31.7.08

acid (renew)

Di kotaku, hujan hanya soal momentum--ketika panas mencapai kulminasi, mengirimkan sinyal kepada awan untuk melepaskan hujan. .

Disini, meski sudah dua hari diterpa rintik, lebat enggan datang. Padahal aku menemukan kembali kebiasaan lamaku: berjalan beberapa kilo kemana pun kusuka, menyusuri gang-gang, merayakan labirin ini. Alangkah senangnya bila rinai menemani langkah kaki, menyemangati dan kugumamkan Jamie. Sayup-sayup terngiang sebuah percakapan imajiner

+ : yg bener: "this is the end"
dan kalo gak salah, singing in the rain itu bukan bikinan jamie cullum. itu recycle :)
komentar yang telat ya...

- : Aku tau itu lagu daur ulang. I am fool, but not that fool. Bawel! :p

seajaib ceritanya !

Maha Suci Dia yang telah memperjalankan hambanya di malam hari dari Masjid al-Haram ke Masjid al-Aqsha, \\ yang Kami berkahi sekelilingnya hingga Kami tunjukkan padanya ayat-ayat kami. \\ Sesungguhnya Dia Maha Mendengar lagi Maha Melihat (Q.S. al-Isra': 1)



Saya baru menyadari bahwa kenapa ayat ini dianggap ajaib oleh para ahli tafsir, se-ajaib kisah yang diceritakannya. Di penggalan pertama, Allah menjadi orang ketiga tunggal, di penggalan kedua menjadi orang pertama jamak, lalu kembali lagi jadi orang ketiga tunggal. Saya jadi ingat, teknik bertutur semacam ini juga saya temukan di novel "Saman"-nya Ayu Utami.

Teknik yang diperkenalkan oleh Ayu ke jagat sSastra Indonesia ini ternyata juga saya temukan dalam "The God of Small Things"-nya Arundhati yang sempat saya baca sekilas. Kalo gak salah Salman Rushdie juga menggunakan teknik yang sama dalam "Ayat-ayat Setan" yang saya dapatkan kopiannya 11 tahun yang lalu.

Hmm.. suatu saat saya harus lihai menggunakan teknik ini :)


sajadah cinta

Seorang teman lama, mantan anggota gerombolan manusia tak terdaftar, pernah bilang bahwa tingkat kebersihan pemilik sebuah rumah bisa ditilik dari kebersihan kamar mandinya. Belakangan ini saya memikirkan sebuah generalisasi serupa: kualitas ketaatan sebuah keluarga dalam menunaikan shalat bisa dilihat jelek tidaknya sajadah si pemilik rumah.

Akhir-akhir ini hidup saya agak nomaden. Di akhir pekan saya menyambangi banyak rumah kerabat, entah itu yang jauh pertaliannya maupun dekat. Ketika waktu shalat tiba, saya dipinjami sajadah. Kadang sajadahnya cantik, lebih sering lagi sajadah lusuh bahkan kumal.

Ketika menginap di rumah beberapa adik ibu saya, ternyata saya orang yang paling dulu menunaikan sholat subuh. Dulu, saya berpikir, di setiap rumah tentu ada sosok ibu seperti ibu saya, yang bangun menjelang subuh, bertahajjud, sibuk di dapur, dan kemudian pergi ke mesjid untuk menunaikan sholat subuh berjamaah. Dan ketika pulang dari mesjid, ia akan ngomel kalau mendapati saya masih tidur. Bahkan dalam usia saya saat ini, beliau masih begitu. Bawel

Pernah juga saya kebetulan menginap di sebuah penampungan barang bekas milik orang kampung saya dan tidur di lapak para pekerjanya. Subuhnya, saya kebingungan mencari mesjid karena tak satu pun yang bangun dan lantai tak ada yang kosong untuk sholat. Bahkan tak ada satu pun sarung yang cukup suci untuk saya pinjam. Sarung cuman buat tidur.

Lebih miris lagi pengalaman guru saya. Pernah satu kali ia nimbrung diskusi sampai larut malam di sebuah komunitas intelektual muda Yogya. Begitu banyak gagasan besar dibedah, bertakik-takik, sophisticated, ditingkahi teori-teori sosial terkini. Tapi ketika subuh datang, hampir tak satu pun yang shalat.

Shalat mungkin topik yang cukup banyak dibahas dan diperdebatkan, baik oleh kalangan ahli fiqh maupun sastra arab. Berbagai ikhtilaf (perbedaan pendapat) melingkari shalat. Tapi di titik tengah ada satu hal yang semua ahli sepakat: bahwa sholat itu wajib dan sholat adalah yang paling signifikan yang membedakan muslim dengan kafir. Dan Allah tidak kompromi dengan keadaan hambanya perihal sholat. Karena itu banyak macam keringanan yang memudahkan umat islam untuk shalat dalam kondisi apapun.

Saya tidak habis pikir kenapa banyak muslim yang tidak sholat.. [ ]

29.7.08

beyond enemy line



simple weapon, fast, easy handled but naked !


* naked = uncostumizable, less useful addOns

gerakan-gerakan Islam

[mengenang seorang sahabat pena sepanjang 2001 - 2003, shofaulfikri> f1kri@fk.unibraw.ac.id]
(bagian ter konyol bego aneh indah baik dari hubungan ini adalah kita tak pernah bicara tentang kita:)


Fikrie,
Aku pikir memang tidak ada jawaban exact tentang darimana kita harus memulai pergerakan. Sebaiknya memang begitu. Kalau tidak nanti ada yang merasa jadi yang paling benar. Gerakan-gerakan Islam harusnya dipandang secara komplementer bukannya substitutif.

Kalangan Islam puritan merasa perlu mengaca ke sirah nabawiyah (biografi Rasulullah). Kecenderungan tekstual mereka tentu ikut terbawa. Mereka memandang zaman ini dengan zaman Rasulullah. Ada yang akhirnya merasa bahwa kita masih pada fase makkah. Karena itu strateginya: Pertama: da'wah bissirri, konsolidasi ke dalam; halaqoh-halaqoh; gerakan bawah tanah;. Waandzir asyyirataka-l-aqrabin. Dan serulah kerabat2 dekatMua (Qur'an, Makkiyyah) Kedua, da'wah bil jahr. Gerakan bawah tanah kemudian dimunculkan ke permukaan. Awalnya pemunculan ini sangat telanjang. Dalam artian apa yang diterima sebagai kebenaran dalam fase bawah tanah dimunculkan secara tegas. Laskar FPI dan Laskar Jihad adalah contoh layak.
Kemudian terjadi akomodasi-akomodasi karena pengaruh, kritik maupun tekanan dari pihak lain. Mungkin bisa diadakan penelitian tentang Majalah As-Sunnah pada edisi-edisi awal dan edisi-edisi dimana mereka mulai muncul ke permukaan seiring dengan berkah runtuhnya rezim Soeharto.

Kalangan Islam moderat--yang sebagiannya menasbihkan diri pada tahun-tahun terakhir sebagai muslim liberal dan kiri--mungkin tidak terlalu tertarik untuk mengaca ke sirah nabawiyah. Kalaupun mengaca mungkin mereka menggunakan alat bantu ilmu-ilmu sosial. (aku pikir sirah nabawiyah terbaik yang pernah ada di abad modern kita ini adalah karangan Haekal Muhammad yang diterjemahkan dengan sangat baik oleh sastrawan relijius Ali Audah, bukannya sirah nabawiyah karangan seorang ulama yang mendapat penghargaan dari rezim Su'udy. Sirah karangan ulama ini terlalu romantik dan penuh pujian sementara Haekal membedah secara sosio-historis).

Kuntowijoyo adalah pemikir yang cukup concern tentang hal ini. Bagi Mas Kunto, ada 3 strategi dasar gerakan Islam. Pertama, struktural/politik. Seperti memperjuangkan bagaimana caranya syariat menjadi hukum legal atau bagaimana hukum syar'i diakomidir ke dalam hukum positif. Masuknya aktivis gerakan islam ke politik memang bagus. (Tapi Kunto sejak awal tidak setuju dg adanya partai islam) Masuknya aktivis Islam dalam birokrasi adalah wujud dari gerakan ini. Kedua, strategi kultural/sosio-budaya. Pendidikan, kesenian, nasyid, sastra sufistik/relijius, peningkatan minat baca umat, da'wah ala Aa Gym yang berusaha untuk tetap tidak politis, majelis-majelis taklim, lahirnya LSM-LSM yang memperjuangkan keislaman maupun membawa ruh keislaman seperti PIRAC, CIDES, PPMI-nya Eggi Sudjana.

Ketiga, mobilitas sosial. Yaitu berkah dari semakin baiknya pendidikan umat Islam yang menghantarkan mereka ke penghidupan lebih layak dan kualitas hidup yang cukup baik. Semakin baiknya ekonomi umat lewat kewiraswastaan dan kemandirian umat. Hadirnya Dompet Dhu'afa, PINBUK. Dulu umat Islam identik dengan kemiskinan dan kedekilan. saat ini kelas menengah muslim sudah membesar. Tak heran saat ini pengajian-pengajian yang secara tradisional diadakan di masjid malah pindah ke hotel dengan peminat membludak. Pesantren kilat yang dulu hanya tren di kalangan menengah ke bawah, kini sudah menawarkan program-program variatif yang cukup mahal dan tetap dengan peserta membludak

Tampaknya kita masih terkungkung dengan paradigma bahwa isu-isu Islam hanyalah legalisasi syariat, jilbabisasi, Mungkin dalam hal ini Ulil benar bahwa ada kemalasan intelektual dalam diri umat untuk ikut nimbrung dalam isu-isu yang lebih menunjukkan Islam sebagai rahmat lil a'lamin.


Tapi yang ditakutkan oleh Mas Kunto adalah berkah keterbukaan ini. Aktivis gerakan Islam, atau muslim yang cukup concern dengan agamanya, pindah ke jalur struktural. Kalau dulu tersumbatnya jalur struktural membuat umat jadi kreatif dengan menghadirkan model gerakan yang variatif dan komplementer. Saat ini semua orang bicara tentang legalisasi syariat Islam, jilbabisasi. Perda anti Maksiat di Sumbar adalah contoh mengenaskan. Teks Perda-nya abstrak, minus parameter sehingga susah diimplementasikan di lapangan. Masyarakat juga tidak ambil pusing bila ada yang berjudi di kampungnya, toh itu urusan aparat. Hanya gerakan kultural lah yang bisa membantu jalannya Perda ini sehingga setiap orang concern terhadap masalah di lingkungannya.
Jilbabisasi. Sebuah contoh mikro. Seorang dosen mata kuliah Agama Islam di kampusku secara implisit mewajibkan mahasiswinya berjilbab. Kalau tidak, ada reduksi pada nilai mata kuliah tersebut.

Tekanan semacam itu rasanya tidak positif. Jilbab kemudian tereduksi menjadi hanya selembar kain tanpa ruh.
Soal jilbab memang bikin bingung. Masalahnya jadi diperumit dengan adanya pengaruh budaya pop sebagai akibat dari westernisasi yang mereduksi jilbab yang bermartabat itu menjadi jilbab gaul, jilbab café: berjilbab tapi tetap sexy. Kalau bicara secara minimalis memang ada baiknya semakin banyak yang berjilbab dan kemudian mulai perbaikan ke dalam diri. Tapi kalau tidak, memang yang tampak terjadi reduksi terhadap jilbab.

Dari kesemua ini memang tidak ada jawaban yang memuaskan. Pertanyaan yang lahir: apakah membesarnya kalangan menengah muslim saat ini adalah baik atau buruk karena setidaknya mereka tidak immune dari pengaruh westernisasi, media global dan budaya pop. Budaya Islam itu seperti apa sih? Apakah menegasikan diri secara tegas dengan budaya pop sehingga tidak boleh lagi bagi kita menonton TV yang banyak membawa budaya pop. Apakah budaya Islam selalu harus berarti nasyid? Tidak banyak yang tahu bahwa piano sebenarnya diciptakan oleh kaum muslim abad pertengahan, zaman keemasan Islam, dimana mudah menemukan mendapatkan seorang fisikawan atau sastrawan yang juga seorang ahli fiqh.

Satu lagi. Tampaknya kita masih terkungkung dengan paradigma bahwa isu-isu Islam hanyalah legalisasi syariat, jilbabisasi, Mungkin dalam hal ini Ulil benar bahwa ada kemalasan intelektual dalam diri umat untuk ikut nimbrung dalam isu-isu yang lebih menunjukkan Islam sebagai rahmat lil a'lamin. Seharusnya kita juga urun rembug perihal isu-isu gender, HAM, akuntabilitas publik terhadap birokrasi, parliament watch, hubungan industrial, hak-hak konsumen. Itu tidak hanya penting karena isu2 tsb menyangkut kepentingan banyak orang, tapi juga bahwa isu-isu tsb perlu dijaga agar tidak dipelintir sebagai non-Islam. Saat ini kalangan aktivis perempuan masih saja menyalahkan Islam sebagai penindas perempuan karena kenyataan sosiologis umat. Mungkin hal ini berangkat dari ketidaktahuan dan tidak familiarnya mereka dengan term-term Islam.

Maka disini tugas aktivis muslim untuk memperkenalkan Islam yang concern terhadap isu-isu tsb, menjadi PR sekaligus advokat terhadap Islam. Disini kita juga akan melihat bahwa isu legalisasi syariat Islam menjadi tidak relevan untuk menjawab masalah-masalah tersebut. Bagiku yang relevan adalah bagaimana moralitas Islam mewarnai isu-isu tersebut sehingga lebih mudah diterima oleh non-muslim. Kuncinya: apakah legalisasi syariat serta merta menyelesaikan semua masalah? Atau akomodasi syariat dalam hukum positif? Mungkin yg kedua lebih sulit karena dituntut kesabaran dan banyak anak muda muslim yg harus kuliah di FH dan memperjuangkan dari dalam. Seorang seniorku di FH pesimis dengan akomodasi ini. UU Perkawinan yg dibangga-banggakan Ulil tetap saja tidak mengakomodir syariah. Sekali lagi karena para perancang RUU tsb tidak familiar dan concern dengan syariah.

Satu lagi. Persoalan legalisasi syariah dipersulit dengan pengalaman bangsa ini thd pemberontakan DII/TII, isu terorisme dan ketidakmengertian thd wajah santun syariat. Ada yg bilang bahwa pasukan DII/TII yg membunuhi warga sipil sebenarnya adalah TNI-AD yang berkamuflase untuk merusak citra DII/TII di mata masyarakat. Tidak banyak yang tahu bahwa di Sulawesi Selatan, ketika dikuasai oleh pemberontak DI/TII, rumah-rumah tidak perlu di kunci di malam hari karena tegaknya hukum.

Sekian. Trims.

28.7.08

mantra penjinak ular

Yuhuuu, akhirnya gw dapetin juga MPU-nya Kuntowijoyo. Secara Kunto lebih banyak menulis essay, cerpen & naskah drama ketimbang nggarap novel, ya lumayan istimewa ding. Kira-kira ada 4 novel beliau tulis: Mantra Penjinak Ular, Impian Amerika, Khutbah di atas Bukit, dan Pasar. Nah sekarang gw masih berburu novel Pasar tuh.

Overall, gw suka cerita yang setting-nya Indonesia tempo doeloe (angkatannya Marah Rusli sampe Mochtar Lubis), trus yang settingnya pedesaan Jawa dan Minangkabau, trus era samurai Jepang (Sekigahara, Tokugawa, Restorasi Meiji). Gw agak kurang suka baca yang setting kota atawa pop culture kecuali yang nulis orang macam Mochtar Lubis (Senja di Jakarta) dan Ahmad Tohari.

Btw, barusan dapet buku I & III dari triloginya Ronggeng Dukuh Paruk-nya Ahmad Tohari. Yah secara dapet baca dari buku II.

Oh ya, btw ada yang punya edisi lengkap novel Masa Kecil-nya Buya Hamka? Pinjem dooong..

freaky techie

the homepage of Linus Torvalds' fellow


26.7.08

Linus Torvalds

Ketika Linus Torvalds, seorang mahasiswa Finlandia pendiam membagi-bagikan kode sumber (source code) kernel Linux seukuran disket via internet di tahun 1991, ia sama sekali tidak menduga bahwa apa yang dimulainya melahirkan sebuah bisnis bernilai milyaran dolar di kemudian hari.

Ia bahkan tidak menduga Linux kemudian menjadi sistem operasi paling menjanjikan, yang bisa dibenamkan ke dalam server, komputer desktop, tablet PC, PDA, handphone, GPS, robot, mobil hingga pesawat ulang alik buatan NASA.

Tidak hanya itu, banyak maniak Linux (Linuxer) yang membeli perangkat buatan Apple dan mengganti sistem operasinya dengan Linux. Bagi saya itu sedikit gila, mengingat menghapus sistem operasi Mac & iPod berarti membuang duit dan menggantinya sistem operasinya cukup sulit dibanding desktop berbasis Windows. Saat ini 20% pangsa pasar desktop di seluruh dunia menggunakan Linux jauh di atas Machintosh dan terus mengejar desktop Windows. Dan 12,7% server di seluruh dunia menggunakan Linux, jauh di atas UNIX, BSD, Solaris, dan terus meningkat menggerus pangsa pasar server Microsoft.

Saat ini Linus meninggalkan posisi menjanjikan di perusahaan semi konduktor Transmeta dan tinggal bersama istri dan 3 anaknya di sebuah bukit di desa di Portland, Oregon, USA, berdekatan dengan markas Open Source Development Labs. Organisasi nirlaba ini diawaki oleh 20-an programmer yang punya gairah hampir sama dengan Linus. Mereka terus mengembangkan kernel Linux yang kini berukuran 290-an MegaBytes atau melebihi 9 milyar baris kode. Linux beserta timnya menerima masukan baris-baris kode dari seluruh penjuru dunia, menyortir, menetapkan skala prioritas dan memasukkan gagasan paling brilian ke dalam kernel. LSD sendiri disokong oleh puluhan raksasa IT seperti IBM, HP, Dell dan Sun, baik dari sisi materi maupun sumber daya manusia.

Linus bukan orang pertama yang membagi-bagikan source code karena pola ini adalah hal yang biasa di masa awal tumbuhnya industri komputer. Tapi Linus sukses menetapkan standar yang memaksa banyak pengembang ikut membebaskan kode sumber program mereka, mulai dari BSD, Solaris, Suse, Java hingga Adobe.

Bila ada nabi dalam dunia komputer, bisa dipastikan itu Linus (dan Steve Wozniak). Dan setannya tentu Bill Gates :)



Meski hanya bergaji ratusan ribu dolar pertahun, Linus telah menciptakan banyak multimilyuner dalam industri komputer mulai dari RedHat, Suse, Debian, Mandriva, Ubuntu dan banyak developer software open source lainnya. Hampir tak ada yang berubah dari Linus. Ketika ia datang terlambat di suatu konferensi IT, ia bahkan tak segan-segan duduk di lantai dengan celana pendek dan sepatu-sandal kesukaannya. Ia bahkan tidak marah tatkala memberikan pidato di mimbar dan diinterupsi oleh beberapa programmer BSD yang maju ke depan panggung yang mengklaim bahwa kernel BSD jauh lebih hebat ketimbang kernel Linux. Ia bahkan tidak segan-segan memakai T-Shirt BSD yang disodorkan pemrotes dan melanjutkan pidatonya.

Menurut Linus, apa yang dilakukannya hanyalah untuk berbagi. Berbeda dengan Richard M Stallman yang fanatik dengan konsep free software, Linus hanya menekankan sisi keterbukaan (open), tak peduli apakah kemudian dalam suatu sistem operasi bercampur program free dan proprietery.

Setiap kata-kata Linus hampir menjadi sabda di kalangan Linuxer yang menciptakan standar nilai tertentu. Setiap publikasi, pidato, email dab press releasenya selalu ditunggu-tunggu jutaan orang. Di sela kesibukannya, Linus menyempatkan diri bersepeda menuruni bukit dan minum di bar desa. Bila ada nabi dalam dunia komputer, bisa dipastikan itu Linus (dan Steve Wozniak). Dan setannya tentu Bill Gates :)

23.7.08

acid

Di kotaku, hujan hanya soal momentum--ketika panas mencapai kulminasi, mengirimkan sinyal kepada awan untuk melepaskan hujan. .

Disini, meski sudah dua hari diterpa rintik, lebat enggan datang. Padahal aku menemukan kembali kebiasaan lamaku: berjalan beberapa kilo kemana pun kusuka, menyusuri gang-gang, merayakan labirin ini. Alangkah senangnya bila rinai menemani langkah kaki, menyemangati dan kugumamkan Jamie. Sayup-sayup terngiang sebuah percakapan imajiner

+ : Singing in the rain itu aslinya bukan lagu Jamie Cullum :p
- : Aku tau itu lagu daur ulang. I am fool, but not that such fool. Bawel! :p

21.7.08

swing

Empat belas tahunan yang lalu saya sempat keranjingan minum NescafeClassic. Dibanding kopi konvensional, rasa pahitnya unik dan tanpa ampas. Hanya perlu seujung sendok Nescafe dan gula secukupnya, diseduh dengan air panas. Untuk seorang yang tidak merokok, menikmati secangkir kopi rasanya tiada duanya.

Tiga tahun kemudian kebiasaan itu perlahan-lahan hilang ketika saya mulai nimbrung ke gerombolan manusia tak terdaftar yang sok penting, asyik ngobrol gak jelas sampai tengah malam. Di antara kepulan asap rokok, saya memilih minum kopi yang suplainya bahkan sampai 3 teko.

Tahun-tahun belakangan ini, saya lebih sering minum teh. Minum kopi rasanya seperti sebuah kemewahan--ketika disuguhkan pada suatu acara tertentu atau sesekali meminumnya biar gak lupa rasanya. Pernah juga mencicipi kopi Aceh di warung mie Aceh. Kata orang sih rasanya luar biasa karena diracik khusus.

Tapi bagi saya rasanya terlalu keras. Seperti rasa kopi Arab yang dibawa menantu Andung Limah yang bule Arab di Poltangan kemarin. Mungkin saya bukan penikmat kopi sejati. Tapi apa pula pentingnya menjadi penikmat kopi sejati, seperti apa hebatnya menjadi penikmat cerutu sejati misalnya. Atau mungkin saya memang agak sinis terhadap banyak istilah semacam itu.

Semenjak pertengahan tahun lalu saya senang minum IndocafeCoffemix. Hanya butuh diseduh dengan air panas tanpa tambahan gula. Tapi saya lebih sering meminumnya dengan es batu.

Belakangan ini saya agak senewen. Rasa coffemix ini agak berubah. Padahal ada Euro2008 nih. Atas anjuran seorang sepupu, saya coba coffemix yang merek ABC. Ampun! Gak banget. Masih mending yang merek Nescafe atau GoodDay. Tapi yang terbaik diantara semuanya masih Indocafe. Tapi kok rasanya berubah ?

Diam-diam saya mencari penyebabnya. Kalo gak salah rasanya mulai berubah sejak Mei 2008, ketika SBY menaikkan harga BBM. Harga jual Indocafe tidak ikut naik bahkan di tingkat grosir. Lalu apa mungkin pabriknya mengurangi takaran racikannya? Saya berharap mereka hanya memangkas margin keuntungan tanpa mengorbankan resepnya. Huh, lagi-lagi BBM nih. Penelitian LIPI yang mutakhir menunjukkan bahwa kenaikan BBM Mei 2008 tidak memperingan APBN, tapi hanya merubah struktur neracanya saja dan menambahkan distribusi beban pada rekening-rekening pengeluaran.

Sepertinya saya harus kembali ke NescafeClassic. Ada yang punya ide ? [ ]

16.7.08

meninjau ulang "Islam, Yes! Partai Islam, No!"

( MENGENANG 100 tahun Mohammad Natsir: semoga lahir Masyumi Baru, semoga lahir pemimpin umat sebaik pemimpin-pemimpin Masyumi)

Di tahun 70-an, Nurcholish Madjid pernah melontarkan gagasan "Islam, Yes! Partai Islam, No!". Menurut Cak Nur, bila ada partai Islam, maka aspirasi umat Islam akan terkotakkan ke satu partai, dalam konteks ini partai berlabel Islam saja, sebagaimana yang terjadi di era politik aliran di masa Orde Lama. Beliau juga menegaskan bahwa bila Partai Islam mengalami kebobrokan, maka yang tercoreng namanya adalah umat Islam secara keseluruhan. Bila tidak ada partai Islam, maka para tokoh-tokoh muslim akan mengalir ke semua partai dan bisa memperjuangkan aspirasi umat dari banyak arah. Gagasan ini, menurut saya adalah bagian dari tema besar pemikirannya tentang relasi "Keislaman dan Keindonesiaan"

Sebagaimana ide sekularisasi yang dilontarkan Cak Nur, umat Islam terutama kalangan puritan bereaksi keras terhadap gagasan ini. Beliau dituding hanyalah menjadi alat kekuasaan Orde Baru untuk "meninabobokan" aspirasi umat yang berharap muncul kembali partai Islam sekuat Masyumi di masa lalu.

Namun di kalangan intelektual muslim moderat, ide Cak Nur ini diterima tanpa reserve. Sebut saja Amien Rais, Abdurrahnman Wachid, Syafi'i Maa'rif, Kuntowijoyo dan generasi intelektual yang lebih muda. Itulah alasannya kenapa di awal berdirinya, Partai Amanat Nasional berasaskan Pancasila (baca: nasionalis) bukannya ideologi Islam. PAN dan PKB mengidentifikasikan dirinya sebagai partai sekuler, meski kemudian di bawah pengaruh AM Fatwa, PAN mengganti ideologinya menjadi ideologi Islam. Secara pragmatis, identifikasi diri sebagai partai sekuler dianggap tidak membantu partai ini mendulang suara dari luar basis tradisionalnya, anggota persyarikatan Muhammadiyah. Secara ideologis, label partai sekular ini membingungkan sebagian konstituen Muhammadiyah yang amat relijius.


Gagal jadi Natsir Muda

Natsir Muda ?

Natsir Muda !

Di saat aspirasi umat menguat untuk munculnya kembali partai Islam setelah runtuhnya rezim Orde Baru pada tahun 1998, Kuntowijoyo menurunkan artikel bersambung di koran Republika yang mengangkat kembali gagasan Cak Nur di atas. Beliau melontarkan 10 alasan kenapa partai Islam tidak dibutuhkan. Pada dasarnya Kunto hanya mengelaborasi alasan Cak Nur.

Pertanyaannya adalah apakah gagasan "Islam, Yes! Partai Islam, No!" benar-benar bisa menjadi solusi tersumbatnya aspirasi umat di bidang politik? Apakah bisa mempercayakan aspirasi umat kepada para politisi beragama Islam dari partai-partai yang tidak berlabel Islam?



Menurut saya, yang menjadi masalah dari ketidakpercayaan terhadap partai-partai nasionalis untuk memperjuangkan aspirasi umat adalah kenyataan bahwa kita tidak bisa mempercayai moralitas sekuler. Sebagaimana watak sekulerisme, moralitas sekular amat pragmatis (yang dengan demikian amat mudah korup) dan tidak begitu bersahabat dengan agama.

Namun ada area abu-abu dalam diskursus ini. Pertama, salah satu dari alasan Kunto adalah bahwa bila ada partai Islam, maka energi dan sumber daya umat akan terforsir (terfokus) hanya ke bidang politik saja, sehingga bidang-bidang lain seperti ekonomi, pendidikan dan budaya akan kekurangan sumber daya manusia dari kalangan umat Islam. Apalagi saat ini dengan longgarnya aturan untuk mendirikan partai politik menyebabkan banyak tumbuh partai-partai politik baru yang secara ideologis hanyalah "sempalan" dari partai Islam yang sudah ada. Akibatnya, aspirasi umat akan lebih sulit lagi diperjuangkan menilik bahwa semakin terpecahnya partai Islam dan kenyataan bahwa partai-partai Islam baru itu didirikan oleh orang-orang yang keluar dari "partai induk"-nya karena kecewa.

Kedua, Partai Keadilan Sejahtera yang berusaha konsisten dengan moralitas relijiusnya ternyata lebih diterima karena memperjuangkan agenda yang lebih bersifat universal seperti pemerintahan yang bersih dan anti korupsi, bukan dengan memperjuangkan syariat Islam atau Piagam Jakarta sebagaimana yang dilakukan oleh Partai Bintang Bulan. Agaknya memang agenda-agenda universal yang urgen ini mendapat skala prioritas tertinggi dalam "daftar aspirasi" umat Islam. [ ]

Linus Torvalds

Ketika Linus Torvalds, seorang mahasiswa Finlandia pemalu membagi-bagikan kode sumber (source code) kernel Linux seukuran disket via internet di tahun 1991, ia sama sekali tidak menduga bahwa apa yang dimulainya melahirkan sebuah bisnis bernilai milyaran dolar di kemudian hari.

Ia bahkan tidak menduga Linux kemudian menjadi sistem operasi paling menjanjikan, yang bisa dibenamkan ke dalam server, komputer desktop, tablet PC, PDA, handphone, GPS, robot, mobil BMW hingga pesawat ulang alik buatan NASA.



Tidak hanya itu, banyak maniak Linux (Linuxer) yang suka bermain-main dengan milyaran baris kode itu membeli perangkat buatan Apple dan mengganti sistem operasinya dengan Linux. Bagi saya itu sedikit gila, mengingat menghapus sistem operasi Mac & iPod berarti membuang duit dan menggantinya hampir tidak mungkin dilakukan. Saat ini 40% server di seluruh dunia menggunakan Linux, jauh di atas BSD, Solaris, UNIX dan terus meningkat menggerus pangsa pasar server Microsoft; 10% desktop sudah menggunakan Linux dan banyak perusahaan seperti Dell, HP, Sun dan IBM menjual desktop dan server berbasis Linux.

Saat ini Linus meninggalkan posisi menjanjikan di perusahaan semi konduktor Metacruse dan tinggal bersama istri dan 3 anaknya yang masih imut sebuah bukit di desa di Portland, Oregon, USA, berdekatan dengan markas Linux Software Development. Organisasi nirlaba ini diawaki oleh 20-an programmer yang punya gairah hampir sama dengan Linus. Mereka terus mengembangkan kernel Linux yang kini berukuran 40-an MegaBytes. Linux beserta timnya menerima masukan baris-baris kode dari seluruh penjuru dunia, menyortir, menetapkan skala prioritas dan memasukkan gagasan paling brilian ke dalam kernel. LSD sendiri disokong oleh puluhan raksasa IT seperti IBM, HP, Dell dan Sun, baik dari sisi materi maupun sumber daya manusia.

Linus bukan orang pertama yang membagi-bagikan source code karena pola ini adalah hal yang biasa di masa awal tumbuhnya industri IT. Tapi Linus sukses menetapkan standar yang memaksa banyak pengembang ikut membebaskan kode sumber program mereka, mulai dari BSD, Solaris, Suse, Java hingga Adobe.

Meski hanya bergaji ratusan ribu dolar pertahun, Linus telah menciptakan banyak multimilyuner dalam industri IT mulai dari RedHat, Suse, Debian, Mandriva, Ubuntu dan banyak distro lainnya. Hampir tak ada yang berubah dari Linus. Ketika ia datang terlambat di suatu konferensi IT, ia bahkan tak segan-segan duduk di lantai dengan celana pendek dan sepatu-sandal kesukaannya. Ia bahkan tidak marah tatkala memberikan pidato di mimbar dan diinterupsi oleh beberapa programmer BSD yang maju ke depan panggung yang mengklaim bahwa kernel BSD jauh lebih hebat ketimbang kernel Linux. Ia bahkan tidak segan-segan memakai T-Shirt BSD yang disodorkan pemrotes dan melanjutkan pidatonya.

Menurut Linus, berbagi adalah kesenangan. Berbeda dengan Richard M Stallman yang fanatik dengan konsep free software, Linus hanya menekankan sisi keterbukaan (open), tak peduli apakah kemudian dalam suatu sistem operasi bercampur program free dan proprietery.

Setiap kata-kata Linus hampir menjadi sabda di kalangan Linuxer yang menciptakan standar nilai tertentu. Setiap publikasi, pidato, email dab press releasenya selalu ditunggu-tunggu jutaan orang. Di sela kesibukannya, Linus menyempatkan diri bersepeda menuruni bukit dan minum di bar desa. Bila ada nabi dalam industri IT, bisa dipastikan itu Linus (dan Steve Wozniak). Dan setannya adalah Bill Gates :)


Tulisan ini jg diposting ke http://id.wikipedia.org/wiki/Linus_Torvalds

11.7.08

how r u, oldman?

Agus Salim disebut para sejarawan sebagai The Grand Oldman atas kontribusinya membimbing kaum muda muslim intelektual angkatan Soekarno. Saat ini sebutan itu mungkin cocok buat Amien Rais yang semakin tua dan putus asa. Bulan lalu saya mengikuti "Orasi Lingkungan" Amien Rais.Dari sekian inkonsistensi dan kesalahan kalkulasi politik AR, kritikannya terhadap Freeport dan perusahaan tambang lainnya tetap konsisten sejak Orde Baru.

news

Selalu saja menarik mendengar gaya bicaranya. Aula kecil itu dipenuhi 500-an mahasiswa yang antusias mengikuti acara yang diawali dengan pemutaran film dokumenter yang pernah ditayangkan tvOne itu. Kelakar-kelakarnya yang satir bener-bener bikin ketawa.

Amien juga melemparkan anekdot bahwa ketika dia sudah dikubur, terjadi gempa yang membangunkannya. Rupanya para malaikat sedang menginterogasi Mbah Akbar Tanjung, Mbah SBY, Mbah Wiranto tentang kenapa Indonesia tambah sengsara sepeninggal mereka. Mbah Amien juga ikutan diperiksa. Tapi dengan enteng Mbah Amien Rais bilang: "Saya sudah mengingatkan!"

What a pity Oldman!

kegenitan politik

Dulu saya suka bilang Marxisme itu sexy. Pagi ini saya dapat kosa kata baru: kegenitan politik! Barusan googling "kegenitan politik" dan ... wow!

Frase ini digunakan untuk menuding iklan politik yang dilakukan 3 bakal capres: Sutrisno Bachir, Wiranto dan Prabowo. Diantara ketiganya, iklan SB yang paling keren. Saya mengagumi sisi artistik iklan luar ruang SB (billboard) saat nunggu lampu hijau di sebuah perempatan. Sederhana tapi cantik. Meski kata-kata "Hidup adalah perbuatan" kurang catchy. Sempat juga dibikin senewen dengan reportase amatiran SB pas sebelum kick off final Euro2008.

Iklan Wiranto cenderung agresif-provokatif sementara Prabowo menjual mimpi. Tapi sepertinya ketiganya sama saja: genit. Sejauh ini, ketiganya bahkan belum menunjukkan tindakan nyata. Paling cuman acara bagi-bagi sembako, door prize dan mengundang kamera TV



Coba kalau mereka mendirikan jaringan BMT atau BPR, membiayai pendampingan petani/nelayan sekaligus advokasi. Berbuat di akar rumput dengan kekuatan kapital dan pengaruhnya menerobos birokrasi yang macet dan korup. Tapi memang citra yang timbul tidak instan dan tidak cukup mengejar "deadline" Pilpres 2009.


Terkait soal pencitraan, mungkin SBY lebih sabar. Di tahun 1996, saya sudah menemukan tulisan-tulisannya SBY di Republika. Beliau dianggap sebagai segelintir perwira intelektual di antara sekian tentara meski sebenarnya dia tidak bisa dianggap bersih dari dosa-dosa militer di masa lalu. [ ]

10.7.08

dagelan ningrat NU

Orang-orang NU emang lucu. Kalau kata Gus Dur, anggota DPR itu anak TK, sebenarnya lebih tepat ditujukan ke orang-orang NU. Para ningrat yang biasa dipanggil gus dan cak itu bisa dibilang guru-guru TK. Dan repotnya lagi guru-guru ini niru anak-anak TK. Contohnya waktu rebutan amplop undian nomor pemilu di KPU kemarin, di depan semua partai politik.

Dan penampilan Yenny sejak pulang ke Indonesia dengan kerudung ala tempo doeloe-nya adalah paradoks di tengah komunitas NU yang tradisionalis. Seperti sebagian anak-anak muda NU lainnya yang bingung kayak orang-orang Turki (Arab ogah, Eropa bukan).

Omong kosong kalau Gus Dur itu demokrat sejati. Itu kan hanya pujian kosong para Indonesianis (bentuk pejoratif dari: orientalis modern). Kalau Gus Dur lucu sih iya ! [ ]

*kalo anak2 NU gak sengaja nemuin posting ini, dijamin sewot. Jangan2 gw dicari BANSER nih.. Hidup internet!
*kok gak ada ya situs media nasional yang berani majang foto ini ?

a brief history of suyuk

Suyuk atau suyu' secara harfiah berarti komunis. Tapi dalam transliterasi budaya* suatu kaum, bisa berarti "sialan lu!". Atau secara antropologi sosial** mengacu pada orang yang kerjaannya tidur di tengah orang-orang yang sedang belajar dan belajar ketika orang-orang pada tidur :D

Gak ada maksud apa-apa sih dg istilah ini. Hanya bingung aja waktu bikin blog ini dan milih domain yang ringkas. Hampir 20 kata ringkas yang saya pilih buat domain blog ini sudah dibajak ! Suyuk !

*jgn percaya bahwa istilah ini bener-bener ada. Andaikan ada polisi istilah, penulis ini pasti sudah ditangkap :)
**istilahnya sih bener, tapi apa iya pendekatannya begitu. Ngaraa...ngg
***Konon ketika Ibn Khaldun (Bapak Sosiologi dan Sejarah) menulis muqaddimah (artinya pembukaan), beliau hanya bermaksud menulis bab pertama dari buku sesungguhnya. Muqaddimah aja tebal dan keren gitu, gimana benerannya. (gak nyambung!)

intellectual abortus !

Tadi malam saya kaget ketika Jeffrie Geovanie hadir dalam sebuah talkshow di MetroTV sebagai intelektual muda Partai Golkar. Saya sering membaca kolomnya di sebuah media daerah. Coba saya runut metamorfosisnya. Dari seorang pendiri sebuah LSM thinktank menjadi kandidat calon gubernur Sumbar hingga bakal calon gubernur Jakarta pada pilkada lalu dan gagal hingga mencari kendaraan politik yang lebih kuat, yaitu Golkar. Dari seorang pemikir bebas, penjaga demokrasi menjadi seorang partisan dan akhirnya berlabuh ke sebuah partai dari rezim korup.
Sample Image
addicted to noodle :p

Apa yang dicarinya ? Mereformasi Golkar (dan politik Indonesia) dari dalam atau hanya seorang petualang politik (political avonturir) yang mencari kendaraan politik besar dengan menghabisi idealismenya sendiri ? Sepertinya dia suka yang instant-instant :) [ ]

9.7.08

berharap pada Obama ?

Kemarin malam Diskusi Panel Padamu Negeri hadir di MetroTV. Kurang lebih menyoal pantaskah berharap pada Barack Obama. Sebuah pameran buku yang saya kunjungi juga bulan lalu banyak juga hadir buku-buku tentang Obama, khususnya sejauh isu-isu Indonesia dan Islam. Kebanyakan bernada positif. Pertama kali saya "ngeh" dengan wacana Obama ketika seorang teman menulis tentang hal ini. Sepertinya semua orang bicara tentang Obama.

Sebenarnya saya bukan orang yang mudah tertarik dengan trend. Menurut Cak Nur (allahu yaghfir lahu), trend itu kurang baik. Jadi yaa.. saya manut saja. Meski gak nyambung-nyambung amat konteks-nya. :) Contohnya, baru kemarin saya nonton film "Ayat-ayat Cinta" yang bikin heboh itu. Itu pun karena lagi bingung mo ngapain dan nemu file videonya di laptop. Itu pun nontonnya dicicil. Terlepas dari originalitas dan kekuatan tema, secara sinematografi, film-nya biasa-biasa aja, bahkan cenderung susah payah mengadaptasi novelnya :D

Obama for America
change we can believe in?

Kembali soal Obama. Talkshow ini menghadirkan perbedaan anekdotal dari kelompok-kelompok muslim Indonesia terhadap wacana Obama. Mereka yang seringkali disebut fundamentalis semisal HTI pesimis terhadap perubahan yang dibawa Obama terhadap kebijakan Amerika terhadap Islam dan Indonesia.

Forum Muda Paramadina yang mewakili tipikal muslim moderat cenderung optimis. Para penerus Cak Nur ini melihat latarbelakang keluarga Obama dan pengalamannya hidup di Indonesia akan mempengaruhi cara pandangnya terhadap Islam dan Indonesia.

Meski mengaku moderat, saya sejak dulu pesimis melihat pengaruh pribadi Obama terhadap kebijakan luar negeri Amerika. Pertama, saya masih yakin bahwa pengaruh lobi Yahudi Amerika tetap merupakan tulang punggung politik Amerika, meskipun teori konspirasi seringkali dinisbikan karena dianggap kurang ilmiah. Bahkan sejak awal berdirinya, negara itu telah dianeksasi secara sistematis oleh kaum Zionis.

Kedua, untuk menarik simpati publik, Obama berusaha menisbikan latar belakang ayahnya yang muslim. Saya pernah menonton tayangan biografi Obama dari History Channel--sebuah media Yahudi yang "mencatatkan sejarah" ke kepala setiap orang di muka bumi ini, pekerjaaDisplay Bukun yang sudah berumur ribuan tahun dan bisa dirunut hingga ke para pembangkang Nabi Musa. Menurut History Channel, nama Barrack berasal dari bahasa Swahili yang berarti diberkati. Dan anehnya, nama tengah Obama, yakni Hossein, sama sekali tidak dibahas! Saya pikir itu penipuan sejarah yang paling terang-terangan. Barack mungkin saja berasal dari bahasa Swahili mengingat Afrika Timur pernah dikuasai oleh umat Islam sejak era sahabat nabi Amru ibn 'Ash (Allahu yardho). Tapi kalau frase Barrack Hussein, menurut saya itu lebih Arab ketimbang Swahili.



Sebuah buku memprediksi bahwa ada perbedaan antara the real Obama dan citra yang dibangunnya. Menurut buku itu pencitraan demikian (jauh dari Islam, keras terhadap Pakistan) tidak lebih hanya upaya menarik simpati konstituen. Sementara the real Obama digambarkan lebih bersahabat terhadap negara-negara muslim dan punya kebijakan radikal untuk menarik pasukan AS di Irak dan Afghan. Menurut saya itu hanya harapan kosong. Apa mampu Obama menghadapi demokrasi Amerika yang nisbi dan akut? Apa benar Demokrat lebih baik ketimbang Republik? Yuk, nonton dagelan berikutnya.. [ ]

recent post