Seorang sufi pergi ke rumah sang kekasih bersama samudera bergelombang dan seulas badai rindu dalam dirinya. Di depan pintu sang sufi berhenti dan mengetuk.
"Siapa itu?" tanya sang kekasih.
"Aku," jawabnya
"Pulanglah, aku tak punya sesuatu pun yang bisa ku hidangkan untukmu. Datanglah suatu saat," ujar sang kekasih.
Dengan sedih, sang Sufi beranjak dari depan pintu. Berjalan dengan gundah. Melintasi bumi. Berhari-hari, berbulan-bulan. Menggantungkan asanya pada awan-awan. Setelah lewat 4 musim, ia kembali menemui kekasihnya. Di depan pintu, dengan harap-harap cemas, ia mengetuk pintu. Menanti...
"Siapa itu?" tanya sang kekasih
"Engkau," jawabnya dengan penuh harap.
"Masuklah," ucap sang kekasih. "Karena aku adalah engkau dan engkau adalah aku. Rumah ini tidak cukup untuk dua aku di dalamnya..."
"Siapa itu?" tanya sang kekasih.
"Aku," jawabnya
"Pulanglah, aku tak punya sesuatu pun yang bisa ku hidangkan untukmu. Datanglah suatu saat," ujar sang kekasih.
Dengan sedih, sang Sufi beranjak dari depan pintu. Berjalan dengan gundah. Melintasi bumi. Berhari-hari, berbulan-bulan. Menggantungkan asanya pada awan-awan. Setelah lewat 4 musim, ia kembali menemui kekasihnya. Di depan pintu, dengan harap-harap cemas, ia mengetuk pintu. Menanti...
"Siapa itu?" tanya sang kekasih
"Engkau," jawabnya dengan penuh harap.
"Masuklah," ucap sang kekasih. "Karena aku adalah engkau dan engkau adalah aku. Rumah ini tidak cukup untuk dua aku di dalamnya..."
Cerita sufi ini sudah lama sekali ku ingat dari sebuah buku dan kuketik ulang atas dasar ingatan saja. Mohon maaf bila ada kesalahan. Setidaknya kesalahan redaksi tidak merusak substansinya. Meski kisah ini sederhana dan ringkas tapi sebenarnya menjelaskan bagian tasawwuf yang paling intim. Hmm.. rasanya saya belum layak menjelaskannya :)
Kata yang paling ringkas untuk menggambar sufisme atau tasawwuf adalah cinta.
Kalau boleh tau, cerita sufi ini dikutip dari siapa?
ReplyDeletewah lupa tuh, Ci
ReplyDeleteudah 10 thnan, drpd mengendap di kepala, mending ditulis siapa tau ada manfaatnya, gitu :)
My Dad said:
ReplyDelete"Seorang Sufi dalam hubungannya dengan Sang Kekasih Sejati (Pencipta), ketika dia melihat tidak lagi dg matanya tapi dg mata Sang Kekasih, semua tindakannya adalah 'tindakan' Sang Kekasih..
Susah juga mendeskripsikannya :p
Tapi mgkn kurang lebih spt lagu DEWA-SATU:
Aku ini adalah dirimu
Cinta ini adalah cintamu
Aku ini adalah dirimu
Jiwa ini adalah jiwamu
Rindu ini adalah rindumu
Darah ini adalah darahmu
Tak ada yang lain selain dirimu
Yang selalu ku puja
Ku sebut namamu di setiap hembusan nafasku
Ku sebut namamu, ku sebut namamu
Dengan tanganmu aku menyentuh
Dengan kakimu aku berjalan
Dengan matamu aku memandang
Dengan telingamu aku mendengar
Dengan lidahmu aku bicara
Dengan hatimu aku merasa
..
Gila aku pas pertama denger lagu ini merinding. udah ngerasain ada 'sesuatu yg tidak biasa' dg lagu ini..
Secara kan si Ahmad Dhani juga suka sok-sok sufi gitu tapi keblinger..
haha
;p
(BTW, ada hub-nya ga ya ama bahasan sonny diatas)
yup, konsep wahdatul wujud yg bs dilacak hingga sufi jenius Ibn Arabi, al-Hallaj. Syekh Siti Jenar termasuk dlm aliran sufi ini. Tiga2nya meninggal krn dihukum mati. konsep itu bukan untuk muslim awam. Jd, aku gak mau menjelaskannya :)
ReplyDeleteCi rasanya juga pernah baca kisah ini. kalau tdk salah baca di buku Ibn Hazm Al Andalusia, Thuq Al Hamamah.
ReplyDeletePernah baca juga buku tentang Syekh Siti Jenar
ReplyDeletetapi edisi terbatas..
katanya buku ini illegal
;p
emang bikin pusing sih..
syukur aku ga jadi sinting abis baca buku ini
;)