Sebuah buku tergeletak begitu saja di ruang tamu rumah saudara saya. Catatan Hati Seorang Istri. Asma Nadia. Bukan genre buku yang biasa saya baca. Dan akhirnya saya baca. Lagian sudah lama saya tidak baca karya para penulis alumni majalah Annida.
Buku itu berisi kisah-kisah nyata kehidupan berumah tangga banyak orang yang dituliskan kembali oleh Asma Nadia dalam bahasa cerpen. Sebahagian lebih mirip testimonial. Dan hampir separuh buku itu haru, biru. Bagi saya kisah-kisah dalam buku itu terbilang "aneh", baru atau bisa dibilang di luar "imajinasi" saya tentang rumah tangga.
Misalnya, Catatan 2 yang berkisah tentang seorang laki-laki yang baru melihat wajah istrinya setelah di pelaminan. Ia menikah lewat perjodohan yang diatur oleh guru ngajinya. Pernikahan itu melahirkan 4 orang anak. Tapi ia mengaku tidak mencintai istrinya. Ketika Asma bertanya, ia beralasan karena istrinya tidak cantik. Pertanyaan saya, bagaimana mungkin sebuah pernikahan dijalani tanpa cinta yang resiprokal? Apakah karena tidak cantik, lalu ia tidak berhak dicintai?
Di halaman 47 saya menemukan kisah rumah tangga yang nyaris sempurna hingga ditemukan sebuah contact dalam phonebook suaminya. Contact itu bernama Spongebob. Sms-sms antara sang suami dan contact itu bernada mesra. Akhirnya, sang suami mengaku sudah 3 tahun keduanya berkenalan. Terlepas dari apa yang mungkin terjadi selama kurun itu, sang istri memutuskan untuk mengakhiri pernikahan itu.
Kisah berikutnya bertutur tentang seorang perempuan yang berusaha menjaga keutuhan rumah tangga meski suaminya selingkuh. Demi anak-anak mereka.
Cinta, saling mengerti dan amanah
Secara garis besar, buku ini merangkum hal-hal terpenting dalam hidup berumah tangga: cinta, saling mengerti dan amanah. Betapa hambar rumah tangga tanpanya. Dan laki-laki menjadi terdakwa dalam buku ini. Kenapa lelaki bermain-main dengan perselingkuhan yang penuh dengan ketidakpastian di tengah kepastian pernikahan? Apakah mereka tidak berpikir bahwa kesenangan sesaat bisa menghancurkan sebuah pernikahan serta dampak psikologisnya pada anak-anak dan masa depan mereka? Apa yang salah dengan otak lelaki?
Buku ini bisa menambah pemahaman tentang hati perempuan. Saya merasa beruntung membacanya. Semoga saya bisa mengambil hikmah dari buku ini.
Buku itu berisi kisah-kisah nyata kehidupan berumah tangga banyak orang yang dituliskan kembali oleh Asma Nadia dalam bahasa cerpen. Sebahagian lebih mirip testimonial. Dan hampir separuh buku itu haru, biru. Bagi saya kisah-kisah dalam buku itu terbilang "aneh", baru atau bisa dibilang di luar "imajinasi" saya tentang rumah tangga.
Misalnya, Catatan 2 yang berkisah tentang seorang laki-laki yang baru melihat wajah istrinya setelah di pelaminan. Ia menikah lewat perjodohan yang diatur oleh guru ngajinya. Pernikahan itu melahirkan 4 orang anak. Tapi ia mengaku tidak mencintai istrinya. Ketika Asma bertanya, ia beralasan karena istrinya tidak cantik. Pertanyaan saya, bagaimana mungkin sebuah pernikahan dijalani tanpa cinta yang resiprokal? Apakah karena tidak cantik, lalu ia tidak berhak dicintai?
Di halaman 47 saya menemukan kisah rumah tangga yang nyaris sempurna hingga ditemukan sebuah contact dalam phonebook suaminya. Contact itu bernama Spongebob. Sms-sms antara sang suami dan contact itu bernada mesra. Akhirnya, sang suami mengaku sudah 3 tahun keduanya berkenalan. Terlepas dari apa yang mungkin terjadi selama kurun itu, sang istri memutuskan untuk mengakhiri pernikahan itu.
Kisah berikutnya bertutur tentang seorang perempuan yang berusaha menjaga keutuhan rumah tangga meski suaminya selingkuh. Demi anak-anak mereka.
Cinta, saling mengerti dan amanah
Secara garis besar, buku ini merangkum hal-hal terpenting dalam hidup berumah tangga: cinta, saling mengerti dan amanah. Betapa hambar rumah tangga tanpanya. Dan laki-laki menjadi terdakwa dalam buku ini. Kenapa lelaki bermain-main dengan perselingkuhan yang penuh dengan ketidakpastian di tengah kepastian pernikahan? Apakah mereka tidak berpikir bahwa kesenangan sesaat bisa menghancurkan sebuah pernikahan serta dampak psikologisnya pada anak-anak dan masa depan mereka? Apa yang salah dengan otak lelaki?
Buku ini bisa menambah pemahaman tentang hati perempuan. Saya merasa beruntung membacanya. Semoga saya bisa mengambil hikmah dari buku ini.
Catatan kecik:
Saya seperti kehilangan kemampuan menulis ketika membuat posting ini :)
Ah, kenapa harus catatan hati, memang hati itu apa sih? Lubb-kah, qalb-kah, jantung, lobus otak kita, atau cuma bagian dari teorama filosofis? Kenapa pula lewat sudut pandang wanita? Membaca postinganmu saja saya jadi terpikir mengenai lakilaki yang terhegemoni oleh wanita. Kapan punya sudut pandang yang lebih berimbang, atau janganjangan, memang tidak ada keseimbangan itu?!
ReplyDeletehati disini lbh bermakna feminin. Bukan soal hegemoni, tp menjenguk cara pandang bbeda thd suatu persoalan. Berdamai dg realitas yg patriarkis.
ReplyDeleteDan lg gw orang Minang yg matrilineal. Dialektika hubungan pria-wanita dlm budaya etnisku cukup menarik sbgmn menariknya dialog antara sara' (syariah) dan adat dlm masyarakat Minang. Dibanding masyarakat lain, perempuan di Minang punya posisi tawar yg cukup baik meski budayanya masih ttp patriarki
salam.
ReplyDeleteperempuan bisa jadi lebih bertanggung jawab dari laki-laki yang dalam budaya patriarki dianggak kuat.
nah kenapa pula si cowok gak mau terus terang klo dia menginginkan yang istri kedua. bukankah itu lebih jantan.
saya pikir jika si istri membolehkan, maka si suami akan mempertimbangkannya tanpa harus sembunyi-sembunyi. yang penting, ada saling pemahaman dan kedewasaan diantara mereka.
saya pikir itu saja.
ahmad