Akhirnya si dia datang juga. Bagi saya, Ramadhan adalah bulan untuk belajar tentang kerendahan hati. Banyak ceramah agama yang akan saya dengar di masjid. Penceramahnya pun beragam latar belakangnya. Ada yang benar-benar berasal dari pendidikan agama, ada juga orang-orang dari fakultas umum yang tercerahkan dan berani berdiri di mimbar itu. Beberapa di antaranya ada juga yang berasal dari fakultas umum tapi pernah nyantri. Agama Islam memang satu-satunya yang tak mengenal sistem kependetaan. Jadi setiap muslim adalah da'i. Nabi juga pernah bersabda: "sampaikan tentangku walau hanya satu ayat." Itu juga yang membuat Islam menyebar dengan cepat ke seantero nusantara karena tanggungjawab dakwah tidak hanya diemban pemuka agama, tapi didistribusikan ke setiap muslim.
Allah berfirman bahwa umat Muhammad adalah sebaik-baik umat yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Semuanya tanpa terkecuali punya hak/kewajiban untuk menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran. Meskipun Nabi pernah berfirman bahwa ulama adalah pewaris Nabi. Namun yang harus kita pahami bahwa yang mereka warisi bukan otoritas kenabian yang kemudian memberikan legitimasi bagi para ulama untuk membentuk hirarki kepemimpinan ala Vatikan. Yang diwariskan pada ulama adalah otoritas keilmuan beserta dedikasi dan tanggungjawab yang menyertainya. Jadi lebih bermakna tanggungjawab ketimbang hak.
Lebih jauh lagi, pengertian ulama dalam bahasa Arab lebih luas cakupannya ketimbang yang diadopsi oleh bahasa Indonesia. Ulama tidak hanya sebatas mereka yang mendedikasikan hidupnya pada pengetahuan keislaman, tapi juga mereka yang mendedikasikan hidupnya pada samudera ilmu yang Allah turunkan ke muka bumi. Maka dalam bahasa Arab, fisikawan yang bergelut dengan ayat-ayat kauniyyah, sosiolog yang berusaha memahami ayat-ayat Allah di tengah hiruk pikuk masyarakat dan membentuknya menjadi postulat dan teori sosial bisa juga disebut ulama. Maka tak heran, para astronom, dokter dan fisikawan di zaman keemasan Islam adalah juga orang-orang yang taat beragama. Berbeda dengan fisikawan Barat zaman sekarang yang hampir 70% gnosis / ateis. Konsep Newtonian yang mekanis dan Cartesian yang dikotomis tidak memberi ruang bagi Tuhan di jagat raya. Physics present in the absence of the Omni Present.
Kembali ke Ramadhan. Duduk diam mendengar ceramah agama, terkadang tidak mudah bagi saya. Tak jarang si penceramah salah atau kurang fasih dalam melafalkan ayat dan hadits. Atau kurang baik dalam menerjemahkannya ke bahasa Indonesia. Apa yang saya rasakan, mirip dengan apa yang dirasakan tukang stel piano. Sedikit nada sumbang amat tidak menyenangkan.
Tapi lagi, mungkin dengan cara itu Allah memberi saya jalan untuk belajar kerendahan hati. Berusaha menjadi pendengar yang baik, berempati dengan keterbatasan pengetahuan agamanya, dan menghargai keberaniannya berdiri di mimbar itu. Yup, keberanian. Mungkin hanya itu yang saya tidak miliki. Bagi saya berdiri di mimbar mesjid seperti ujian disertasi doktor dimana saya harus mempertanggungjawabkan (otoritas) keilmuan saya di depan pemirsa. Karenanya mungkin bisa dihitung dengan lidi berapa kali saya pernah berdiri di mimbar. Mungkin 2 - 4 tahun lagi saya bisa berdiri dengan baik di atas mimbar itu.
Tak lupa saya ucapkan, "Selamat beribadah di bulan Ramadhan. Mohon maaf lahir dan batin. Ya Allah, terimalah shalat, puasa, rukuk, sujud, khusyuk, taabbud, dan sempurnakanlah takaran (pahala) kami." [ ]
Allah berfirman bahwa umat Muhammad adalah sebaik-baik umat yang menyeru kepada kebaikan dan mencegah kemungkaran. Semuanya tanpa terkecuali punya hak/kewajiban untuk menyeru kebaikan dan mencegah kemungkaran. Meskipun Nabi pernah berfirman bahwa ulama adalah pewaris Nabi. Namun yang harus kita pahami bahwa yang mereka warisi bukan otoritas kenabian yang kemudian memberikan legitimasi bagi para ulama untuk membentuk hirarki kepemimpinan ala Vatikan. Yang diwariskan pada ulama adalah otoritas keilmuan beserta dedikasi dan tanggungjawab yang menyertainya. Jadi lebih bermakna tanggungjawab ketimbang hak.
Lebih jauh lagi, pengertian ulama dalam bahasa Arab lebih luas cakupannya ketimbang yang diadopsi oleh bahasa Indonesia. Ulama tidak hanya sebatas mereka yang mendedikasikan hidupnya pada pengetahuan keislaman, tapi juga mereka yang mendedikasikan hidupnya pada samudera ilmu yang Allah turunkan ke muka bumi. Maka dalam bahasa Arab, fisikawan yang bergelut dengan ayat-ayat kauniyyah, sosiolog yang berusaha memahami ayat-ayat Allah di tengah hiruk pikuk masyarakat dan membentuknya menjadi postulat dan teori sosial bisa juga disebut ulama. Maka tak heran, para astronom, dokter dan fisikawan di zaman keemasan Islam adalah juga orang-orang yang taat beragama. Berbeda dengan fisikawan Barat zaman sekarang yang hampir 70% gnosis / ateis. Konsep Newtonian yang mekanis dan Cartesian yang dikotomis tidak memberi ruang bagi Tuhan di jagat raya. Physics present in the absence of the Omni Present.
Kembali ke Ramadhan. Duduk diam mendengar ceramah agama, terkadang tidak mudah bagi saya. Tak jarang si penceramah salah atau kurang fasih dalam melafalkan ayat dan hadits. Atau kurang baik dalam menerjemahkannya ke bahasa Indonesia. Apa yang saya rasakan, mirip dengan apa yang dirasakan tukang stel piano. Sedikit nada sumbang amat tidak menyenangkan.
Tapi lagi, mungkin dengan cara itu Allah memberi saya jalan untuk belajar kerendahan hati. Berusaha menjadi pendengar yang baik, berempati dengan keterbatasan pengetahuan agamanya, dan menghargai keberaniannya berdiri di mimbar itu. Yup, keberanian. Mungkin hanya itu yang saya tidak miliki. Bagi saya berdiri di mimbar mesjid seperti ujian disertasi doktor dimana saya harus mempertanggungjawabkan (otoritas) keilmuan saya di depan pemirsa. Karenanya mungkin bisa dihitung dengan lidi berapa kali saya pernah berdiri di mimbar. Mungkin 2 - 4 tahun lagi saya bisa berdiri dengan baik di atas mimbar itu.
Tak lupa saya ucapkan, "Selamat beribadah di bulan Ramadhan. Mohon maaf lahir dan batin. Ya Allah, terimalah shalat, puasa, rukuk, sujud, khusyuk, taabbud, dan sempurnakanlah takaran (pahala) kami." [ ]
Mohon maaf lahir batin juga sonny. maaf agak telat :)
ReplyDeleteSemoga ibadah ramadhan kita diberkahi Allah.
bila suatu saat dirimu sudah berdiri di atas mimbar, beritahu saya, karena saya akan jadi orang pertama yang akan melihatnya, karena saya yakin bahwa orang yg memiliki kemampuan tulisan luar bisa ini, akan memiliki kemampuan verbal yang tak kalah hebatnya... :)
ReplyDeletesalamaik puaso uda sony... :)