sebagai hadiah
malaikat menanyakan
apakah aku ingin berjalan di atas mega
dan aku menolaknya
karena kakiku masih di bumi
hingga kejahatan terakhir dimusnahkan
hingga dhu'afa dan mustadha'fin
diangkat Tuhan dari penderitaan
(Daun Makrifat Makrifat Daun; Kuntowijoyo; 1995)
Mereka yang mencari unsur-unsur progresif-revolusioner dalam Islam akan menemukannya kentara dalam sosok Ibrahim, Musa dan Muhammad. Ibrahim adalah simbol perlawanan akal terhadap kebodohan, ingatan terhadap kealpaan. Musa adalah simbol perlawanan kaum tertindas terhadap thaghut (penguasa zalim) dan Muhammad merangkum seluruh simbol-simbol perlawanan dalam revolusi 23 tahun kenabiannya yang meski singkat tapi tidak sampai seabad setelah wafatnya, fathu Islam telah menembus wilayah-wilayah 2 negara adidaya saat itu : Romawi (Timur & Barat) dan Persia. Bagaimana mungkin penunggang-penunggang kuda dari padang pasir tandus itu menaklukkan jantung-jantung peradaban dunia dan menciptakan peradaban gemilang versi mereka sendiri? Awalnya, mereka sama sekali tak diperhitungkan dalam pandangan geopolitik Romawi dan Persia.
Maka pada dasarnya Islam, satu-satunya agama monoteistik radikal, adalah agama perlawanan. Perlawanan yang fitrah terhadap yang zalim, yang lurus (hanif) terhadap yang sesat, yang ingat terhadap yang lupa. Sehingga kenabian (nubuwwah, prophecy, prophetic) dapat dikatakan sebagai misi revolusi, karena setiap nabi dihadapkan pada kezaliman, kesesatan dan kealpaan.
Karena itulah Islam selalu menjadi api perlawanan di setiap dada muslim yang tertindas di manapun dan zaman apapun. Itu juga yang membuat bangsa ini tak lelah melawan penjajahan karena pada fitrahnya manusia itu adalah sama dan sejajar. Hanya taqwa ! Hanya taqwa sebagai pembeda di hadapan Tuhan. Karenanya, semua pahlawan bangsa ini mulai dari Cut Nyak Dien di Barat hingga Sultan Babullah di Timur, mulai dari perlawanan terhadap kolonial Portugis di Selat Malaka hingga Perang 10 November 1945 yang disulut oleh pidato berapi-api Bung Tomo dan teriakan-teriakan takbir, digerakkan oleh ruh Islam.
Islam bukanlah agama yang mengajarkan bahwa bila pipi kananmu ditampar, berikan pipi kirimu. Hanya ada satu kata: lawan !
Catatan kecik :
- Judul tulisan ini mengadopsi judul "Maklumat Sastra Profetik", sebuah manifesto yang diwariskan Kuntowijoyo 4 hari sebelum beliau wafat.
- Kaum Katolik di Amerika Latin berusaha mencari unsur progresif revolusioner dalam teologi agamanya. Karena tak bisa ditemukan, mereka mengadopsi unsur-unsur marxis hingga jadilah apa yang kini disebut sebagai Teologi Pembebasan, teologi Katolik yang koyak moyak dan compang camping karena membawa anasir-anasir Marxis yang ambigu. Saat ini kaum Kiri Islam menjalankan hal serupa. Dan sayangnya sebahagian mereka melakukan kesalahan yang sama. Islam pada dirinya sendiri mengandung unsur-unsur progresif-revolusioner. Untuk itulah tulisan ini dibuat.
- Di dalam Islam dikenal istilah dhua'fa dan mustadha'fin. Dhuafa (lemah) merujuk kepada orang-orang yang lemah secara struktur sosial. Tapi mustadh'afin (dilemahkan, ditindas) menunjukkan orang yang lemah bukan atas keadaannya sendiri, tapi dilemahkan karena struktur sosial-politik-ekonomi yang tidak adil, zalim, mengungkung dan korup.
- Di dalam Islam, tidak dikenal istilah penaklukan (conquest). Yang ada hanya fathu atau pembukaan / pembebasan. Yaitu sebuah daerah dimasukkan dalam teritorial muslim dan diberi kebebasan kepada pemeluk seluruh agama untuk menjalankan agama masing-masing. Nabi juga menetapkan etika perang: dilarang merusak pohon-pohon termasuk ladang-ladang; dilarang membakar/merusak rumah-rumah ibadah agama lain; dilarang membunuh orang-orang dha'if (anak-anak, perempuan dan tua renta); dilarang membunuh orang-orang yang sudah menyerah dan tawanan perang harus diperlakukan dengan baik; tawanan perang bisa ditebus. Bahkan di masa paska Perang Badr, tawanan bisa menebus pembebasannya dengan mengajarkan anak-anak Madinah membaca dan menulis. Di masa fathu Makkah, nabi menetapkan 3 zona aman: rumah Abu Sufyan, Masjidil Haram, dan rumah-rumah yang menutup pintu dan jendelanya rapat-rapat. Etika perang nabi ini terus dipertahankan oleh dinasti-dinasti muslim sesudahnya. He is the role model of military leader !
- Ketika tentara Salib menaklukkan Yerusalem, semua Yahudi dan Muslim yang telah lama hidup berdampingan dengan damai dengan kaum Kristen Timur, dibantai termasuk wanita dan anak-anak. Para ahli sejarah menggambarkan bahwa alun-alun kota saat itu digenangi darah setinggi lutut kuda. Ketika Shalahuddin al-Ayyubi mengambil alih kota itu, ia memperlakukan kaum Kristen dengan baik bahkan dibiayai kepulangannya ke Eropa. Wajah damai Islam inilah yang dikenal sejak zaman para sahabat, ketika para pendeta kota Yerussalem mengirim surat kepada khalifah Umar ibn al-Khattab agar kota mereka ditaklukkan karena tak tahan terhadap perlakuan kaum pagan Romawi. Misi pembebasan ini disudahi dengan adegan indah ketika Umar dan pembantunya bergantian naik kuda hingga gerbang Yerussalem, menerima kunci kota dari para pendeta (dan rabi?) dan shalat di depan sebuah gereja sebagai simbol perdamaian agama-agama. Kedatangan Umar yang menempuh jarak ribuan kilo itu sekaligus menunjukkan rasa hormatnya pada kiblat pertama kaum muslimin ini. Oh ya, bahasa Ibrani pada dasarnya satu rumpun dengan bahasa Arab karena mereka berasal dari moyang yang sama. Yerussalem dalam bahasa Arab berarti Darussalam, negeri yang damai, dimana kaum Yahudi, Nasrani dan Muslim (seharusnya) bisa hidup berdampingan seperti di masa dinasti-dinasti muslim. Sayang, saat ini kota itu akan dijadikan ibukota Israel menggantikan Tel Aviv. Egois !
- Perang Aceh adalah perang yang paling melelahkan bagi kaum kolonial Belanda. Konon syair-syair perang bangsa Aceh serupa dengan syair-syair perang yang disenandungkan dengan gegap gempita oleh kaum muslimin di Perang Badar. Syair-syair yang menjemput maut dengan senyum, kerinduan terhadap gelar tertinggi: syahid !
- Nabi dalam bahasa Arab berarti pembawa kabar gembira sekaligus peringatan (dari langit). Dalam bahasa Inggris, kenabian berati orang yang membawa visi jauh ke depan.
- Jika tugas-tugas kenabian sejak Nabi Adam hingga Nabi Muhammad dianggap sebagai continuum meski mereka menghadapi kondisi, ruang dan waktu yang berbeda-beda, maka Alqur'an menggariskan satu benang merah: bahwa misi mereka adalah menegakkan Tauhid, melawan syirik, pagan, ateisme, gnosis, atau apa pun namanya.
- Tauhid sendiri mengajarkan bahwa semua manusia sama dan sejajar. Hanya di hadapan Allah mereka dibedakan sesuai tingkat ketaqwaannya. Maka pada fitrahnya, penjajahan dan perbudakan bertentangan dengan inti ajaran agama Islam. Nabi sejak awal sudah menghapus praktik-praktik perbudakan meski tidak sampai pupus semuanya. Banyak denda atau sangsi-sangsi di dalam ajaran Islam yang memaktubkan pembebasan budak sebagai diktumnya.
- Ada masalah dalam penggunaan istilah agama-agama samawi (agama-agama yang datang dari langit) atau agama-agama Abrahamik (agama-agama yang diturunkan dari Ibrahim: Yahudi, Kristen dan Islam) yang diperkenalkan para pakar sejarah agama-agama dari Barat. Istilah ini mengandaikan bahwa ketiga agama ini menganut paham monoteisme yang serupa. Namun, bila kita teliti lebih lanjut, Yahudi dan Kristen sama sekali tidak konsisten menegakkan monoteisme. Yahudi mengalami kekacauan semantik dalam terminologi Tuhan. Sementara Kristen, membutuhkan filsafat Yunani untuk menjelaskan konsep Trinitas. Bagaimana mungkin filsafat kaum pagan yang penuh mitologi dewa-dewi itu digunakan untuk menjelaskan monoteisme? Disini kita bisa memperdebatkan otentisitas agama-agama, karena mempertanyakan otentisitas sendiri adalah bagian penting dari misi / risalah Muhammad, sang Nabi Terakhir, Penyempurna akhlaq manusia.
- Dalam al-Quran, Ibrahim digambarkan sebagai seorang yang bukan Yahudi maupun Nasrani untuk melawan klaim-klaim pra-Islam / pra-Muhammad. Ibrahim digambarkan sebagai seorang yang haniif (lurus) dan muslim (dalam pengertian luas yaitu tunduk, patuh). Meski paganisme meruyak dari masa Ibrahim hingga pra Muhammad, tapi "agama haniif" ini tetap dipegang teguh oleh segelintir manusia di zaman itu. Di antaranya adalah dianut pendeta Buhaira yang bertemu dengan Muhammad di masa kecilnya ketika dibawa pamannya Abu Thalib dalam misi dagang kaum Quraisy ke Syam. Oh ya, kebiasaan bepergian orang-orang Quraisy diabadikan Allah dalam surat al-Quraisy yang pendek, sederhana namun indah itu
- Kalau kita mempelajari biografi Salman al-Farisi, seorang sahabat Nabi dari Persia yang Majusi (penyembah api), pencariannya terhadap agama membawanya bertemu dengan orang-orang Haniif hingga akhirnya ia sampai ke Yatsrib / Madinah. Ah, ia seumpama Ibrahim yang mencari tuhan di antara bintang gemintang.
- Berbeda dengan konsep Trinitas yang membutuhkan filsafat untuk menjelaskan "satu tapi tiga, tiga tapi satu", Islam mempunyai konsep ketuhanan sederhana yang mudah dimengerti bahkan oleh bangsa Arab pra-Islam yang bodoh itu. Itu juga yang membuat Miranda Risang Ayu memutuskan memeluk Islam. Bahwa agama ini, pada intinya yaitu Tauhid, mengandung unsur-unsur yang sederhana dan mudah dimengerti. Itu juga kenapa Islam menyebut dirinya sebagai agama fitrah, karena kesesuaiannya dengan akal-budi manusia. Fitrah secara bahasa berarti kembali, secara terminologi berarti kembali ke kesucian/kemurnian.
- Di atas keseluruhan pembicaraan tentang perlawanan ini, patut juga diberi catatan bahwa agama Islam juga mengajarkan kelembutan sesuai konteksnya. Wa atbi'issayyiatal hasanata tamhuha. Dan balaskah keburukan yang kau alami dengan kebaikan untuk memupusnya.
- Tauhid mengajarkan bahwa tuhan adalah Allah yang Satu. Tidak lebih tidak kurang. Mudahkan ?
Perj Baru yg dibawa Yesus adalah bahwa saatnya tlh tiba menyembah Allah bukan di..,arah..,ritual..,ini itu,tapi saatnya menyembah Allah dalam Roh dan Kebenaran.Roh artinya Kehidupan dan Kebenaran adalah benar pada segala sisi.
ReplyDeleteBerbeda dgn cara Perj Lama dan cara anda.Buktinya adalah bait Sulaiman sbg simbol ritual Perj Lama telah runtuh dan sewaktu Yesus diadili tirainya terkoyak. Tapi Anda masih mempertahankan ritual dlm menyembah Allah sehingga kiblat Istana Sulaiman kalian pindahkan ke Mekah.Menyembah yg dimaksud Yesus adalah dalam menjalani hidup dgn cara mengorbankan kemelekatan pada 5 ego manusia.Sehingga muncullah istilah 'anak' Allah.Pd Perj Lama pengorbanan kpd Allah adalah menyembelih anak kandung spt yg dilakukan Nabi Ibrahim.Pada Perj Baru yg dikorbankan juga 'Anak' tapi dalam bentuk keakuan indrawi.Nah...Yesus adalah yg paling fenomenal dan yg pertama mengorbankan keakuanNya.Untuk apa mengorbankan keakuan?Yah..supaya bisa mengasihi.Dan sifat mengasihi diidentikkan dengan 'BAPA'.Setelah ANAK dikorbankan dan kasih (BAPA)bertindak
maka kehidupan yg damai telah terwujud (ROH KUDUS).Inilah Kebenaran,artinya setiap manusia dahulu,sekarang,dan yg akan datang hal ini tlh ditanamkan dalam hati manusia.Inilah Tritunggal yg kalian selalu ributkan,dan sebutan Yesus yg kalian masalahkan.Mengapa?,karena cara kalian adalah cara Perj Lama dan bertemu pula dgn pendeta dungu.
Membahas ketuhanan melulu.Coba anda laksanakan spt yg Yesus laksanakan.Karena padamu juga ada 'ANAK'(egomu) yg harus dikorbankan supaya anda bisa bertemu 'BAPA'(mengasihi) supaya dlm hidupmu hadir 'ROH KUDUS'(bijaklah meng'cut'/menyunat tingkah lakumu).Apa anda sudah mengerti? Kalau anda sudah mengerti,saya harap jangan ada lagi mempertanyakan 'Yesus anak Allah?,Yesus sama dgn Tuhan?'dan pernyataan ngawur lainnya.
Sekali lagi saya tekankan!,Korbankan 'ANAK'mu(ego),temuilah 'BAPA'(mengasihi) dan hiduplah dlm tuntunan 'ROH KUDUS'.
Saya tidak ada menyatakan Yesus=Allah,Allah mempunyai anak,Yesus=Roh Kudus.Kalaupun anda masih juga mendengar yg demikian dari kaum saya,maknailah itu seperti apa yg berulang kali saya jelaskan!