Sudah lama pengen nge-review Ubuntu Linux 9.10 Karmic Koala. Kalau para maniak film berbondong-bondong ke bioskop ketika ada film bagus, nah gw ikut rombongan yang berbondong-bondong tanggal 1 November 2009 ke warnet ngedownload (sampai mampus!) 678 MB ISO Karmic Koala.
Thanks to TelkomSpeedy yang udah memperlebar bandwith-nya. Hanya butuh 4 - 5 jam plus uji traffic bandwith berbagai mirror kira-kira 20 menit. Sempet juga nge-daftar di https://shipit.ubuntu.com/ yang hasilnya alhamdullillah 1 CDOriginal Pabrikan dari Markas Canonical di Eropa sampai sebulan kemudian. Kalo dihitung-hitung ongkos download-nya, sama aja dengan beli CD ke si http://kambing.ui.edu/
Yah, hitung-hitung nyobain seberapa lebar pita akses internet Indonesia. Mulai dari jaman modem jangkrik krik krik, antena 2,4 GHz, ADSL (Classic), sampe jaman ADSL-nya Speedy, alhamdulillah lumayan. Tapi mengingat negara amburadul kayak Pakistan aja akses internetnya 10x lipat cepatnya dibanding Indonesia, jadi mules juga :)
REVIEW
Okeh, review singkat. Boleh dikata, kekhawatiran berbagai pihak terhadap pola release Ubuntu setiap akhir April (.4) dan Oktober (.10), yang dianggap terlalu cepat dan terkesan dipaksakan bisa jadi benar. Buktinya :
Satu-satunya kelebihan Karmic Koala dibanding pendahulunya, Jaunty Jackalope cuman stabilitas sistem yang lebih baik. Pertanyaannya, bisakah kita berharap lebih baik 2 bulan lagi akan release Ubuntu 10.04 Lucid Lynx yang digadang-gadang sebagai edisi Long-term Support (LTS) ? Apakah akan mendapat apresiasi yang lebih baik ketimbang Windows 7 ?
Thanks to TelkomSpeedy yang udah memperlebar bandwith-nya. Hanya butuh 4 - 5 jam plus uji traffic bandwith berbagai mirror kira-kira 20 menit. Sempet juga nge-daftar di https://shipit.ubuntu.com/ yang hasilnya alhamdullillah 1 CD
Yah, hitung-hitung nyobain seberapa lebar pita akses internet Indonesia. Mulai dari jaman modem jangkrik krik krik, antena 2,4 GHz, ADSL (Classic), sampe jaman ADSL-nya Speedy, alhamdulillah lumayan. Tapi mengingat negara amburadul kayak Pakistan aja akses internetnya 10x lipat cepatnya dibanding Indonesia, jadi mules juga :)
REVIEW
Okeh, review singkat. Boleh dikata, kekhawatiran berbagai pihak terhadap pola release Ubuntu setiap akhir April (.4) dan Oktober (.10), yang dianggap terlalu cepat dan terkesan dipaksakan bisa jadi benar. Buktinya :
- Beberapa feature konfigurasi audio yang lebih baik di 9.04 malah hilang di 9.10.
- Default theme yang lebih menarik sebagaimana digembar-gemborkan CEO Canonical Mark Shuttleworth tidak terbukti. Saya masih lebih suka theme mirip Apple Mac atau theme lama dengan warna yang lebih adem.
- Usplash diganti Xsplash ? Penting gak sih.
- Tampilan booting yang berubah. Lebih jelek dari sebelumnya.
- Program boot menu Grub2 ternyata gak mengesankan. Grub1 meskipun sederhana tapi mudah dikonfigurasi. Atau mungkin lebih tepatnya: Simple is effective (and beautiful? ).
Satu-satunya kelebihan Karmic Koala dibanding pendahulunya, Jaunty Jackalope cuman stabilitas sistem yang lebih baik. Pertanyaannya, bisakah kita berharap lebih baik 2 bulan lagi akan release Ubuntu 10.04 Lucid Lynx yang digadang-gadang sebagai edisi Long-term Support (LTS) ? Apakah akan mendapat apresiasi yang lebih baik ketimbang Windows 7 ?
Saya lebih suka win7, manajemen Memory dan Security dah lebih baik daripada Vista. Lagi juga InDesign gak jalan di Linux dan performa grafis Ubuntu 9.04 payah.
ReplyDelete