Rencana saya memakai celana pendek, baju kaos lusuh & sandal jepit ke Pesta Blogger 2008 berantakan. Celananya di rumah tante di Ciledug, kaosnya di Ciputat, dan untuk suatu keperluan Jumat malam saya terburu-buru ke Depok. Pun, sudah lama saya tidak jadi-jadi weekend di Depok. Akhirnya sampai Sonokembang, Depok jam 22.15, ngobrol dengan istri sepupu & kemudian sepupu sampai jam 23.30 dan beres-beres untuk acara besok 1/2 jam. Bangun pas adzan Subuh, sampai di mesjid orang sudah zikir ba'da shalat.
Akhirnya saya meminjam celana pendek & kaos dari sepupu plus sepatu kantoran saya yang match juga untuk berpetualang. Tapi penampilan saya bukannya seperti kaum proletar, malah borjuis. Ckckckck.. Besok saya mau pergi ke musium di Medan Merdeka Barat (silang Monas) dan Musium Fatahillah di kota. Jadi di tas saya ada pakaian ganti serta sikat gigi. Rencananya mo nginap di rumah teman di Kebon Kacang atau Dewi Sartika Cawang (atau ke kos seseorang di Salemba?). Rencana oh rencana..
Tapi sepertinya bukan saya saja yang berantakan hari ini. Tepat jam 0635 saya sudah sampai di lokasi PB2008, Gedung BPPT. Tak satupun panitia yang tampak batang hidungnya. (Mungkin hidungnya patah belum dioperasi plastik seperti saya :). Lima belas menit kemudian datang seorang panitia dan ia sendirian hingga jam 0740. Lebih parahnya lagi tidak tampak tanda-tanda ada acara akbar di Gedung 2 BPPT ini. Sejak pintu masuk yang ada hanya umbul-umbul Telkomsel sebagai salah satu sponsor. Petunjuk arah pun tak ada.
Saya jadi ingat dengan Kyai Hasan. Kalau acara sebesar ini sama sekali tidak dipersiapkan dengan matang, beliau bisa mencak-mencak. Pertama, karena itu tidak baik. Kedua, bukan level beliau marah-marah untuk acara sekelas ini. Pernah suatu ketika beliau datang terlambat menghadiri Public Speaking Contest dan acara belum juga dimulai. Beliau marah-marah dan langsung pulang. Beliau bilang, hadir atau tidaknya beliau tidak harus membuat acara ini ditunda. The show must go on. Kalau tidak salah, sebagai hukuman pada panitia, acaranya dibubarkan malam itu, dan harus diulang lagi minggu depan. Benar-benar mendidik !
Yah, setidaknya harus ada panitia PB2008 yang stand by di lokasi acara. Pesertanya kan dari seluruh Indonesia. Bagaimana kalau ada peserta yang jauh-jauh dari Papua trus tidak melihat tanda-tanda acara dan pulanglah ia dengan gusar. Kasihan sekali panitia yang baru datang itu harus beres-beres sendirian.
Akhirnya saya meminjam celana pendek & kaos dari sepupu plus sepatu kantoran saya yang match juga untuk berpetualang. Tapi penampilan saya bukannya seperti kaum proletar, malah borjuis. Ckckckck.. Besok saya mau pergi ke musium di Medan Merdeka Barat (silang Monas) dan Musium Fatahillah di kota. Jadi di tas saya ada pakaian ganti serta sikat gigi. Rencananya mo nginap di rumah teman di Kebon Kacang atau Dewi Sartika Cawang (atau ke kos seseorang di Salemba?). Rencana oh rencana..
Tapi sepertinya bukan saya saja yang berantakan hari ini. Tepat jam 0635 saya sudah sampai di lokasi PB2008, Gedung BPPT. Tak satupun panitia yang tampak batang hidungnya. (Mungkin hidungnya patah belum dioperasi plastik seperti saya :). Lima belas menit kemudian datang seorang panitia dan ia sendirian hingga jam 0740. Lebih parahnya lagi tidak tampak tanda-tanda ada acara akbar di Gedung 2 BPPT ini. Sejak pintu masuk yang ada hanya umbul-umbul Telkomsel sebagai salah satu sponsor. Petunjuk arah pun tak ada.
Saya jadi ingat dengan Kyai Hasan. Kalau acara sebesar ini sama sekali tidak dipersiapkan dengan matang, beliau bisa mencak-mencak. Pertama, karena itu tidak baik. Kedua, bukan level beliau marah-marah untuk acara sekelas ini. Pernah suatu ketika beliau datang terlambat menghadiri Public Speaking Contest dan acara belum juga dimulai. Beliau marah-marah dan langsung pulang. Beliau bilang, hadir atau tidaknya beliau tidak harus membuat acara ini ditunda. The show must go on. Kalau tidak salah, sebagai hukuman pada panitia, acaranya dibubarkan malam itu, dan harus diulang lagi minggu depan. Benar-benar mendidik !
Yah, setidaknya harus ada panitia PB2008 yang stand by di lokasi acara. Pesertanya kan dari seluruh Indonesia. Bagaimana kalau ada peserta yang jauh-jauh dari Papua trus tidak melihat tanda-tanda acara dan pulanglah ia dengan gusar. Kasihan sekali panitia yang baru datang itu harus beres-beres sendirian.
posted at 0805 wib
blogwalking
ReplyDelete