2.8.08

Annemarie Schimmel

Mungkin hanya ada 3 pria dalam hidup Annemarie Schimmel: Muhammad SAW, Muhammad Iqbal dan Jalaluddin Rumi. Mungkin itu sebabnya ia memilih melajang sepanjang hidupnya. Ia mencintai ketiganya. Seperti Rabi'ah al-'Adawiyyah yang menolak pinangan lelaki mulia Hasan dari Basrah karena cintanya kepada Allah.



Schimmel adalah salah satu penulis paling otoritatif di bidang mistisisme Islam (sufisme). Di umur 19 tahun ia meraih gelar doktor di bidang peradaban dan bahasa-bahasa Islam dari Universitas Berlin. Tiga belas tahun kemudian sembari menjadi profesor studi Islam dan bahasa Arab di Universitas Marburg, ia meraih gelar doktor di bidang sejarah agama-agama, bidang yang sama yang digeluti mantan biarawati Karen Amstrong.

Perkenalan pertamanya dengan Islam adalah lewat studinya semasa Perang Dunia II terhadap pemikiran Iqbal, seorang filsuf muslim sekaligus pendiri Republik Islam Pakistan. Mengutip Schimmel:

“my long lasting love of Iqbal (which began when I was a student in Berlin during the war) has led me to publish a number of works which are more or less relevant for a study of his contribution to Muslim thought…… . In many articles I have tried to show Iqbal in the context of Islamic modernism, or deal with his imagery”

Schimmel yang dikaruniai ingatan fotografik ini semakin jauh melangkah dari filsafat menuju mistisisme Islam ketika ia mendapat tawaran mengajar di Universitas Ankara pada tahun 1954. Turki yang saat itu telah berubah menjadi repubik sekuler (lebih tepatnya: kediktatoran sekuler!) tidak mampu meredam tradisi sufi yang berurat akar hingga ke Jalaluddin Rumi. Inilah cinta kedua Schimmel.


Cinta ketiganya ditunjukkan dengan menulis "And Muhammad Is His Messenger: The Veneration of the Prophet in Islamic Piety" yang merangkum keragaman tradisi shalawat dari seluruh penjuru dunia. Karena itu juga beliau mempertahankan pendapatnya yang mengecam "Ayat-ayat Setan"-nya Salman Rushdie meski mendapat caci-maki dari berbagai pihak di Barat yang mengagungkan liberalisme.

Menurut Schimmel, Barat tidak mengerti betapa cinta dan betapa dekatnya Muhammad SAW dengan umatnya. Beragamnya tradisi shalawat dan abadinya tradisi ini adalah buktinya. Muhammad SAW adalah pembawa risalah (messenger) yang paling banyak disebut oleh pengikutnya setiap hari selama berabad-abad. Berbeda dengan hubungan umat Kristiani dengan Yesus. Kesalahan umat Kristen adalah meletakkan Yesus terlalu tinggi sebagai Tuhan sehingga sulit menjadikan beliau sebagai role model di kehidupan dunia. Banyak cendekiawan yang berpendapat bahwa penghinaan Barat terhadap Muhammad SAW adalah lantaran iri terhadap kedekatan beliau dengan umatnya.

Muhammad SAW adalah seorang lelaki yang berjalan di pasar, makan dan minum. Terkadang ia menambal sendiri pakaiannya, berpuasa ketika tak ada makanan di rumahnya, tidak menerima sedekah, serta menerima hadiah dan lebih banyak membagikan hadiah yang diberikan orang lain padanya untuk sahabat-sahabatnya. Ia diteladani tidak hanya sebagai Nabi, tapi juga sebagai seorang ayah, suami, teman, pendidik, pebisnis, panglima perang, negarawan, dan pemimpin.

Yang membuat Schimmel berbeda dengan para orientalis lainnya adalah metode fenomenologi yang digunakannya, meski metode ini dikritik karena dianggap subjektif di tengah hegemoni positivisme yang menjadi epistime pengetahuan Barat modern. Metode fenomenologi adalah metode yang menekankan para peneliti untuk berada sedekat mungkin dengan objek studinya dan menjadi bagian dari objek, merasakan dan berpikir sebagaimana objek tersebut.

Schimmel wafat pada tanggal 28 Januari 2003 di usia 81 tahun setelah koma karena kecelakaan serius yang menimpanya. Dengan penguasaan terhadap berbagai bahasa Barat dan Timur (Jerman, Inggris, Perancis, Arab, Turki, Persia, Urdu dan Sindhi), beliau meninggalkan ratusan buku, termasuk ketertarikannya dengan Kaligrafi Islam sebagai ekspresi spritualitas.


Catatan kecik:
  • Mistik atau mistisisme dalam konteks ini hendaknya dikembalikan definisinya pada bahasa asalnya yaitu Inggris. Dengan demikian mistisisme tidak sama dengan klenik, bahkan bertolak belakang.
  • Yang mencengangkan dari Iqbal adalah ia mengaku hampir menjadi ateis kalau saja ia tidak menyelami alam pikiran Nietzsche, bapak posmodernisme.
  • Iqbal lebih dikenal sebagai filsuf. Meski demikian, puisi-puisi yang dianggap berbagai kalangan sebagai ringkasan pemikirannya banyak yang bernuansa mistik
  • Saya tidak tahu di antara 3 pria itu yang Schimel "jatuhi cinta" duluan. Kalau merujuk pada tahun terbit buku-bukunya, pasti ia jatuh cinta pada Iqbal duluan. Tapi tentu saja tidak layak membandingkan kedua pria itu dengan Nabi Muhammad SAW. Mudahnya, sebut saja "perkenalannya" dengan Muhammad SAW karena di-mak comblang-i oleh Muhammad Iqbal :)
  • Saya tidak tahu pasti apakah Schimmel akhirnya memeluk Islam, seperti Schuon, Lings dan banyak peneliti sufisme lainnya. Hanya ada satu petunjuk samar-samar yaitu disini. Dulu saya pernah baca bahwa karena begitu mendalamnya ia mempelajari Islam, ia sungguh meragukan kekristenannya.

Tulisan ini juga dipost ke http://id.wikipedia.org/wiki/Annemarie_Schimmel
Silahkan diedit :)

2 comments:

  1. Anonymous7.8.08

    assalamu'alaykum.wrwb

    muhammad iqbal teh saha?

    ReplyDelete
  2. wa'alaiki salam, ukhti. Iqbal teh inii.. :)

    ReplyDelete

feel free to comment :)

recent post