Dua hari yang lalu saya berada beberapa ratus meter dari Bursa Efek Indonesia dan duduk semeja dengan 3 orang profesional muda dari dunia yang berbeda: seorang partner pada sebuah Kantor Akuntan Publik; seorang entreprenuer yang memiliki mimpi-mimpi liar bahkan lebih liar dari apa yang saya baca di buku-buku teks maupun majalah-majalah bisnis; dan seorang pengembang konten ponsel sekaligus pakar jaringan yang pernah bekerjasama dengan pesaing bisnis sang entreprenuer. Saya tidak bisa membahas aspek bisnisnya mengingat apa yang direncanakan mirip dengan rencana Taluth melawan Jaluth atau David melawan Goliath: sebuah gerilya bisnis yang bila sukses layak ditulis dalam sebuah buku atau menjadi bahan bacaan dalam buku-buku teks bisnis dan teknologi.
Yang bisa saya bicarakan disini hanya aspek teknis teknologinya saja. Sang entreprenuer memiliki sebuah jaringan bisnis mulai dari Jawa Timur hingga Aceh. Mengingat skala bisnisnya yang semakin berkembang maka ia memutuskan untuk memasang server di Jakarta: mungkin di tempat pertemuan kami dengan memanfaatkan infrastruktur jaringan serat optik yang tersedia atau menitipkan servernya di IIX untuk mendapatkan kecepatan komputasi maksimal. Selama ini sang entreprenuer mengandalkan sebuah program khusus di komputer yang terkoneksi melalui ponsel.
Dari perbincangan ini ditemukan bahwa migrasi teknologi ini mengalami berbagai kendala. Pertama, program yang selama ini digunakan berada di lingkungan / platform Windows (XP). Nah, Windows seringkali bermasalah bila digunakan sebagai tulang punggung infrastruktur jaringan karena sering mengalami down dan interupsi. Bisa saja digunakan Windows Server 2003 tapi akan membuat biaya total cost of ownershipnya menjadi lebih tinggi. Atau dalam bahasa awam-nya, anggaran proyeknya akan terbebani dengan membeli sistem operasi original yang berkisar antara $470 - $1500 per komputer. Sedangkan komputer yang digunakan berjumlah puluhan. Berbeda dengan bila menggunakan Linux yang bebas lisensi dan bebas biaya.
Saya mengajukan saran untuk menggunakan teknologi virtualisasi. Sang developer konten keberatan. Virtualisasi memang bisa menurunkan cost of ownership tanpa harus menulis ulang program, tapi tidak bisa menjamin hal yang lebih prioritas: stabilitas sistem.
Inilah repotnya menulis program yang hanya bisa bekerja di lingkungan (platform) Windows saja. Lebih repot lagi, dari bincang-bincang dengan si programmer setahun lalu, saya menyimpulkan bahwa pengetahuannya tentang lingkungan (platform) Unix dan clone-nya (Linux, BSD, Solaris, dst) amat minim sehingga hampir mustahil mengharapkannya menulis ulang program yang cross-platform atau punya inter-operatibilitas yang baik.
Masalah kedua, dari kacamata si developer konten, program yang dibuat si programmer mempunyai beberapa kelemahan bila ingin melangkah pada teknologi jaringan internet: persoalan otomatisasi. Selama ini program tersebut mensyaratkan harus ada orang yang duduk di belakang komputer server. Bisnis yang semakin berkembang ini menuntut kapasitas komputasi yang semakin besar karena setiap harinya program tersebut akan melayani permintaan diatas 100.000 komputasi setiap harinya. Dan mustahil mengandalkan manusia di belakang meja.
Dari sini kita melihat bahwa tidak bisa mengandalkan satu platform saja ketika menulis sebuah program. Dan kecepatan pengembangan program komputer harus bisa mengikuti / mengejar pertumbuhan bisnis yang didukungnya.
Yang bisa saya bicarakan disini hanya aspek teknis teknologinya saja. Sang entreprenuer memiliki sebuah jaringan bisnis mulai dari Jawa Timur hingga Aceh. Mengingat skala bisnisnya yang semakin berkembang maka ia memutuskan untuk memasang server di Jakarta: mungkin di tempat pertemuan kami dengan memanfaatkan infrastruktur jaringan serat optik yang tersedia atau menitipkan servernya di IIX untuk mendapatkan kecepatan komputasi maksimal. Selama ini sang entreprenuer mengandalkan sebuah program khusus di komputer yang terkoneksi melalui ponsel.
Dari perbincangan ini ditemukan bahwa migrasi teknologi ini mengalami berbagai kendala. Pertama, program yang selama ini digunakan berada di lingkungan / platform Windows (XP). Nah, Windows seringkali bermasalah bila digunakan sebagai tulang punggung infrastruktur jaringan karena sering mengalami down dan interupsi. Bisa saja digunakan Windows Server 2003 tapi akan membuat biaya total cost of ownershipnya menjadi lebih tinggi. Atau dalam bahasa awam-nya, anggaran proyeknya akan terbebani dengan membeli sistem operasi original yang berkisar antara $470 - $1500 per komputer. Sedangkan komputer yang digunakan berjumlah puluhan. Berbeda dengan bila menggunakan Linux yang bebas lisensi dan bebas biaya.
Saya mengajukan saran untuk menggunakan teknologi virtualisasi. Sang developer konten keberatan. Virtualisasi memang bisa menurunkan cost of ownership tanpa harus menulis ulang program, tapi tidak bisa menjamin hal yang lebih prioritas: stabilitas sistem.
Inilah repotnya menulis program yang hanya bisa bekerja di lingkungan (platform) Windows saja. Lebih repot lagi, dari bincang-bincang dengan si programmer setahun lalu, saya menyimpulkan bahwa pengetahuannya tentang lingkungan (platform) Unix dan clone-nya (Linux, BSD, Solaris, dst) amat minim sehingga hampir mustahil mengharapkannya menulis ulang program yang cross-platform atau punya inter-operatibilitas yang baik.
Masalah kedua, dari kacamata si developer konten, program yang dibuat si programmer mempunyai beberapa kelemahan bila ingin melangkah pada teknologi jaringan internet: persoalan otomatisasi. Selama ini program tersebut mensyaratkan harus ada orang yang duduk di belakang komputer server. Bisnis yang semakin berkembang ini menuntut kapasitas komputasi yang semakin besar karena setiap harinya program tersebut akan melayani permintaan diatas 100.000 komputasi setiap harinya. Dan mustahil mengandalkan manusia di belakang meja.
Dari sini kita melihat bahwa tidak bisa mengandalkan satu platform saja ketika menulis sebuah program. Dan kecepatan pengembangan program komputer harus bisa mengikuti / mengejar pertumbuhan bisnis yang didukungnya.
No comments:
Post a Comment
feel free to comment :)