2.11.08

fundamentalisme, Pancasila, Orde Baru dan 911

[ tentang Intelektualisme Nol ]


Ini bukan sekedar passion in debate. Debat bkn tujuan, hny alat. Aku ingin menginspirasi dia dg menggunakan teori konflik atau lebih jauh lg teori dekonstruksi Derrida. Lagian dia & temannya di Klub Bahas Unand bljr kedua teori ini, entah cukup dlm atau tidak.

Kedua pisau bedah ini seharusnya tdk hny digunakan u membedah apa yg di seberang lautan, tp bedahlah diri sendiri, tancapkan dlm2 ke tubuh, bunuhlah diri sendiri, jadilah manusia baru !

Aku membaca diskursus fundamentalisme sebelum era reformasi '98 dan jauh sbl peristiwa 911. Jd pandanganku cukup bersih dr pengaruh2 artifisial yg diakibatkan kedua peristiwa ini thd diskursus fundamentalisme.

Fundamentalisme di setiap agama tentu ada. Pun, harus dibedakan fundamentalisme & budaya kekerasan yg ditimbulkannya. Harus diteliti dulu apakah kekerasan itu inherent dlm fundamentalisme atau hny akibat dari benturan dengan faktor-faktor eksternal.

Pada dasarnya, budaya kekerasan bukan atau belum menjadi bagian dari fundamentalisme di Indonesia. Berbeda dg di Timur Tengah & Mesir misalnya dimana rezim terlalu menekan kaum fundamentalis shgg menimbulkan konflik terbuka.


Di sekolahku, Gontor, tdk pernah diajarkan Pendidikan Moral Pancasila. Jangankan indoktrinasi itu, lagu Garuda Pancasila tdk pernah (dan tdk akan pernah) dikumandangkan di Gontor. Singkatnya, aku merasa persoalan kompatibilitas dg Pancasila tdk penting. Jd kata2 "awas & waspada" itu jgn2 hanyalah hasil indoktrinasi yg dilakukan Orde Baru. Orba berhasil menciptakan mitos ttg Pancasila. Kesaktian Pancasila, SARA, dll hanyalah sebagian dari kosa kata yg berhasil dibenamkan Orba k kepala setiap org di negeri ini.

Menurut Fachry Ali, Orba tdk hanya mengangkangi kekayaan negeri ini, lebih jauh ia merusak dunia simbolik, menciptakan tanda & penanda sendiri yg menciptakan, mengutip Kang Jalal, Homo Orbaicus, mirip Homo Sovieticus, atau orang-orang Polandia, the biggest liars in the world. (Lebih jauh, baca Rekayasa sosial: Reformasi atau Revolusi ?, Jalaluddin Rachmat, Rosdakarya, 1999)

Di acara pembukaan Simposium & Lokakarya Seminar Internasional Antropologi di Auditorium Universitas Andalas yang diadakan oleh Jurnal Antropologi Indonesia beberapa tahun yang lalu, Taufik Abdullah mengatakan bahwa hanya ada 2 daerah yang mampu mempertahankan kelanggengan kearifan lokal-nya dari daya rusak Orde Baru: Bali & Minangkabau. Local Wisdom versus Homo Orbaicus !

Terakhir, Republik ini tdk dibangun atas konsensus bulat thd Pancasila, tp lebih kepada keinginan u membuatkan wadah bg bangsa yg dinamakan Indonesia. Nation - State. Diperkuat lagi dg konsensus bernama Mosi Integral yg diusulkan Natsier th 1950. Natsier - Soekarno di tahun 1930-an pernah berpolemik panjang ttg asas negara. Di atas segala perbedaan, mereka bahu membahu urun mendirikan Republik ini.


Catatan kecik :

Benedict Anderson punya pandangan unik tentang negara - bangsa & nasionalisme lewat bukunya Imagined Communities: Reflections on the Origin and Spread of Nationalism

2 comments:

  1. Anonymous2.11.08

    Ha2, ternyata message kita yang personal Anda bikin buat publik. Lalu teks2 (pesan) saya Anda beri
    konteks yang Anda buat dan secara efektif membuat teks saya tersubordinasi dari teks Anda. Saya kurang suka dengan nada superior yang Anda punya, "inspirasi dia dg menggunakan teori konflik atau lebih jauh lg teori dekonstruksi Derrida", seakan Anda BENAR-BENAR YAKIN bahwa Anda lebih senior dalam teori, ndak mengerti saya darimana datangnya kepercayaan diri yang luar biasa tersebut. Saya agak menolak diberikan peran "adik
    yang harus ditolong". Lalu lucu ketika anda dan teman2 anda membahas message kita dan tiba2 membahas dua tipikal anak muda sok kritis: pengemar Che ecek2 yang tak tau teori (anak ingusan yang dipermainkan pasar) atau sebagai penggemar filsafat "stereotip" yang urakan, seakan-akan saya termasuk (atau setidaknya berasosiasi dengan) golongan demikian. Minta ampun!! Mungkin Anda tidak akan prejudis dengan saya kalau saya penggemar Derrida (saya nggak buta2 amat dengan teori dia mas) dan berpakaian seperti Anda.

    Saya nggak mau ikut permainan ini dimana saya diberi "penokohan" yang aneh2. Tapi terimakasih buat mempromosikan bahas--tempat semua orang (bukan orang UNAND) mencoba memahami dan mengevaluasi budaya lewat teori2 humaniora/sosial/budaya, orang akan baca dan lihat. Kalau Anda ingin berbagi tulisan tentang budaya, sastra dan bahasa silahkan kirim ke bahas_club@yahoo.co.id, itu lebih baik dari berdebat dan bermanuver di blog masing2.


    Salam



    http://bahas.multiply.com
    Please pay a visit and join us :)!

    ReplyDelete
  2. btw, saya sdh kirim tulisan ke bahas_club@yahoo.co.id tuh. Gak ada konfirmasi tulisan sy layak terbit / tdk :D

    piss..

    ReplyDelete

feel free to comment :)

recent post