Karena si H.P. menulis tentang statistik (dodol!)nya dan penasaran dengan statistik saia, ya saia tulis deh..
Nama : S.Y.
Consulat : Sumbar-Jambi-Riau >> Sumbar-Riau >> belakangan pas tamat jadi dipecah lagi jadi Sumbar aja. Baguslah. Soalnya orang Minang di Gontor terkenal paling bandel, paling ribut kalo ada pertemuan rutin.
Origin : Shigor alias bocah ingusan (Asrama GBS, Indonesia 4, Indonesia 1, Saudi 3 lantai 2). Di kelas 4 (1 SMA) ada peluang pindah ke salah satu asrama Kibar alias anak (sok) gede, tapi males ah. Lagian gak suka bau asap rokok dan kayaknya anak-anaknya gak asik. Lagian ngapain pula pindah ke Kibar, soalnya di asrama cuman numpang tidur doang, lebih banyak hidup di Gedung Tunis dan Pustaka OPPM alias Pustaka OSIS.
Affiliation : kelas 2 pernah ikut klub kaligrafi AKLAM yang pendirinya kaligrafer tenar Didin Sirajuddin tapi kayaknya kurang bakat trus mundur, kelas 3 ikut Teater Islam Darussalam (TERISDA). Nah yang ini baru seru berteman dengan orang-orang gila, latihan teater mulai dari yang 'normal' di area kompleks kelas KOMSOL sampe latihan di dalam Sungai Malo yang butek itu, di lapangan basket malam-malam, dan yang paling seru latihan teater sambil hujan-hujanan. Pernah disuruh teriak selepas-lepasnya sama Ust. Hasib, trus komentarnya: jiwamu belum bebas, Son! Hiks...
Trus kelas 3 semester 2, direkrut jadi asisten staf Pustaka OPPM. Yah, meski gak se-prestise jabatan asisten Bagian Penerimaan Tamu yang sering dapet surat izin bebas dari rutinitas ini-itu dan punya kesempatan ketemu sama makhluq-makhluq cantik (bikin iri banget!); atau asisten Bagian Kesenian, Bagian Pengajaran, Bagian Olahraga, dan Koordinator Pramuka tapi asisten pustaka punya HAK ISTIMEWA: baca buku 24 jam, buku 'boleh' dibawa ke asrama asal gak hilang. FASILITAS SELAIN BUKU: 3 koran nasional (Republika, Media Indonesia, Jawa Pos); 3 majalah nasional (GATRA, alm. UMMAT, ....) dan beberapa Tabloid Politik (diantaranya alm. Tekad, lainnya lupa). LAINNYA: Jurnal berat semacam Kalam, Islamika dan Ulumul Qur'an
Trus kelas 4 direkrut jadi anggota junior ITQAN Group. Bahagianya bukan main, udah 6 bulan menanti, hampir aja mau keluar Gontor pengen sekolah SMA aja. Tugas junior: menangani majalah dinding ilmiah Mingguan ULUL ALBAB dengan 18 - 24 halaman kertas A4 diketik rapi 1,5 spasi, 2 kolom (mesin tik biasa, mesin tik elektronik, kadang komputer). Motivasi dari senior: "jangan berharap mading kalian dibaca para santri !" Terang aja, mading ini bikin kening berkerut, kalah pamor dengan mading LIMITS (klub seni lintas aliran) dan mading berita mingguan "Darussalam Pos", klub wartawan yang memberitakan seputar kegiatan kampus yang diketik dengan komputer.
BTW, ITQAN Group terdiri dari: mading Ulul Albab; majalah AFKARI (mirip Annida); majalah serius ITQAN; AGENCY yang memasok majalah-majalah nasional yang dilangganin secara pribadi oleh santri (bisa baca gratis:); mengelola diskusi umum al-Hambra setiap ba'da Jumatan dan ditugasi mengelola mading Jurnal Ramadhan Pos dan Syawwal Pos secara bergantian atau bekerjasama dengan Darussalam Pos.
Kelas 5 gak dipercaya jadi manajer asrama karena track record botak 2x. Konon, pernah mau diangkat saat rekruitmen tahap 2, tapi para senior ITQAN langsung mendatangi Bagian Penggerak Bahasa Pusat untuk mencoret nama saia dari daftar rekrutmen. Soalnya tenaga saia amat dibutuhkan karena anggota ITQAN yang kelas 5 semuanya berstatus manajer asrama. Jadilah saia tinggal di Tunis kamar 3.
Trus kelas 5 by accident nimbrung di klub studi FP2WS yang bersebelahan dengan kantor ITQAN dan direkrut jadi anggota. Senang sekali meski para senior ITQAN pada sewot karena bakal kekurangan seorang anggota keren! (Cuih.. :) FP2WS memfokuskan diri pada membaca dan berdiskusi saja. Klub studi ini punya semacam silabus diskusi yang keren. Sayangnya, rata-rata anak FP2WS kalah rajin menulis dibanding anak ITQAN. Kelas 5 semester 2, beberapa bulan sebelum menyandang status senior di FP2WS, diberhentikan dari ITQAN. Ah, formalitas basi... Toh, diberhentikan atau tidak hampir gak ada bedanya setelah para senior itu gak nongkrong lagi di Tunis alias tamat.
BTW, saia satu-satunya manusia Tunis (lt. 2) tulen karena bisa keluar-masuk kamar 1 (TERISDA, LIMITS, AKLAM), kamar 2 (FP2WS) dan kamar 3 (ITQAN) dengan leluasa.
Kelas 5 semester 2 dikasih jabatan Ketua Staf Perpustakaan OPPM. I was the Boss !
Pengabdian: yah tampang saya kalo ngajar malah merusak anak didiknya dengan pikiran2 aneh. Mending mendaftarkan diri ikut pelatihan+praktik 7 bulan di Pusat Latihan Manajemen dan Dakwah Masyarakat (PLMPM) Mantingan (100 meter dari Gontor Putri I). Eh, malah tambah aneh karena disono berkenalan dengan pikiran Andragogy-nya Paolo Freire, cara kerja LSM turun ke masyarakat, dan berkenalan dengan warna-warni dunia LSM (plat hijau, kuning dan merah!). Plus entreprenuership. Ditambah lagi materi training yang keren. Bossnya: Pak Ir. Ridlo Zarkasyi, MM dan alm. Pak Budi. Yang satu mantan orang LSM, satunya lagi mantan aktivis HMI Jatim. Te O Pe pokoknya dah!
MAIN LIST :
1. Dibotak: 3x
Pertama, kelas 2 gara-gara nulis Siti Migrofah, Abu Dalwun di kertas ujian. Ujian di Gontor emang berwibawa, nyontek aja gak boleh apalagi nulis yang (sok) lucu-lucu di kertas jawaban. Duh, bocah ingusan yang aneh..
Kedua, kelas 4 gara-gara makan ayam gulai, dibotak bareng-bareng sekamar saat Idhul Adha. Ini susahnya kebiasaan makan-makan istimewa ala asisten perpustakaan dibawa ke asrama. BTW, atas kesalahan yang sama ada 200-an orang dibotak dalam 1 hari. What a shining day!
Ketiga, kelas 6 gara-gara gak jamaah subuh di mesjid pas ada pemeriksaan. Yang ini bener-bener apes !
BTW, saia punya siklus botak 2 tahunan nih..
2. Kelas : 1 - 4B, 5C, 6B
Kadang nyesel juga dapet kursi terhormat di kelas B. Soalnya dapet wali-wali kelasnya kurang asik. Gak seru deh acara-acara kelasnya. Lagian sudahlah saia ini bocah aneh, punya hobi aneh, duduk pula di kelas orang-orang aneh. Aneh pangkat tiga dong !
3. Masuk mahkamah: plz, deh Himawan, gw gak inget. Tapi mungkin 9x per semester, soalnya saia suka angka ituh :p
4. Kena tampar : gak inget. Tapi yang paling "berkesan" ditampar Bagian Keamanan Pusat karena telat bangun sedikit saja. Disuruh berdiri dalam keadaan 1/2 mabok dan plakkk!!! Merrrah di pipi. Plz deh, saat itu kan bulan Syawwal, bulan capek sedunia.
Alhamdulillah sekarang disiplin menampar ini sudah dihapuskan di Gontor. Huh, dari dulu saia sudah kritik, menampar itu tidak mendidikkkk!!!
5. Kehilangan sandal: gak kehitung. Paling kesel kalo kehilangan satu sandal aja bukannya sepasang. Bego' tuh yang nyolong. Tapi kayaknya istilah kehilangan itu gak cocok deh, lebih tepatnya siklus sandal di mesjid. Gimana gak kehilangan sandal kalo yang ke mesjid ribuan orangnya. Tapi sekarang sandal bisa dimasukkan ke kantong khusus dan dibawa ke dalam mesjid seperti membawa sajadah. Nah, itu baru peraturan keren, biar ke mesjid gak nambah dosa.
6. Kehilangan pakaian: ini jeleknya asrama, pakaian jatuh dari jemuran dan "hanyut" gak jelas rimbanya
7. Pramuka: POT 5. Gugus depan ini kalah pamor dibanding POT 7, 13 atau 9. Males deh. Tapi yang asik cuman nyanyi-nyanyi, yel-yel, ngejek gugus depan lain meskipun musuh-musuh itu teman sekamar juga. Nanti pulang dari acara pramukaan, ngakak bareng di kamar seperti gak pernah terjadi pertempuran. BTW, kita memang lebih dewasa berpolitik daripada para anggota dewan yang konyol-konyol itu.
8. Friend lost: 1 (waktu PG). Teman sekelas saia di 5C. Hiks..
FREAKS :
1. Konon, Kyai Hasan kerjaannya malem-malem mindahin jin-jin yang usil. Jewer aja kupingnya, ustadz..
2. Kacian deh lu manajer asrama tidur di emperan :p Meskipun "kasta" anda-anda lebih tinggi dari saia
3. Di Gontor, saia belajar tidur 10 atau 15 menit langsung buka buku, belajar, capek belajar, tidur bentar. Teruss begitu. Juga cara tidur dalam situasi dan kondisi sesulit apapun: tidur sambil kepala tegak atau terayun-ayun; tidur berdiri saat antri kamar mandi sebelum shalat subuh; tidur di atas bangku keras yang amat sempit; bahkan tidur di lemari untuk menghindari kegiatan rutin lari pagi mingguan dan pramuka.
4. Prom Night? Lebih dari itu Drama Arena dan Panggung Gembira adalah pertunjukan kolosal dengan hampir 10 agenda acara utama di luar selingan band; dengan kru 500-an orang (th 97-98); tata cahaya dan sound system senilai hampir 10 juta rupiah plus generator listrik cadangan berkekuatan ribuan watt. Tidak hanya panggung setinggi 1 meter dan luas 10 x 30 meter, tapi juga tinggi background mencapai hampir 10 meter! Dan setiap tahun sepertinya ada saja rekor yang dipecahkan. DA & PG secara tidak langsung adalah ajang perseteruan kelas 5 vs kelas 6 untuk meraih simpati para junior dan mendapatkan gelar (informal) senior terbaik ! Di akhir acara, kyai akan memberi nilai dalam range 1 - 10. Dan kerennya acara sebesar itu dengan persiapan hampir sebulan hanya menghabiskan dana 18 juta (th 97) termasuk sokongan dana dari sponsor (misalnya, produsen mie dan pengusaha alumni).
6. Volk Song dan Drama 3 bahasa emang keren. Belum lagi lomba Baris Berbaris antar asrama. BTW, acara ini mungkin sudah diadakan sejak jaman Belanda, liat aja Volk itu kan bahasa Belanda untuk Folk.
7. Tawuran? Yang kalah dan menang sama-sama diusir! Nggak peduli siapa yang bener/salah. Berani ?
8. Naik kelas 6 itu sakral banget. Duduk di bawah pohon mangga berumur puluhan tahun menunggu kepastian naik kelas atau tidak. (Pohon mangga itu udah melihat ribuan santri menangis sedih atau tersenyum bahagia saat acara Yudisium selama puluhan tahun).
Ritualnya begini: nama kami dipanggil satu per satu ke dalam sebuah ruangan pertemuan dalam beberapa trip. Seperti sebuah wisuda kecil, hadir para kyai hampir lengkap dan dimulai dengan wejangan dan diakhiri dengan pembagian amplop berisi surat kenaikan kelas. Uniknya, meski saia dapat kelas 6B, tapi dalam surat kira-kira tertera begini: "sebenarnya berat bagi kami untuk menaikkan ananda ke kelas 6, tapi kami memberikan kesempatan bagi ananda untuk belajar memperbaiki diri di kelas 6." Duh, sopan santun yang luhur. Bikin hati trenyuh. Entah itu datang dari budaya Jawa, atau kah itu peninggalan Kweekschool Minangkabau di zaman Belanda ? Kweekschool = sekolah guru.
9. Interaksi: Inggris - Arab. Kecuali diskusi resmi boleh pake bahasa Indonesia. Anak-anak Tunis "dikenal" bandel karena saban hari diskusi informal, saban hari pula berbahasa pula berbahasa Indonesia. Junior atau senior sama aja kelakuannya. Uniknya Staf Penggerak Bahasa Pusat gak berani naik ke lantai 2 itu. Kalo naik, bakal dihadang oleh senior-senior Tunis. "Ini Tunis, bung! Wilayah orang-orang merdeka!"
Lucunya, teman kuliah gw, Debi, ketawa denger bahasa Indonesia gw yang sering terselip kata-kata ilmiah. Yah, gimana lagi, cuman itu bahasa Indonesia sehari-hari yang gw kenal.
Nembak, CLBK? Apaan tuh..? :)
10. Gontor itu punya bendera sendiri, bahasa dan "dialek" sendiri, lagu mars sendiri. Negara dalam negara. Punya sistem demokrasi dan syura sendiri. Ibarat Tanah Perdikan, tak peduli rezim atau siapa diktator yang sedang berkuasa di Jakarta, mereka yang masuk wilayah ini harus patuh pada aturan Gontor. Bersih dari atribut-atribut partai, golongan-golongan bahkan punya kurikulum independen sejak jaman Belanda.
Musim kampanye pemilu adalah saat Siaga 1 di Gontor. Beberapa pos jaga 24 jam didirikan di titik-titik penting seantero kampus, lengkap dengan pakaian "dinas" pramuka dan tongkat-tongkat pramuka. Apa pun partainya, kalo berani kampanye masuk kawasan kampus Gontor yang dibelah oleh jalan desa itu akan berhadapan dengan tongkat-tongkat pramuka. Dan diantara penjaga itu, ada yang menyandang sabuk biru dari klub beladiri Tapak Suci.
11. Bulan Syawwal, bulan pertama tahun ajaran baru dalam kalender akademik Gontor, adalah bulan yang padat denga tamu-tamu berkunjung. Ibarat kebun binatang, santri-santri dengan segala kegiatannya jadi binatang-binatangnya. Setiap rombongan akan dituntun oleh seorang guide dari Bagian Penerimaan Tamu atau para ustadz. Dan itu pula bulan gadis-gadis cantik berseliweran..
GURU PALING BERKESAN
CHAOS
Terinspirasi dari Ust Yusuf BZ yang pernah bikin chaos di tahun 1995 dengan menggelindingkan pesan berantai bahwa Soeharto mati, maka saia belajar menciptakan chaos serupa :
CINTA OH CINTA..
Tuu kan jadi panjang...
Nama : S.Y.
Consulat : Sumbar-Jambi-Riau >> Sumbar-Riau >> belakangan pas tamat jadi dipecah lagi jadi Sumbar aja. Baguslah. Soalnya orang Minang di Gontor terkenal paling bandel, paling ribut kalo ada pertemuan rutin.
Origin : Shigor alias bocah ingusan (Asrama GBS, Indonesia 4, Indonesia 1, Saudi 3 lantai 2). Di kelas 4 (1 SMA) ada peluang pindah ke salah satu asrama Kibar alias anak (sok) gede, tapi males ah. Lagian gak suka bau asap rokok dan kayaknya anak-anaknya gak asik. Lagian ngapain pula pindah ke Kibar, soalnya di asrama cuman numpang tidur doang, lebih banyak hidup di Gedung Tunis dan Pustaka OPPM alias Pustaka OSIS.
Affiliation : kelas 2 pernah ikut klub kaligrafi AKLAM yang pendirinya kaligrafer tenar Didin Sirajuddin tapi kayaknya kurang bakat trus mundur, kelas 3 ikut Teater Islam Darussalam (TERISDA). Nah yang ini baru seru berteman dengan orang-orang gila, latihan teater mulai dari yang 'normal' di area kompleks kelas KOMSOL sampe latihan di dalam Sungai Malo yang butek itu, di lapangan basket malam-malam, dan yang paling seru latihan teater sambil hujan-hujanan. Pernah disuruh teriak selepas-lepasnya sama Ust. Hasib, trus komentarnya: jiwamu belum bebas, Son! Hiks...
Trus kelas 3 semester 2, direkrut jadi asisten staf Pustaka OPPM. Yah, meski gak se-prestise jabatan asisten Bagian Penerimaan Tamu yang sering dapet surat izin bebas dari rutinitas ini-itu dan punya kesempatan ketemu sama makhluq-makhluq cantik (bikin iri banget!); atau asisten Bagian Kesenian, Bagian Pengajaran, Bagian Olahraga, dan Koordinator Pramuka tapi asisten pustaka punya HAK ISTIMEWA: baca buku 24 jam, buku 'boleh' dibawa ke asrama asal gak hilang. FASILITAS SELAIN BUKU: 3 koran nasional (Republika, Media Indonesia, Jawa Pos); 3 majalah nasional (GATRA, alm. UMMAT, ....) dan beberapa Tabloid Politik (diantaranya alm. Tekad, lainnya lupa). LAINNYA: Jurnal berat semacam Kalam, Islamika dan Ulumul Qur'an
Trus kelas 4 direkrut jadi anggota junior ITQAN Group. Bahagianya bukan main, udah 6 bulan menanti, hampir aja mau keluar Gontor pengen sekolah SMA aja. Tugas junior: menangani majalah dinding ilmiah Mingguan ULUL ALBAB dengan 18 - 24 halaman kertas A4 diketik rapi 1,5 spasi, 2 kolom (mesin tik biasa, mesin tik elektronik, kadang komputer). Motivasi dari senior: "jangan berharap mading kalian dibaca para santri !" Terang aja, mading ini bikin kening berkerut, kalah pamor dengan mading LIMITS (klub seni lintas aliran) dan mading berita mingguan "Darussalam Pos", klub wartawan yang memberitakan seputar kegiatan kampus yang diketik dengan komputer.
BTW, ITQAN Group terdiri dari: mading Ulul Albab; majalah AFKARI (mirip Annida); majalah serius ITQAN; AGENCY yang memasok majalah-majalah nasional yang dilangganin secara pribadi oleh santri (bisa baca gratis:); mengelola diskusi umum al-Hambra setiap ba'da Jumatan dan ditugasi mengelola mading Jurnal Ramadhan Pos dan Syawwal Pos secara bergantian atau bekerjasama dengan Darussalam Pos.
Kelas 5 gak dipercaya jadi manajer asrama karena track record botak 2x. Konon, pernah mau diangkat saat rekruitmen tahap 2, tapi para senior ITQAN langsung mendatangi Bagian Penggerak Bahasa Pusat untuk mencoret nama saia dari daftar rekrutmen. Soalnya tenaga saia amat dibutuhkan karena anggota ITQAN yang kelas 5 semuanya berstatus manajer asrama. Jadilah saia tinggal di Tunis kamar 3.
Trus kelas 5 by accident nimbrung di klub studi FP2WS yang bersebelahan dengan kantor ITQAN dan direkrut jadi anggota. Senang sekali meski para senior ITQAN pada sewot karena bakal kekurangan seorang anggota keren! (Cuih.. :) FP2WS memfokuskan diri pada membaca dan berdiskusi saja. Klub studi ini punya semacam silabus diskusi yang keren. Sayangnya, rata-rata anak FP2WS kalah rajin menulis dibanding anak ITQAN. Kelas 5 semester 2, beberapa bulan sebelum menyandang status senior di FP2WS, diberhentikan dari ITQAN. Ah, formalitas basi... Toh, diberhentikan atau tidak hampir gak ada bedanya setelah para senior itu gak nongkrong lagi di Tunis alias tamat.
BTW, saia satu-satunya manusia Tunis (lt. 2) tulen karena bisa keluar-masuk kamar 1 (TERISDA, LIMITS, AKLAM), kamar 2 (FP2WS) dan kamar 3 (ITQAN) dengan leluasa.
Kelas 5 semester 2 dikasih jabatan Ketua Staf Perpustakaan OPPM. I was the Boss !
Pengabdian: yah tampang saya kalo ngajar malah merusak anak didiknya dengan pikiran2 aneh. Mending mendaftarkan diri ikut pelatihan+praktik 7 bulan di Pusat Latihan Manajemen dan Dakwah Masyarakat (PLMPM) Mantingan (100 meter dari Gontor Putri I). Eh, malah tambah aneh karena disono berkenalan dengan pikiran Andragogy-nya Paolo Freire, cara kerja LSM turun ke masyarakat, dan berkenalan dengan warna-warni dunia LSM (plat hijau, kuning dan merah!). Plus entreprenuership. Ditambah lagi materi training yang keren. Bossnya: Pak Ir. Ridlo Zarkasyi, MM dan alm. Pak Budi. Yang satu mantan orang LSM, satunya lagi mantan aktivis HMI Jatim. Te O Pe pokoknya dah!
MAIN LIST :
1. Dibotak: 3x
Pertama, kelas 2 gara-gara nulis Siti Migrofah, Abu Dalwun di kertas ujian. Ujian di Gontor emang berwibawa, nyontek aja gak boleh apalagi nulis yang (sok) lucu-lucu di kertas jawaban. Duh, bocah ingusan yang aneh..
Kedua, kelas 4 gara-gara makan ayam gulai, dibotak bareng-bareng sekamar saat Idhul Adha. Ini susahnya kebiasaan makan-makan istimewa ala asisten perpustakaan dibawa ke asrama. BTW, atas kesalahan yang sama ada 200-an orang dibotak dalam 1 hari. What a shining day!
Ketiga, kelas 6 gara-gara gak jamaah subuh di mesjid pas ada pemeriksaan. Yang ini bener-bener apes !
BTW, saia punya siklus botak 2 tahunan nih..
2. Kelas : 1 - 4B, 5C, 6B
Kadang nyesel juga dapet kursi terhormat di kelas B. Soalnya dapet wali-wali kelasnya kurang asik. Gak seru deh acara-acara kelasnya. Lagian sudahlah saia ini bocah aneh, punya hobi aneh, duduk pula di kelas orang-orang aneh. Aneh pangkat tiga dong !
3. Masuk mahkamah: plz, deh Himawan, gw gak inget. Tapi mungkin 9x per semester, soalnya saia suka angka ituh :p
4. Kena tampar : gak inget. Tapi yang paling "berkesan" ditampar Bagian Keamanan Pusat karena telat bangun sedikit saja. Disuruh berdiri dalam keadaan 1/2 mabok dan plakkk!!! Merrrah di pipi. Plz deh, saat itu kan bulan Syawwal, bulan capek sedunia.
Alhamdulillah sekarang disiplin menampar ini sudah dihapuskan di Gontor. Huh, dari dulu saia sudah kritik, menampar itu tidak mendidikkkk!!!
5. Kehilangan sandal: gak kehitung. Paling kesel kalo kehilangan satu sandal aja bukannya sepasang. Bego' tuh yang nyolong. Tapi kayaknya istilah kehilangan itu gak cocok deh, lebih tepatnya siklus sandal di mesjid. Gimana gak kehilangan sandal kalo yang ke mesjid ribuan orangnya. Tapi sekarang sandal bisa dimasukkan ke kantong khusus dan dibawa ke dalam mesjid seperti membawa sajadah. Nah, itu baru peraturan keren, biar ke mesjid gak nambah dosa.
6. Kehilangan pakaian: ini jeleknya asrama, pakaian jatuh dari jemuran dan "hanyut" gak jelas rimbanya
7. Pramuka: POT 5. Gugus depan ini kalah pamor dibanding POT 7, 13 atau 9. Males deh. Tapi yang asik cuman nyanyi-nyanyi, yel-yel, ngejek gugus depan lain meskipun musuh-musuh itu teman sekamar juga. Nanti pulang dari acara pramukaan, ngakak bareng di kamar seperti gak pernah terjadi pertempuran. BTW, kita memang lebih dewasa berpolitik daripada para anggota dewan yang konyol-konyol itu.
8. Friend lost: 1 (waktu PG). Teman sekelas saia di 5C. Hiks..
FREAKS :
1. Konon, Kyai Hasan kerjaannya malem-malem mindahin jin-jin yang usil. Jewer aja kupingnya, ustadz..
2. Kacian deh lu manajer asrama tidur di emperan :p Meskipun "kasta" anda-anda lebih tinggi dari saia
3. Di Gontor, saia belajar tidur 10 atau 15 menit langsung buka buku, belajar, capek belajar, tidur bentar. Teruss begitu. Juga cara tidur dalam situasi dan kondisi sesulit apapun: tidur sambil kepala tegak atau terayun-ayun; tidur berdiri saat antri kamar mandi sebelum shalat subuh; tidur di atas bangku keras yang amat sempit; bahkan tidur di lemari untuk menghindari kegiatan rutin lari pagi mingguan dan pramuka.
4. Prom Night? Lebih dari itu Drama Arena dan Panggung Gembira adalah pertunjukan kolosal dengan hampir 10 agenda acara utama di luar selingan band; dengan kru 500-an orang (th 97-98); tata cahaya dan sound system senilai hampir 10 juta rupiah plus generator listrik cadangan berkekuatan ribuan watt. Tidak hanya panggung setinggi 1 meter dan luas 10 x 30 meter, tapi juga tinggi background mencapai hampir 10 meter! Dan setiap tahun sepertinya ada saja rekor yang dipecahkan. DA & PG secara tidak langsung adalah ajang perseteruan kelas 5 vs kelas 6 untuk meraih simpati para junior dan mendapatkan gelar (informal) senior terbaik ! Di akhir acara, kyai akan memberi nilai dalam range 1 - 10. Dan kerennya acara sebesar itu dengan persiapan hampir sebulan hanya menghabiskan dana 18 juta (th 97) termasuk sokongan dana dari sponsor (misalnya, produsen mie dan pengusaha alumni).
6. Volk Song dan Drama 3 bahasa emang keren. Belum lagi lomba Baris Berbaris antar asrama. BTW, acara ini mungkin sudah diadakan sejak jaman Belanda, liat aja Volk itu kan bahasa Belanda untuk Folk.
7. Tawuran? Yang kalah dan menang sama-sama diusir! Nggak peduli siapa yang bener/salah. Berani ?
8. Naik kelas 6 itu sakral banget. Duduk di bawah pohon mangga berumur puluhan tahun menunggu kepastian naik kelas atau tidak. (Pohon mangga itu udah melihat ribuan santri menangis sedih atau tersenyum bahagia saat acara Yudisium selama puluhan tahun).
Ritualnya begini: nama kami dipanggil satu per satu ke dalam sebuah ruangan pertemuan dalam beberapa trip. Seperti sebuah wisuda kecil, hadir para kyai hampir lengkap dan dimulai dengan wejangan dan diakhiri dengan pembagian amplop berisi surat kenaikan kelas. Uniknya, meski saia dapat kelas 6B, tapi dalam surat kira-kira tertera begini: "sebenarnya berat bagi kami untuk menaikkan ananda ke kelas 6, tapi kami memberikan kesempatan bagi ananda untuk belajar memperbaiki diri di kelas 6." Duh, sopan santun yang luhur. Bikin hati trenyuh. Entah itu datang dari budaya Jawa, atau kah itu peninggalan Kweekschool Minangkabau di zaman Belanda ? Kweekschool = sekolah guru.
9. Interaksi: Inggris - Arab. Kecuali diskusi resmi boleh pake bahasa Indonesia. Anak-anak Tunis "dikenal" bandel karena saban hari diskusi informal, saban hari pula berbahasa pula berbahasa Indonesia. Junior atau senior sama aja kelakuannya. Uniknya Staf Penggerak Bahasa Pusat gak berani naik ke lantai 2 itu. Kalo naik, bakal dihadang oleh senior-senior Tunis. "Ini Tunis, bung! Wilayah orang-orang merdeka!"
Lucunya, teman kuliah gw, Debi, ketawa denger bahasa Indonesia gw yang sering terselip kata-kata ilmiah. Yah, gimana lagi, cuman itu bahasa Indonesia sehari-hari yang gw kenal.
Nembak, CLBK? Apaan tuh..? :)
10. Gontor itu punya bendera sendiri, bahasa dan "dialek" sendiri, lagu mars sendiri. Negara dalam negara. Punya sistem demokrasi dan syura sendiri. Ibarat Tanah Perdikan, tak peduli rezim atau siapa diktator yang sedang berkuasa di Jakarta, mereka yang masuk wilayah ini harus patuh pada aturan Gontor. Bersih dari atribut-atribut partai, golongan-golongan bahkan punya kurikulum independen sejak jaman Belanda.
Musim kampanye pemilu adalah saat Siaga 1 di Gontor. Beberapa pos jaga 24 jam didirikan di titik-titik penting seantero kampus, lengkap dengan pakaian "dinas" pramuka dan tongkat-tongkat pramuka. Apa pun partainya, kalo berani kampanye masuk kawasan kampus Gontor yang dibelah oleh jalan desa itu akan berhadapan dengan tongkat-tongkat pramuka. Dan diantara penjaga itu, ada yang menyandang sabuk biru dari klub beladiri Tapak Suci.
11. Bulan Syawwal, bulan pertama tahun ajaran baru dalam kalender akademik Gontor, adalah bulan yang padat denga tamu-tamu berkunjung. Ibarat kebun binatang, santri-santri dengan segala kegiatannya jadi binatang-binatangnya. Setiap rombongan akan dituntun oleh seorang guide dari Bagian Penerimaan Tamu atau para ustadz. Dan itu pula bulan gadis-gadis cantik berseliweran..
GURU PALING BERKESAN
- Guru teater Ust Hasib. Kalo ada pertemuan mingguan klub teater, di akhir acara, beliau duduk di atas sebuah kotak kayu setinggi 20cm, dan dimulailah kisah yang mirip dengan 1001 malam, lengkap dengan gaya mendongeng, teknik pernafasan canggih, dan suara yang menggetarkan. Beliau seperti Semar yang agung di tengah para punakawan. Terkadang beliau membacakan puisi, cerpen atau sepenggal naskah drama. Spektakuler !
- Ust. Yon Hendri dari Pekanbaru. Manusia yang satu ini nyaris bisa dibilang punya ingatan fotografik, bisa ingat ribuan nama dan wajah santri. Meskipun baru berumur kepala 3, mumpuni dalam ilmu tafsir, hadits, fiqh dan ushul fiqh. Duh kalo ketemu dia di depan hall, bakalan disuruh duduk dan diskusi kesana kemari. Gak peduli saia lagi ada keperluan apa. Sebelum tamat, saya sempat diberi sehelai kertas berupa daftar kitab-kitab induk (ummul kutub) dari setiap bidang ilmu-ilmu keislaman. Hiks, maaf ustadz, akhirnya saia menikung ke fakultas ekonomi gara-gara Kuntowijoyo.
- Ust. Yusuf BZ. Nah ini bisa dibilang pemikir tingkat tinggi. Mentor saia di FP2WS. Barat dan Timur ada dalam dirinya. Tasawwuf sampai Kiri Islam ada dalam dirinya. Mungkin kekacauan semantik saya menurun dari dirinya :)
- Kyai Abdullah Syukri Zarkasyi: ngajar Ilmu Mantiq alias Logika Aristotelian. Ilmu Mantiq-nya bener-bener applied !
- Kyai Hasan Abdullah Sahal: ngajar mustolah hadits. Pikirannya susah ditebak, inspiratif dan out-of-the-box. Kalo ngajar, seolah-olah gak ada anaknya di kelas saia. Dicuekin abisss. Padahal si Anca anak sulung dan laki-laki satu-satu. Saia mau jadi iparnya si Anca. Tapi si Anca apa mau punya ipar gak berkualitas seperti saia :D
- Alm. Kyai Imam Badri: the grand old man of Gontor Republic; ortodoks, efisien dan sehat selalu. Mantan laskar hizbullah waktu jaman revolusi fisik. Ngajarin kitab Bulughul Maram-nya Ibn Hajar. Nggak pake buka buku. Bab yang paling disukai anak-anak 6B: Bab Nikah. Nggak bakalaaan ada yang ngantuk.
- Ust.. .... yang ngajar Bidayatul Mujtahid-nya Ibnu Rusydi. Subuh jadi petani, paginya ngajar. Setiap ngasih pertanyaan, anak-anak 6B jadi tolol semua.
- Rata-rata guru-guruku berkesan. Mereka, meski bertitel master atau
doktor dari Malaysia, Pakistan, Timur Tengah dan Afrika Utara atau
Lulusan PT dalam negeri, mau-maunya tinggal di desa kecil, hanya punya
sepeda ontel atau sepeda motor, tinggal di "rumah dinas" kecil yang sumpek dengan buku-buku. Kadang di sore hari, pasangan ustadz-ustadzah muda itu mendorong kereta bayi mereka menyusuri kampus.. Indah sekali..
CHAOS
Terinspirasi dari Ust Yusuf BZ yang pernah bikin chaos di tahun 1995 dengan menggelindingkan pesan berantai bahwa Soeharto mati, maka saia belajar menciptakan chaos serupa :
- Saat Musyawarah Kerja Ramadhan. Saking bosannya dengan muker yang monoton, saya maju ke depan mengajukan pertanyaan berbau linguistik. Lengkap dengan masalah-masalah semantiknya. Ustadz bawah kolong masjid yang jadi steering committee sampai memuji pertanyaan saia sebagai bermutu; padahal dia harusnya tahu bahwa sebuah pertanyaan akademis kurang layak dilontarkan di forum politik yang membahas isu-isu 'nyata' semacam ini.
- Saya mengajukan pertanyaan sulit di kelas di saat orang-orang pada tiarap tidur. Suhartono sesama anggota FP2WS ikut nimbrung memanaskan perdebatan. Nurdiyanto pun akhirnya ikut-ikutan. Dan seisi kelas dipaksa otaknya sendiri untuk menghilangkan kantuk. Rame !
CINTA OH CINTA..
- Momen indah setiap pagi sekitar 15 - 10 menit sebelum lonceng masuk kelas berbunyi (jam 7 pagi). Dari arah timur, gadis-gadis Madrasah Nurul Iman, lewat dengan sepeda ontelnya. Indah sekali, apalagi kalau saya tambahkan hari-hari berkabut penuh embun pagi dan sinar mentari yang sejuk. Cantik-cantik. Siapa yang tahu dalam darah mereka mengalir suku apa. Ini desa global sejak zaman Belanda. Dulu mungkin saja ada segelintir santri yang menikah dengan penduduk sekitar. Dan sebagian mereka adalah anak-anak ustadz..
- Di kelas 2, saat tinggal di Indonesia 1, saia sempat jatuh cinta pada seorang gadis madrasah Nurul Iman yang bersirobok di pertigaan Gedung Saudi. Kira-kira dia datang dari arah perumahan ustadz di belakang Saudi. Saat itu saia hampir telat masuk kelas dan hanya mandi ayam saja. Pagi saia jadi lebih cerah saat ketemu dia, meski dekil. Hari-hari berikutnya saia sengaja lewat di jam yang sama hanya untuk melihatnya. Beberapa bulan kemudian ternyata gadis itu meninggal karena penyakit yang dideritanya. Ketika namanya diumumkan di mesjid saia baru tahu siapa dia.
- Anak ust Syukri, Pipit dan Fatimah sudah menikah. Ah gak seru kalo dibahas..
- Gadis-gadis Mantingan. Sudah saya bahas disini..
Tuu kan jadi panjang...
Hhhh... Statistik dari bagian diri yang paling dalam dan suram ya. Gak di sangka ternyata kamu punya banyak affair juga di Gontor, sepertinya saya harus iri tidak mengenal satupun cewek saat di sana, saya bener-bener shigor tulen dan baru saja dewasa saat kuliah! Oh love, what a complicated form of life! - kecuali mbok-mbok di kantin yang masih ingat saya setahun kemudian (ya itulah hebatnya Son jadi manager kantin meski harus lepas jabatan karena kursi panas dan dipingpong ke bagian Kebersihan, Ust. Kacamata itu benar-benar keterlaluan! - sampai sekarang saya masih gak ngeh alasan pencopotan, tapi kayaknya ada konspirasi jahat tuh. Hhhh... sekarang nostalgia padahal dulu itu gondok banget):D.
ReplyDeleteSaya kurang mengenal anak-anak FP2WS, kelihatannya memang hebat-hebat, tapi... - mereka bagian dari struktur sih, dan pemikiran intelektualnya tentu tidak jauh dari garis besar haluan pondok. Saat itu, kadang-kadang saya berpikir to become intellect as same as to become subversive, contohnya ya kamu itu :). Para ustadz, sepertinya sudah hilang dari ingatan, mungkin karena pergolakan jiwa saya yang berusaha melepaskan diri dari masa lalu, hingga tidak ingat lagi.
Mading ULUL ALBAB ya.. Itu tambah aneh waktu saya yang pegang di Syawwal Post, sangat-sangat tidak terbaca! ratingnya 6 dari 100 kali - sebenarnya ada rasa bangga juga waktu melihat orang membaca hasil karya kita, meski disalahmengertikan, narsisme dalam bentuknya yang paling sederhana. Belakangan tampilan ITQAN dan majalah-majalahnya tampak mulai "bersahabat" apalagi sejak dipegang Anizar. Benar-benar mengikuti selera pasar! Ringan, sangat ringan, sampai hal-hal kecil kemudian menjadi serius. Dan sepertinya seluruh pondok juga ketularan hal serupa. Waktu di Ma'rifat, saya mencoba membuat buletin tahunan seperti format majalah ITQAN digabung dengan corak jurnal-jurnal ilmiah. Hasilnya anehh.. Lo belum pernah melihatnya kan Son?
Tapi, membaca testimoni ini kayaknya sedikit paham juga sama profil sang eksentrik, juragan semantik yang kacau balau itu. He..
Selamat...blognya bagus. Ajarin dong. Saya juga mau bikin untuk Pronews. Maklum masih belajar nih.
ReplyDeleteSalam,
Aim
menarik juga nulis statistik macam begini... (mikir, mau bikin juga gak ya?)
ReplyDeletedi jaman saya, ada tiga macam wajah (wajhun, arab) yg kita lekatkan pada seseorang berdasarkan kesehariannya; wajhul kitab, wajhul ma'had dan wajhul ghiro'. wajhul kitab buat teman2 yg aktivitasnya di dunia buku dan tulis menulis (ashabu tunis), wajhul ma'had buat teman2 yg kerjaannya nampang selalu (bapenta) dan wajhul ghiro' buat teman2 yg selalu megang gunting, lem, kertas asturo, cat, kwas, dll.
kalau kita seangkatan, berarti saya adalah rivalnya sonny, karena saya sejak kelas 3 sudah jadi asisten bapenta sampai akhirnya menjadi bapenta beneran... hehe...
tapi, saya juga beruntung menjadi asisten sekretaris oppm, bahkan sekretaris pondok. di kelas 4 saya sudah ngajar ngetik 10 jari. ketika komputer pertama kali dimiliki pondok, saya dan beberapa teman asisten sekretaris pondok mendapat kesempatan untuk kursus gratis. pengalaman berharga yg tak terlupakan... :)
Assalamu'alaikum Wr. Wb
ReplyDeleteTerharu, saya sudah rindu kawan-kawan di FP2WS.. sekarang pada di mana ya? (ya mana bakal tahu saya sendiri masih di gua....heeheheh)
Semoga sukses Selalu
A. Yusuf BZ
ana anggota fp2ws masuk 2002 trus ngediriin ARMADA 2004(gantinya TERISDA coz pas 2002 TERISDA di bubarin gara gara nyindir Ust KMI lewat pantomim)
ReplyDelete