya "mirip" bahasa Arab.

Aku terheran-heran. Bagaimana mungkin Allah menciptakan sebuah bangsa bebal; yang menguburkan anak-anak perempuan hidup-hidup; memindahtangankan istri-istri mereka di meja judi layaknya barang; pemabuk; yang gemar berperang sesamanya hanya gara-gara perkara-perkara sepele; bisa tersentuh oleh keindahan sastrawi. Di zaman jahiliyyah, Pra Muhammad, mereka gemar mempertandingkan puisi-puisi di tengah-tengah pasar. Lalu puisi terbaik mereka tempelkan di dinding Ka'bah, rumah Allah. Entah Sang Pemilik Rumah marah-marah atau terbahak-bahak melihat kelakuan mereka. Bangsa itu menghargai ketinggian sastrawi melebihi penghargaan mereka terhadap kejantanan seseorang di medan perang; melebihi penghargaan mereka terhadap ketajaman pedang. Para penyair dihormati layaknya para pahlawan.

Maka demikianlah, sebuah bangsa bebal yang menaruh hormat pada keindahan sastrawi diberi kehormatan sebagai yang pertama mendengar wahyu terakhir. Bisikan langit yang meluluhlantakkan seluruh pandangan dunia mereka. Dan diatas puing-puing kebodohan itu, sebuah dunia baru tercipta.

Dan aku masih disini, teringat betapa terpukaunya aku saat belajar sedikit saja dari samudera keindahan sastra Arab: balaaghah, ma'aani dan bayaan. Betapa bahasa Al-Qur'an bagai banjir bandang yang meluluhlantakkan keseluruhan sistem sastrawi Arab. Jangan heran bahwa Allah dengan pongah menantang kepongahan manusia untuk menciptakan satu saja ayat yang bisa menandingi bahasa langit ini, yang menetes dari Lauhul Mahfudz.

Lebih dari itu, aku meyakini, bahkan mereka yang tidak mengerti bahasa & sastra Arab pun bisa memahami keindahan itu. Karena mukjizat itu, dalam bentuknya yang paling azali adalah keindahan bunyi yang masuk, menggema di relung hatimu yang paling dalam. Jika kau buka sedikit saja hatimu, dalam kepasrahan, keikhlasan, ketulusan yang purba, keheningan yang khusyuk, maka bunyi itu akan membangunkan hati kecilmu, lubb, yang pernah bersyahadat padaNya di saat kau masih dalam rahim ibumu...


Catatan kecik :
Wahyu disampaikan Malaikat Jibril kepada Nabi Muhammad dengan berbagai pola. Salah satunya yaitu langsung ke hati (dzihn). Dalam keadaan sendiri maupun di tengah-tengah manusia.

Dalam ilmu bahasa, dikenal istilah bahasa tinggi dan bahasa rendah. Bahasa Arab dan Latin termasuk bahasa tinggi. Karenanya sistem pengetahuan manusia didasarkan pada bahasa-bahasa ini. Bahasa Indonesia termasuk bahasa rendah, lebih banyak menyerap kata dan istilah dari bahasa-bahasa lain ketimbang mempengaruhi bahasa-bahasa tersebut. Jadi jangan heran, bahasa Indonesia mudah rusak.

Sebelum Arab berkembang menjadi sebuah peradaban besar, huruf-huruf Arab amat sederhana bentuknya. Bahkan tidak mengenal titik dan baris untuk membedakan bunyi. Sejak kedatangan Islam dan berkembang hingga melewati teritori jazirah Arab, bangsa Arab mengalami interaksi yang tinggi dengan bangsa-bangsa di berbagai kawasan. Bangsa-bangsa non-Arab mulai menggunakan bahasa Arab, terutama dalam perdagangan dan administrasi negara. Sejak itu, untuk menghindari kesalahan pemakaian bahasa Arab oleh bangsa non-Arab (yang bisa berakibat fatal seperti menyebabkan perselisihan), diciptakanlah titik dan kemudian baris. Dan kemudian lahirlah Ilmu Nahwu. Dari ilmu ini berkembang berbagai cabang Sastra Arab. Dapat disimpulkan, bahwa bangsa Arab yang begitu mengagungkan keindahan sastrawi pada dasarnya tidak membutuhkan ilmu sastra untuk memahami sastra. Sudah inheren dalam budaya mereka. Nahwu
tercipta lebih untuk kepentingan non-Arab ketimbang bangsa Arab sendiri :)

Sastra Arab, kalau tidak salah terdiri dari 12 cabang ilmu, diantaranya Nahwu (grammar), Sharf (syntax), Balaaghah, Ma'aani, Bayaan, Imla' (dictation). Sepanjang pengetahuan saya, Balaaghah+Badi'+Maa'ni adalah satu kesatuan dalam yang dinamakan Ilmu Bayaan. Balaaghah menekankan pada ketersampaian & keindahan teks. Badi'menekankan keindahan teks. Maa'ni pada kejelasan makna teks tanpa peduli lagi pada penggunaan gaya bahasa yg berbunga-bunga. Ia tidak mempermasalahkan keindahan dan makna teks tapi lebih pada ketersampaian teks pada pemirsa / pembaca. Dapat disimpulkan bahwa pada pucuk-pucuk tertinggi sastra tidak lagi soal keindahan, tapi ketersampaian. Bila sebuah teks bisa dimengerti oleh pemirsanya berarti tercapailah ketinggian sastrawi.

Bahasa Arab cukup rumit. Kosakata Arab penuh dengan perubahan-perubahan sintaks. Ia mengenal istilah kosakata dasar (huruf-huruf yang membentuk kata) dan kosakata turunan (yang terimbuh dengan beberapa huruf tambahan). Setiap perubahan bunyi pada kata dasar
menyebabkan perubahan makna. Belum lagi perubahan bunyi yang disebabkan adanya imbuhan. Karenanya bahasa Arab, seperti halnya bahasa Latin, layak menjadi bahasa pengetahuan.

Melampaui permasalahan kata, kalimat dalam bahasa Arab diatur dalam sistem ketat bernama Ilmu Nahwu.

Di atas keseluruhan kerumitan itu, pada tingkat dasar, bahasa Arab amat mudah dipelajari. Terutama oleh bangsa-bangsa rumpun Melayu. Pola kalimatnya sama dengan bahasa Indonesia. Bahasa Arab hanya membagi waktu dalam 2 bentuk saja: Masa Lampau (Maadhi) dan Masa Sekarang (Mudhaari'). Tenses Inggris justru lebih rumit ketimbang Arab.

Ada koreksi ?

5.12.08

Silatnas, DN, reuni Akt2000, Dinner w Debi and touching SMS

: rangkuman aktivitas seminggu

DN, MOBILITAS KAUM SANTRI DAN MASYARAKAT MADANI
Belakangan ini, kondisi fisik saya tidak fit. Tanda-tandanya sudah terasa sejak Jumat minggu lalu. Hari Sabtu, saya usahakan juga datang ke Silatnas Gontor. Ini reunian akbar pertama yang saya ikuti. Tentu saja meski kurang fit, rasa antuasias memberi efek psikologis yang baik bagi kondisi badan saya. Minggu-nya saya datang ke Resepsi Kesyukuran 35th Pesantren Daarunnajah. Senior saya, Hadiyanto Arief (Dedy, 696) mengundang untuk hadir via facebook.

Tentu saja saya usahakan hadir pula. Pertama, DN di Ulu Jami' hanya 9 km dari kontrakan saya di Ciputat. Kedua, saya belum pernah masuk areal kampus DN. Lewat sih sering. Ketiga, saya tertarik untuk mempelajari pesantren "turunan" Gontor ini. Seperti ketertarikan saya pada banyak lembaga pendidikan yang tidak konvensional semacam Qaryah Tayyibah, Smart Ekskelasia, Insan Cendikia, SMU Madania, SMU Lazuardi dst

Apakah DN membawa serta semua aspek "genetis" Gontor? Ataukah ia menciptakan Gontor versinya sendiri: mengadopsi secara selektif format Gontor untuk mengakomodir tantangan ruang dan waktu. Ruang setidaknya berarti bahwa DN merupakan pesantren urban atau bahkan pesantren metropolitan. Berbeda dengan Gontor yang berada di lingkungan pedesaan 11km dari kota kecil Ponorogo (sub-urban atau masih rural ?). Waktu berarti ia memahami tantangan kekinian, menyiapkan santri-santrinya untuk tidak hanya bisa memasuki fakultas-fakultas agama dan ilmu-ilmu sosial, tapi juga ilmu-ilmu eksakta. Dengan demikian pola distribusi Kaum Santri ke dalam masyarakat lebih acak / merata / sporadis, tidak terkutub atau terkotak pada "habitat" alaminya. Di ujung alur pikir ini, kita bisa mengharapkan mobilitas sosio-ekonomi-politik Kaum Santri lebih dinamis karena mereka bisa menjadi determinan penting yang menggerakkan Middle Class, Civil Society, atau dalam terminologi yang lebih spesifik, Ummah atau Madani Society.

Konsep Middle Class berasal dari pengalaman Barat atau Western Europe. Konsep Civil Society berasal dari  Negara-Kota Roma. Konsep Ummah adalah elaborasi berabad-abad para sarjana muslim. Terminologi ini bahkan bisa kita temukan dalam buku-buku klasik pemikiran politik Islam. Konsep Madani Society atau Masyarakat Madinah, mungkin diturunkan dari konsep Ummah atau bisa juga dianggap sebagai counterthought terhadap konsep Civil Society mengingat Roma tidak lebih baik ketimbang Masyarakat Madinah-nya Nabi Muhammad.

Terminologi Madani Society kalau tidak salah dilontarkan pertama kali oleh Anwar Ibrahim yang juga pernah menerbitkan buku Asian Renaissance. Secara singkat bisa saya jelaskan bahwa Masyarakat Madinah adalah masyarakat kosmopolit - plural yang setidaknya terdiri dari 3 komunitas keagaamaan: Muslim (Anshar & Muhajirin), Kristen dan Yahudi.

Pluralitas ini diikat dengan social contract yang merupakan hukum tertulis pertama di muka bumi yang ditulis berdasarkan kesepakatan bersama, yaitu Piagam Madinah. Bagi anda yang bertahun-tahun dicekoki pelajaran sekolahan bahwa hukum tertulis pertama adalah Hukum Nebucadnezar di Babylonia, harus saya katakan bahwa Hukum Nebucadnezar adalah hukum yang ditetapkan seorang Raja, bukan atas kesepakatan yang memegang teguh prinsip equality, egalitarianism dst.

* * *

Sayangnya saya telat datang ke Resepsi DN. Saya pikir acaranya akan berlangsung seharian (dan membosankan :) Menurut jadwal, acaranya dimulai jam 10. Saya datang jam 11:14 dan acara sudah bubar. Hampir saja saya pulang kalau tidak melihat Ikbal, Sekretaris Ponpes DN yang saya kenal di PestaBlogger 2008. Ternyata ia dan teman-temannya sesama ustadz baca blog saya yang konyol ini. Akhirnya, saya dipersilahkan masuk ke Sekretariat DN untuk makan siang secara prasmanan. Padahal yang makan disana rata-rata Ustadz-ustadz senior dan alumni-alumni senior DN. Di ruang dalam saya juga melihat para kyai termasuk Kyai Gontor, KH. Dr. (Hons) Abdullah Syukri Zarkasyi, MA. Diantara sekian kritik saya terhadap kepemimpinan Pak Syukri di Gontor, saya tidak pernah lupa pada tagline wawancara beliau dengan Republika di halaman 2 koran itu. Entah terbitan Minggu atau Jumat di suatu hari di tahun 1996 / 1997. Tagline itu berbunyi: "Pendidikan adalah Politik Tertinggi." Menggugah !

Akhirnya saya sempat bincang-bincang sebentar dengan Akhi Dedy. Kesan pertama dia: "ada dimana-mana, ente !"
Hhhh, soalnya, saya juga ketemu dia tgl 23 Nov di PestaBlogger 2008; tgl 29 Nov di Silatnas.


BUKU DOA u DEBI
Siangnya, setelah membeli buku Doa Harian untuk Debi di Koperasi Pelajar DN, saya berangkat ke Masjid Agung Al-Azhar menemuinya yang sedang mengikuti ceramah mingguan. Isi buku itu kurang lebih pernah saya pelajari di Gontor dulu. Teman pertama saya sejak kuliah di Unand, 4 September 2000 ini memang sedang rajin-rajinnya belajar ngaji dan sudah lama meminta pada saya untuk menuliskan Wirid / Zikir yang biasa dibaca setelah shalat fardhu beserta terjemahan doa-doa tersebut. Yah, kalo nulisin doa-doa dalam bahasa Arab sih, hari itu juga bisa saya berikan ke dia. Tapi kalau harus menulis Arab lengkap dengan baris diatas, baris di bawah, baris di depan beserta terjemahannya, capek deeeehhh :D Apalagi harus ditulis dengan Khat / Kaligrafi Naskhi, font Arab standar. Saya sih maunya nulis dengan Khat Riq'ah yang lebih kurang itu berarti gaya tulisan stenografi para wartawan Arab. Pasti dia pusing bacanya :D


REUNI AKT2000
Sekitar jam 1430 kami sampai di Senayan City, nimbrung di reuni Akuntansi 2000 FE Unand, hasil inisiatif Yan Iswara. Lumayan, yang hadir Is, Diyana, Ochi, Alfi, Nurul plus Hesty dari Jogja dan Mega yang udah pulang duluan. I'm quite happy lah, mengingat reuni ini menghasilkan kesepakatan untuk menghidupkan silaturahmi / network teman-teman se-angkatan. Sebenarnya agak terlambat sih. Sejak kuliah dulu, Akuntansi angkatan 2000 sudah terpolarisasi sedemikian rupa. BP. Ganjil - BP. Genap. Belum lagi bergaulnya si Anu dengan si Anu saja. Saya sendiri juga tidak pandai bergaul ditambah lagi banyaknya hambatan-hambatan sosial macam ini. Akhirnya saya memilih untuk menjaga silaturahmi / network / sinergi diantara sesama anggota kelas ing2000 yang terdiri dari mahasiswa Manajemen 2000 dan Akuntansi 2000 plus segelintir mahasiswa EP 2000. 


DOWN TO ZERO & DHIE !
Kondisi saya memburuk di hari Selasa. Namun alhamdulillah, Mrs. Dhie, My Juliet, called me after years ! Long conversation. I cant stop her talking-teasing and she cant stop me laughing. Sudah jadi nyonya-nyonya tetap saja menyebalkan seperti dulu. Tidak pernah menang saya "berkelahi" dengannya. Awalnya sih suaranya halus merdu, tapi akhirnya keluar juga suara jeleknya itu. Manggil gw kaya' manggil kacungnya aja. Gak berubah. Tapi iya sih sejak punya anak, jadi tampak lebih keibuan. Hobi gardening? Ah, yang bener aja :D


DINNER w DEBI
Kamis malam saya diundang makan malam di selasar kos-kosan Debi di Cilandak, 8 km arah timur Ciputat. Sempat juga membayangkan Candle Light Dinner. Tapi nyatanya, di atas meja, ada panci nasi langsung dari Rice Cooker (hot from oven?), 2 piring makan yang gak matching bentuk dan warnanya. Satu wadah tupperware berisi Ayam Goreng Balado plus additional dish of sambal lado. Plus sayur dan mangga. Gaya duduk kita lebih parah lagi: ongkang-ongkang kaki atau duduk bersila di atas kursi a la orang lapau. Sama sekali tidak romantis !

Overall, ayam gorengnya enak bgt. Ayam kampung lagi. Sambal ladonya juga. Nasi goreng Hesty vs Ayam Goreng Debi? Mmmm.. no comment :)

Sayurnya standarlaaah, gw jg bisa bikin. Mangganya manis walau Debi tidak punya teknik motong mangga ala samurai yang elegan. Dan selalu saja kalau bertemu dengan gadis cerewet ini, saya susah pulang. Jam 0830 lewat. 0900 lewat. Dan Dayang temannya datang dari latihan Aikido. Hohohoho.. Aikido, Bushido, Zen ?

Akhirnya saya pulang jam 10 malam.


THE END OF DAYS

Jam 22.50, sebuah SMS masuk dari nomor tak dikenal: "Rabb, slimuti istirahat saudaraku ini dg Kmuliaan-Mu, hapuskn sgl ksusahan dr hatinya, bangunkan ia saat Tahajud-Mu tb, & Rahmati ia kala Subuh-Mu dtg mnyapa. -amin."

Touching! Pesan singkat ini benar-benar melengkapi recovery saya dari minggu berat ini. Setelah saya telpon balik, ternyata itu nomor anak kos saya yang cantik, lincah dan cerdas itu. My "little sister". Thx, sist. Bagi saya, ia seperti Adelina..

2.12.08

Blogging pk Microsot Word 2007 bs kok

Coba ngBlog pk Microsot Word 2007. Pst berhasil. Cuman masalahnya Mircrosot Opfice gak mobile sprt ScribeFire yg bs diunduh drmn saj akapan saja

ENTP manifesto !


recent post