Ketika beberapa teman perempuan saya meninggalkan karirnya setelah berumah tangga, saya mulai menyadari bahwa perempuan terbaik bagi saya adalah yang selalu bisa dekat anak atau setidaknya punya pekerjaan yang tidak membuatnya terlalu sibuk di luar rumah. Di saat lain, saya sering iba melihat anak kedua kakak laki-laki saya yang terlalu sering ditinggal bundanya. Mungkin menjadi dosen cukup menyita waktunya. Padahal siapa yang tidak jatuh hati pada bocah laki-laki 1,5 tahun yang punya rasa ingin tahu tinggi itu. Mungkin dia berbakat menjadi insinyur karena perhatiannya yang amat fokus.
Maka perempuan itulah jawaban dari doa-doa saya di rumahNya. Saya bukan muslim yang relijius--bila itu berarti rutin melaksanakan ibadah-ibadah sunnah--tapi saya percaya bahwa Dia memilihkan yang terbaik tanpa nyinyir bicara soal detail. Bahkan Dia memilihkan detail-detail terbaik buat saya.
Detail-detailnya mulai saya pahami satu per satu setelah menikah. Semasa remaja, dia lebih banyak berteman dengan cowok ketimbang cewek. Bagi saya itu menarik ! Saya sendiri dibesarkan dalam lingkungan yang tidak memungkinkan punya banyak teman cewek. Akan sulit bagi saya bila dia terlalu feminin. Yang paling feminin dari dirinya mungkin pantangannya menggunakan celana (apalagi jeans) bila bepergian ke luar rumah. Dan saya lambat laun menyukainya. Celana dan jeans perempuan masa kini identik dengan ketat.
Dia perempuan yang banyak bicara, sementara saya sebaliknya. Amat mudah mengetahui bila dia sedang bad mood: tidak banyak bicara atau cerita. Dia bisa cerita tentang apa saja tanpa berhenti di depan seorang laki-laki yang irit menanggapi bahkan lupa. Dia sering tertawa bila saya mulai tidak konsisten merespon ceritanya.
Dia masa kuliah hingga akan menikah, dia rutin mengikuti halaqah atau pengajian. Alhamdulillah ternyata bukan halaqah salafy. Saya tidak anti salafy, juga bukan seorang liberal. Saya hanya tidak suka serumah dengan perempuan salafy. Kami mungkin tidak akan berhenti berdebat. Mulai dari hal-hal prinsipil sampai tetek bengek hantu balau. Bagi saya, ada yang lebih bermakna ketimbang salafy atau liberal. Yaitu menjadi relijius. Dan relijius itu adalah dia..
Maka perempuan itulah jawaban dari doa-doa saya di rumahNya. Saya bukan muslim yang relijius--bila itu berarti rutin melaksanakan ibadah-ibadah sunnah--tapi saya percaya bahwa Dia memilihkan yang terbaik tanpa nyinyir bicara soal detail. Bahkan Dia memilihkan detail-detail terbaik buat saya.
Detail-detailnya mulai saya pahami satu per satu setelah menikah. Semasa remaja, dia lebih banyak berteman dengan cowok ketimbang cewek. Bagi saya itu menarik ! Saya sendiri dibesarkan dalam lingkungan yang tidak memungkinkan punya banyak teman cewek. Akan sulit bagi saya bila dia terlalu feminin. Yang paling feminin dari dirinya mungkin pantangannya menggunakan celana (apalagi jeans) bila bepergian ke luar rumah. Dan saya lambat laun menyukainya. Celana dan jeans perempuan masa kini identik dengan ketat.
Dia perempuan yang banyak bicara, sementara saya sebaliknya. Amat mudah mengetahui bila dia sedang bad mood: tidak banyak bicara atau cerita. Dia bisa cerita tentang apa saja tanpa berhenti di depan seorang laki-laki yang irit menanggapi bahkan lupa. Dia sering tertawa bila saya mulai tidak konsisten merespon ceritanya.
Dia masa kuliah hingga akan menikah, dia rutin mengikuti halaqah atau pengajian. Alhamdulillah ternyata bukan halaqah salafy. Saya tidak anti salafy, juga bukan seorang liberal. Saya hanya tidak suka serumah dengan perempuan salafy. Kami mungkin tidak akan berhenti berdebat. Mulai dari hal-hal prinsipil sampai tetek bengek hantu balau. Bagi saya, ada yang lebih bermakna ketimbang salafy atau liberal. Yaitu menjadi relijius. Dan relijius itu adalah dia..
No comments:
Post a Comment
feel free to comment :)